Adam menarik lenganku hingga membuatku terkejut, "mau kemana?" tanyaku.
"Kutunjukkan dimana kamar mandinya,"
Terdapat sebuah pintu di ujung ruangan luas itu, ia membukanya, "masuk lah." Rupanya ruangan di balik pintu itulah kamar mandi. Ia mendorong perlahan pundakku ke dalam.
"Semprotkan cat itu ke seluruh tubuhmu dan ganti pakaianmu. Segera sembunyikan isolamer itu di suatu tempat setelah kau gunakan," lanjutnya, "jangan bersuara dan jangan keluar sampai aku yang menyuruhmu keluar."
"Mengapa?"
"Sepertinya itu para tentara," ia buru-buru menutup pintu.
Ia memintaku untuk tidak bersuara namun bukankah aku harus menggunakan cat semprot ini? Semoga saja desisannya tak didengar siapapun di luar.
"Tidak, aku tidak membawa robot kemari," suara Adam terdengar dari jauh.
"Benarkah? Namun berdasarkan apa yang kulihat, kau membawa robot lagi kemari," ujar suara lain yang terdengar lebih bulat dari suara Adam.
"Berdasarkan apa yang kau lihat atau berdasarkan apa yang penguntit bayaranmu lihat?" tanya Adam dengan nada ketus.
"Hey, kau pikir kau sedang bicara dengan siapa? Jika saja–"
"Mido!" sebuah suara yang berbeda lagi, terdengar lebih tenang dan tak sebulat suara orang yang satunya, "kubilang tadi kita hanya akan memeriksa apakah informasi yang kau dapat itu benar dan bukan memancing keributan seperti ini."
"Tetapi kau lihat sendiri tadi kan, Pierre? Dia tidak menghargai –"
"Kau yang lebih dulu tidak menghargainya, Mido. Kita bekerja sesuai instruksi atasan kita. Kita sudah melaporkan soal Adam pada pemerintah kota namun belum ada tanggapan hingga kini. Walaupun begitu, melihat teknologi-teknologi ciptaan Adam yang mampu mengatasi berbagai permasalahan di sini, terutama kebutuhan makanan, air, dan penerangan untuk masyarakat, Jenderal Aryo memberi kebijakan untuk mengizinkan Adam keluar masuk Techmopolis, kecuali kawasan milik Lipter. Aku rasa itu justru semakin tidak membenarkan tindakanmu meminta seseorang atau kau sendiri untuk menguntit Adam."
"Baik, tetapi kita bisa memeriksanya, kan?"
Setelahnya yang kudengar hanya beberapa suara pintu lemari dan laci yang dibuka dan benda-benda yang digeser ataupun jatuh. Kulanjutkan apa yang sedang kulakukan dan mereka masih terdengar menggeledah rumah Adam selama beberapa menit.
Tiba-tiba kudengar suara langkah kaki mendekat. "Ada apa di balik sini?" suara yang begitu dekat, seakan orang yang berbicara itu berada tepat dibalik pintu. "Hanya kamar mandi dan– Hey! Jangan ke sana!" ujar Adam.
Aku terkejut ketika ada sesuatu yang menyentak pintu, kurasa itu Adam yang sedang menghalangi daun pintu dengan tubuhnya. "Ada sepupuku di dalam. Jika tuan Mido berani membuka pintu ini, aku akan mengadukan hal ini pada Jenderal Aryo bahwa salah satu prajuritnya mencoba mengintip seorang gadis yang sedang mandi," ucap Adam.
"Baik, tanyakan padanya, apakah ia sudah selesai," ujar si suara berat.
"Ema, apa kau sudah selesai?" tanya Adam.
"Belum, aku sedang berganti pakaian," jawabku yang hanya tinggal mengenakan rok.
Setelah selesai, aku keluar dan mendapati Adam bersama dua orang pria berpakaian tentara. Salah satu tentara berkulit putih tampak lebih tua –atau mungkin karena rambut tipis di dagu dan atas bibirnya yang membuatnya tampak lebih tua– dari tentara satunya yang berambut ikal dan berkulit gelap. Si ikal menjulurkan kepalanya ke dalam kamar mandi kemudian mengamatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ema
Science Fiction"Apa maksudmu tentang reruntuhan kota? Di Techmopolish?" buru-buru aku mengekorinya. Ia menoleh padaku sejenak, "kau tidak tahu?" kemudian meneruskan langkah menuju sebuah lemari dan tidak sempat melihatku menggelengkan kepala. "Semua berawal dari s...