Chapter 000. Namaku Cattleya (Prolog)

11 0 0
                                    

Sambil baca sambil dengarkan ini ya.
https://www.youtube.com/watch?v=_2VYZbCuduI

------------------------------------------------

Cattleya adalah namaku, aku terlahir di keluarga yang penghasilannya pas-pasan, kami pun harus bertahan hidup dan menghemat dari uang hasil gaji orang tuaku yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Awalnya aku pikir, aku adalah anak tunggal dari keluargaku. 

Sejak kecil aku selalu ditinggal bekerja, aku selalu mengisi waktuku dengan menggambar, belajar dan bermain sendiri. ya, seorang diri. Mungkin kalian akan bertanya kenapa selalu seorang diri? Orang tuaku bekerja dan tinggal satu rumah dengan keluarga bos mereka bekerja. Sejak aku berumur 1 tahun aku diajak keluargaku sambil bekerja dan tinggal bersama mereka. Sejak itulah aku juga merasakan seringnya ditinggal sibuk bekerja oleh orang tuaku, sehingga aku lebih sering menghabiskan waktuku 95% sendiri. kalaupun lihat hanyalah untuk urusan makan, berangkat sekolah dan pulang. 

Ada beberapa kejadian dari kecil yang aku tidak lupakan sampai sekarang. Diantaranya yang pertama adalah waktu aku sekitar umur 7 tahun tahun 1997 dan masih tinggal di daerah Kebon Jeruk, saat itu aku sangat lapar, karena aku masih kecil akupun pertama memanggil tapi tidak ada yang respon lalu berteriak dan nangis karena lapar, tapi kondisi keluarga saat itu tinggal di rumah bos yang sangat besar. mungkin ada sekitar 6 kavling rumah orang kaya besarnya. Setelah aku menangis, akhirnya ibuku menghampiri dan memaksaku untuk makan nasi dengan cabai kalau tidak salah. karena dipaksa dan tidak tahan dengan nangisku, dari situlah Phobiaku terhadap makanan muncul. Aku tidak bisa makan apapun selain biskuit, tepung goreng, kentang dan roti. Miris ya? sangat... 

Kedua Kejadian 1998, Saat itu ada kondisi dimana keluara bos orang tuaku sedang melakukan pindahan dari Kebon Jeruk ke daerah Mega Kuningan, Jakarta. Saat itu aku duduk di kelas 2 Sekolah Dasar, akupun mau tidak mau harus pindah namun kondisi saat itu aku masih belum melakukan prosedur pindahan. sehingga aku harus melewati demo 1998 yang memakan banyak korban, aku ingat aku harus menggunakan helm ayahku saat ayahku menjemput dari sekolah ke kuningan. ada juga kondisi dimana aku harus tetap tinggal di rumah Kebon Jeruk, aku harus berdiam diri dengan keluargaku dan bos di tengah rumah. sembari mendengar suara amukan orang yang berdemo dan suara pesahan kaca yang dilempari batu-batu. kenapa kami kena? karena keluarga bos orang tuaku itu berasal dari ras China, jadi wajar kami kena dan sangat ketakutan saat itu. disini lah aku mulai timbul pemikiran dimana, semua ras itu tidak ada bedanya, kenapa ada segelintir orang yang anarkis demi kepentingan politik dan pribadi mereka? Apakah mereka tidak meliki hati untuk melihat para korban? ya itulah penyebab aku memandang semua orang dengan derajat yang sama, mau dia miskin atau kaya, cantik atau jelek, tampan atau jelek, tinggi atau pendek, beda kepercayaan dan pendapat. 

Sejak kejadian 1998, keluargaku dan bos tinggal di Mega Kuningan, setelah diperhatikan lingkungan ini banyak sekali para politikus, penjabat tinggi, dekat rumah dinas mentri, jendral, Kedutaan besar, rumah dinas kedutaan besar, rumah pengusaha kaya raya dan ada banyak sekali orang dari berbagai macam ras, suku dan berbeda agama. ini juga salah satu trigger pemikiranku menjadi lebih demokratis dan paham maksud bhineka tunggal ika, walaupun masih muda. Selama aku memulai kehidupan baru disana, aku sadar bahwa banyak petinggi negara atau lainnya yang ternyata menghambur-hamburkan uang rakyat, seperti adanya pesta setiap minggunya atau rumahnya yang begitu mewah, yang selanjutnya akan ketahuan dan ditangkap oleh KPK. Saya tidak mau sebut siapa, biarkan Allah, yang memberikan ganjaran terhadap oknum-oknum nakal.

Kegiatanku sebelum dan sesudah pindah tidaklah jauh berbeda, aku tetap melakukan semuanya sendiri dan "Kesepian" di dalam rumah yang begitu besar, ramai tapi sepi. bagaimana tidak, setelah aku tumbuh kembang lebih besar aku mulai sadar, bahwa orang tuaku tidaklah nyaman bekerja dengan keluarga bos, apabila ada masalah orang tua kandungku sendiri yang kena imbas, lalu aku yang terakhir kena imbas sebagai pelampiasan amarah. kok bisa? contoh mudah ketika aku menanyakan suatu hal atau meminta tolong karena masih kecil, akan selalu keluar kata-kata. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cattleya DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang