Setelah usai membersihkan tubuhnya, Rhalika langsung membalut tubuhnya dengan piyama bergambar panda-panda lucu di setiap bagiannya.
Rhalika lantas berjalan ke arah cermin besar yang memantulkan setengah tubuhnya. Ia mendudukan dirinya di atas bangku kecil empuk yang berada di depan kaca.
Dia menatap pantulan wajahnya di cermin, melihat setiap lekukan wajahnya yang 'mereka' bilang sangat cantik. Cantik, satu kata yang menggambarkan visual wajah seorang wanita.
Rhalika mengernyit, hanya itu saja yang mereka lihat dari dirinya?
Pantulan bayangannya di cermin tiba-tiba berubah menjadi bayangan sesosok pria dewasa."Ya, kami melihat sesuatu itu dari covernya terlebih dahulu, cover yang menarik bisa buat kita tertarik bukan?" bayangan itu bersuara menjawab pertanyaan yang mengganjal di hati Rhalika.
Rhalika yang melihat itu langsung gemetar, kenapa monster itu bisa muncul kembali, dari mana dia masuk ke kamarnya?
Sambil meringsut ketakutan Rhalika berseru kencang berusaha mengusir makhluk itu, "p-per,,pergi! Pergi kamu!"
Dia mencari-cari barang apapun yang bisa di gapainya, sampai saat dia melihat sebuah jaket levis berwarna coklat muda yang tergeletak di atas kasur. Langsung saja diambilnya jaket itu, lalu Rhalika lemparkan ke arah cermin.
Brakk
Tepat mengenai cermin, dan untungnya bayangan itu telah menghilang saat jaket yang dia lemparkan telah jatuh di atas peralatan kesehatan kulitnya. Dia menarik napas dalam dan mengeluarkan nya perlahan, mengikuti instruksi psikolognya tentang; harus tenang kalau kalau bayangan itu muncul kembali, lalu selanjutnya mengatur napas. Dia mengingat perkataan psikiolognya itu dan selanjutnya Rhalika telah kembali seperti Rhalika yang sebelumnya, Rhalika yang ceria saat sebelum bayangan yang tidak ingin dilihatnya muncul.
Dia bangun, berdiri dan berjalan ke meja rias untuk membereskan peralatannya yang berserakan. Tapi saat baru saja Rhalika memegang jaket coklat muda itu ingatannya kembali ke saat bagaimana dia mendapatkan jaket itu,
"Hah? Suara batuk siapa tuh?" Rhalika nampak bingung, karena yang berdiri disini hanyalah ia seorang diri. Namun, tadi terdengar jelas suara batuk seseorang.
Rhalika lantas celingak-celinguk mencari sumber suara tersebut. Saat ia mengadahkan kepalanya ke atas rooftop. Matanya menyipit, ketika melihat ada sebuah asap kecil yang mengepul. Seketika, bulu kuduknya berdiri. Namun ia tetap positiv thinking, mungkin, pa satman yang lagi ngerokok. Batinnya.
Rhalika mengendikkan bahunya, lalu berjalan ke arah tempat duduk kayu panjang yang ada di samping pos satpam.
Hembusan angin sore ini sepertinya sedang membawa perasaan sedih, angin sore ini sangat dingin. Hingga-hingga berhasil mencubit-cubit lengan Rhalika yang tak terbalut apapun, ia hanya mengenakan seragam sekolahnya. Ia akhirnya memeluk erat dirinya sendiri, melindungi tubuhnya dari angin-angin yang membawa banyak luka.
Bruk!
Tanpa di undang, dan tanpa di panggil. Ada sebuah jaket levis berwarna coklat muda yang berjarak beberapa meter dari pandangan Rhalika.
Rhalika menengok kanan dan kiri. Kali saja ini punya seseorang yang terbang terbawa angin, tapi disini tak ada siapapun. Hanya ada motor-motor dan mobil-mobil milik guru dan beberapa siswa yang masih di sekolah.
Rhalika mengangkat bahunya. Bagi dia ini adalah sebuah ultra rejeki. Karena cuaca memang sangat tak mendukung.
Rhalika lantas berdiri untuk mengambil jaket tersebut, ia cium dalam-dalam jaketnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FI[B] (ON HOLD)
Novela JuvenilBagi Gilbran Allana Putra, mengagumi gebetannya secara diam-diam adalah kebahagiaan tersendiri. Bukan-bukan! Ini bukan kisah yang menceritakan tentang seorang pengagum rahasia. Sebenarnya perempuan yang Gilbran cintai mengenalnya dan...., selalu ter...