Hi, what's good I'm Day!
I'm the most handsome member of Satu Detik band so you really lucky to get me out! By the way, I love your name too much because I can spell it in English. So you must prepare yourself, maybe I will call you every second in your life! I love you...
Dan aku memonyong-monyongkan bibir sendiri di depan cermin, mencoba 'kiss pose' ku apakah sudah menarik atau belum.
Raino seketika melemparku dengan kacang.
Eits tapi itu bukan sepenuhnya kacang, hanya kulitnya saja yang ia lempar padaku. Selebihnya ia lempar ke dalam perutnya sendiri.
"Hei, Kakak! Apa kau akan memperkenalkan dirimu dengan cara seperti itu???" Ucapnya kemudian.
Aku hanya melihatnya lewat cermin, sembari masih membenahi kemeja.
"Why? That's my style so what?? Lagipula, perkenalanku akan terlihat luar biasa bukan?"
Ia seketika tersedak. Entah, mungkin kali ini ia salah melempar kulit kacang ke dalam mulutnya.
"Aku hanya berpikir, mungkin kau tidak akan mempunyai penggemar lagi setelah perkenalanmu itu." Ia berusaha berkata, bahkan meskipun ia sedang tersedak kulit kacang.
Jadi, aku menghargai olok-oloknya.
"Just enjoy your life, bruh! Don't waste your 'kulit kacang', ok?" Ucapku sembari memakai sepatu.
Dan ia kembali menjerit saat melihatku memakai sepatu.
"Hei, Day! Kau bahkan akan berangkat sepagi ini???"
Aku terdiam, berpikir sembari masih mengikat sepatu. Sebenarnya dosa apa yang membuatku memiliki teman sejenis Raino?
"Aku akan menunggunya di gerbang depan kampus."
Dan seketika itu pula Raino kembali menjerit.
"APA KAU BILANG???"
"Eiisshhh! CAN YOU BE QUIET?!?" Kali ini aku membentaknya lebih keras. Dan ia seketika kembali memeluk erat-erat bungkus kacangnya.
"Hai, kakak-kakakku yang budiman....!" Satu lagi suara yang datang tanpa diundang.
Dan rupanya tidak hanya satu yang datang.
"Good morning, my bro Day..." Blue menyapaku dengan bahasa Inggrisnya, membuatku tidak jadi mengomeli mereka.
Dan satu lagi orang muncul di sela-sela Free dan Blue.
"Kak Noha!??" Raino kembali berteriak. Aku mendiamkannya kali ini, karena aku juga tertegun menatap Noha.
"Kemana saja kau kemarin??? Kami menyusulmu di perpus tapi malah..." ucapan Raino terhenti seketika, saat Noha kemudian masuk begitu saja dengan wajah murung.
"Kau... baik-baik saja?" Raino lanjut bertanya. Sementara yang ditanya malah langsung mendarat di atas kasur, di samping Raino yang masih memegang kacang, dengan posisi badan membelakangi kami semua.
Aku menatap punggung Noha lamat-lamat.
"Sudah sejak semalam dia seperti itu... jadi jangan tanyakan perihal apapun dulu padanya." Jelas Free, berbisik pada kami.
Aku kembali melihat jam di dinding. Sudah saatnya.
"Kalau begitu, aku pergi!" Aku pamit sembari menyambar tas.
Sementara Noha mendadak bangkit dan melihatku.
"Day..."
"Oh, what's wrong, No?"
"Kau... sudah mempersiapkan dirimu dengan baik bukan, sebelum kau bertemu dengan penggemar rahasiamu?" Tanyanya seketika membuatku terdiam.
Aku masih menatapnya lamat-lamat.
"Eum, of course! Why?"
"Baguslah." Ia lantas kembali tidur dengan posisi membelakangi kami.
Namun pertanyaannya jelas masih mengganjal dalam benakku. Mengapa Noha masih bisa berpikir demikian, bahkan meski ia dalam kondisi wajah termurung sekalipun?
Aku masih menatapnya, tersenyum. Kini giliranku untuk memberi petuah terindahku padanya.
"Jangan pikirkan masa lalumu, No! Toh tidak ada yang bisa kau lakukan selain hanya mengenang rasa sakitnya. Tidurlah dengan baik."
Semua lantas menatap Noha, termangu. Lewat kata-kataku, kurasa kini mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Kulihat Raino menarik selimutnya untuk Noha sebelum aku lantas pergi.
***
Sementara itu, di jalan seberang kampus...
"Iya sebentar lagi aku datang, tunggulah sebentar! Lagipula yang lain juga belum mengumpulkan lantas kenapa kau ribut sekali, hah? Sudahlah kututup!" Mahasiswi itu mengomel di telepon sembari terburu-buru melintasi lampu merah. Deadline tugas cukup mujarab untuk membuatnya naik darah di waktu yang masih sepagi ini.
"Hah dasar! Tinggal menunggu saja apa susahnya coba! Toh dia juga tidak mengerjakan!" Ia masih menggerutu setibanya ia di jalan depan kampus.
Namun, omelan dan langkahnya mendadak terhenti seketika.
"Hai..."
My menatap laki-laki di depannya dari bawah ke atas, lantas memperhatikan wajah mahasiswa itu dengan saksama.
"Hai, My Day!" Lanjut Day. Ia dengan percaya dirinya tersenyum pada My.
Sementara My malah terheran-heran menatapnya.
"Siapa My Day?"
"Siapa My Day?? Of course, My Day is us!" Day menjawab, masih dengan percaya diri yang tinggi. Ia mengira My akan terkejut atau terkagum-kagum saat melihatnya, seperti penggemar rahasia pada umumnya.
Namun,
"Dasar aneh!" My lantas berlalu pergi meninggalkan Day begitu saja.
Kali ini, bukan penggemar rahasia yang dibuat melongo oleh Day, namun sebaliknya.
***
*Note : Hi hello, Chingu! Maaf untuk cerita yang ini agak slow update nya yaa, karena sekarang author juga sedang sibuk mengurus wattpad sebelah :D Dan mohon maklum juga kalau bahasa Inggris nya rada berantakan atau gimana, masih dalam proses belajar soalnya :D Happy reading selalu yaa! :*

KAMU SEDANG MEMBACA
One Second For A Moment (Day6 Fanfiction)
Fanfiction"Aku bisa melihat segala sesuatu yang tidak seharusnya kulihat." -Noha- "Jika kau berkata, semua terserah pada waktu, lantas cepat atau lambat waktu yang akan menjawab. Waktu yang semestinya mengendalikan, namun bagiku sebaliknya." -Day- "Denganku...