Selesai malam ini berlalu, waktu matahari pagi besok terbit, saat tanggal berganti, gue yakin akan ada yang berubah dari kehidupan gue yang biasanya membosankan ini. Sebuah perubahan yang gue sendiri takut buat memikirkannya. Sesuatu yang gue harap ga akan terjadi. Sesuatu yang jelas bukan hal bagus.
Saat genggaman seseorang di tangan kiri gue mengerat, saat jantung gue berdebar ga karuan, saat gue kesusahan untuk bernapas dengan normal, dan saat gue dengar satu kalimat yang keluar dari cowok di sebelah gue, gue yakin hidup gue akan jadi runyam dimulai dari malam ini.
"Kenalin, pacar gue."
Tangan gue digenggam erat sama Jevis yang baru aja memperkenalkan gue sebagai pacar dia. Gue pun membalas genggaman tangan itu sama eratnya. Bukan karena girang seorang Jevis Jeffrianda mengakui gue sebagai pacar dia, tapi karena gue takut—takut setengah mati. Pasalnya Jevis memperkenalkan gue di hadapan Lyora, mantan terakhinya yang bak dewi langit, dan teman-teman Lyora yang kini memandangi gue dengan tatapan tak percaya.
Sesuatu yang sangat wajar. Kalau gue ada diposisi mereka kayaknya gue akan melemparkan pandangan yang sama. Gimana bisa cewek yang ga ada kelebihannya ini menggantikan posisi Lyora di sisi Jevis yang ga kalah sempurnanya?
"Oh, really? Kok aku gak tahu, sih, kamu udah taken?" Lyora tertawa kecil seraya menatap gue.
Jelas Lyora tidak tahu kabar hubungan ini. Gue pun baru tahu malam ini ternyata status gue, secara tiba-tiba, jadi pacar seorang Jevis—alias ini semua hanya tipuan!
Kami tidak terikat hubungan apapun kecuali sebagai teman satu organisasi di kampus. Boro-boro punya ikatan spesial, gue dan Jevis cuma tidak sengaja bertemu di gerbang saat menukarkan tiket festival HIMA FEB tadi. Belum setengah jam kami sampai di hadapan panggung dan menunggu teman-teman yang lain, Jevis tiba-tiba menarik gue sampai lengan kami bertabrakan. Ternyata itu karena Lyora dan rombongannya berjalan menghampiri dia.
Jevis tidak menjawab pertanyaan Lyora barusan. Dia hanya membenarkan genggaman tangan kami, membuatnya terlihat lebih natural.
"Selamat, Jev, move on juga lo akhirnya dari Lyora," Cewek yang berdiri di sebelah Lyora bersuara disertai sebuah senyum cibiran yang rasanya tertuju ke gue. "Tuh, Kak, ga usah khawatir lagi sama Jevis. Dia ga bakal galauin Lyora lagi."
Lelaki jangkung yang merangkul pinggang kecil Lyora tergelak. "Ga lah, gue mana pernah khawatir. Mau Jevis galau sampai ngajak Lyora balikan juga ga bakal kejadian. Ya, kan, sayang?" tanyanya pada Lyora yang ikut tertawa.
Genggaman tangan Jevis kembali menguat. Kali ini gue tahu ada emosi yang dia tahan agar tidak meledak, tapi kalau semenit saja lebih lama di hadapan mereka gue pastikan Jevis tidak akan bisa menahan apapun yang ia rasakan sekarang.
"Sayang, ayo ke tempat Martin. Anak-anak udah nungguin di sana." Jevis berjengit samar mendengar omongan gue barusan. Begitupun gue yang aslinya merinding sendiri karena mengikuti sandiwara yang berlangsung tanpa aba-aba ini.
"Kami mau ke teman yang lain dulu, ya, ga enakan mereka udah lama nunggu." Gue melanjutkan permainan peran ini dengan jantung yang tidak tenang. "Oh, iya, sampai lupa. Salam kenal Lyora. Gue Lindi pacar Jevis."
Dan sebagaimana yang sudah gue perkirakan, berakhirnya pertemuan singkat dengan Lyora, pacarnya, dan teman-temannya malam ini benar-benar menjadi pertanda sebuah perubahan dalam hidup gue. Perubahan yang bermula dari kebohongan Jevis dan gue yang menerima peran dalam sandiwara ini. Perubahan yang membuat hidup gua tidak lagi sama seperti biasanya. Perubahan yang mengantarkan gue ke rasa sakit yang ga pernah gue harapkan.
======
Catatan:
Selamat datang di cerita ini.
Beberapa reminder sebelum lanjut membaca:
- Cerita ini akan memakai sudut pandang pertama "gue". Jadi narasinya akan berasa semi-baku.
- Setiap chapternya tidak akan panjang, sepertinya akan ada banyak chapter nantinya.
- Selesai menulis per-chapter aku akan langsung publish tanpa proses fermentasi.Semoga ini tidak akan menganggu proses membaca teman-teman sekalian. Selamat menikmati kisahnya, serta jangan lupa vote dan comment juga.
Oh iya, sebagai pewarna serta pemanis, izinkan aku memakai visualisasi dalam cerita ini.
Jung Jaehyun sebagai Jevis Jeffrianda
Karena dialah alasan utama kenapa aku kembali ingin menulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa & Karsa
RomanceDalam satu malam, kehidupan membosankan Lindi Shania mendadak berubah seperti roller coaster karena Jevis Jeffreyan. Laki-laki itu menyeret Lindi masuk ke hidupnya. Membawa Lindi ikut terkena sindiran, umpatan, serta kebencian dari orang-orang yang...