20, February 1985.
Aku berlari sekuat mungkin menjauhi gelapnya hutan lebat yang begitu mengerikan. Berusaha lari dari perasaan takut, putus asa, dan bingung. Aku harus lari, menyelamatkan diriku dari kejaran para iblis yang terus menginginkan diriku. Tidak! Aku tidak mau menyerah dan menjadi mainan mereka. Aku tidak mau.
Aku meratapi api yang sudah menjilati rumahku hingga hancur menjadi abu. Para warga membakar dan menghancurkan rumahku. Aku benci mereka! Kenapa mereka memperlakukanku seperti ini? Apa salahku? Aku hanya ingin hidup damai dengan calon buah hatiku yang sudah aku jaga dan aku rawat penuh kasih sayang. Aku hanya ingin calon anakku merasakan indahnya kasih sayang seorang ibu. Hangatnya perhatian dan cinta yang akan menyelimuti dirinya. Aku tidak mau anakku merasakan pedihnya hidup tanpa dipenuhi kasih sayang seorang ibu. Aku mohon. Selamatkan aku, Tuhan. Aku mohon.Mereka semakin dekat dengan diriku. Tiga pria berbadan besar yang bagiku terlihat bukan sebagai manusia, melainkan iblis yang mengerikan. Aku terus menahan kaki-kakiku yang sudah gemetar akibat terlalu banyak bergerak. Aku juga mengkhawatirkan keselamatan janinku yang terguncang karena pergerakanku yang terlalu brutal.
Napasku terengah-engah, dadaku terasa begitu sesak. Tuhan, bantu aku. Tolong selamatkan hambamu ini. Lelah. Aku benar-benar lelah, kepalaku benar-benar sakit tak tertahankan.
Aku ... aku merasa pergelangan tangannku ditarik dan tubuhku dihempaskan ke tanah dengan kasar. Samar-samar aku melihat tiga iblis yang benar-benar aku benci. Aku benci meraka.
Mereka tertawa jahanam saat melihat ketidak berdayaanku. Mereka tertawa karena kekalahanku. Aku memberontak. Mencoba untuk melepaskan diriku dari jeratan mereka. Aku menendang, menghantamkan pukulanku ke arah mereka. Akan tetapi aku gagal. Kedua tanganku dipegang dengan erat begitu pula dengan kedua kakiku. Mereka mengambil tali tambang yang melingkar di leher mereka. Mereka menggulung dan mengikat di pergelangan tangan dan kakiku dengan kencang. Lagi-lagi mereka menunjukan tawa mereka yang begitu menjijikan. Salah satu dari mereka menduduki perutku yang sedikit membesar. Aku berteriak, meraung dan merintih meminta mereka melepaskan diriku. Jangan! Jangan kamu duduki bayiku. Aku tidak mau dia terluka, aku mohon!
Pria itu, pria yang menduduki perutku tersenyum kemenangan kepadaku. Dia membelai pipiku dengan lembut hingga aku bergindik oleh sentuhannya. Dia menampar kedua pipiku sangat kencang. Lagi-lagi, aku hanya bisa menangis. Meratapi nasibku yang malang. Aku rela jika aku mati di tangan mereka, tapi aku tidak akan sudi jika bayiku harus mati di tangan mereka.
Aku merasakan tangan pria itu membelai kedua bahuku, merambat di sekitar leherku, lalu dia mencengkranm kerah baju yang aku kenakan. Dia tersenyum dan merobek bajuku dengan jahanam. Mereka tertawa, mereka ber-ekspresi dengan bahagia. Lalu ... lalu aku merasa, aku benar-benar menjadi seorang wanita yang begitu menyedihkan begitu kotor dan begitu ... malang.
Mereka memperlakukanku begitu kasar, menampar, memukul dan menginjak separuh tubuhku. Mereka menikmati penderitaanku. Setelah mereka puas dengan perlakukan mereka, mereka semua meninggalkanku di tengah hutan dengan bersimbah darah di selangkanganku dan di wajahku yang dipenuhi luka sobekan dan luka lebam. Aku menangis, mengerang menahan sakit yang aku derita. Bayiku, apakah kamu baik-baik saja disana, Nak? Ibu mengkhawatirkanmu.
Pandanganku kembali memburam, aku melihat ada seorang pria berwajah pucat yang berjalan menghampiriku. Dia berdiri tepat disampingku. Menatapku dengan datar, lalu dia berjongkok dan meraih tengkukku. Mendekatkan wajahnya keleherku, dan membisikan kata-kata yang membuatku bingung, "Aku akan menyelamatkanmu," lalu aku merasa sangat sakit, panas, dan ak—
"Huahh ... hentikan ceritamu itu, Manda. Itu mengerikan. Buku apa itu? Sejenis buku horor? Atau apa? Aku merinding saat mendengar kamu membacakan cerita itu." Cindy bergindik ngeri dengan cerita yang dibacakan oleh Amanda. Apa itu? Pengejaran, penganiayaan, pemerkosaan brutal, penyiksaan dan terakhir, penderitaan yang ditiada henti. Dia seperti akan muntah saat mendengar cerita penuh penderitaan itu. Bagaimana bisa nasib perempuan itu begitu menyedihkan. Dia merasa sangat iba pada perempuan yang ada dibuku tua usang dengan bau lapuk di sekitar lembar buku.
"Hmm, entahlah, Cin. Aku rasa ini buku pengantar tidur," jawab Amanda seadanya.
Cindy mencelos, "Ya, buku pengantar tidur. Lebih tepatnya, pengantar tidur selamanya. Mati." Nada sindirannya benar-benar terdengar jelas."Aku rasa, itu semacam buku diary. Dapat dilihat dari tulisannya. Seperti ditulis dengan tangan langsung," ucap Samuel mengambil buku tua itu dari tangan Amanda. Dia membolak-balikkan lembar buku tersebut. Sesekali ia terbatuk karena debu buku itu terhisap kedalam lubang hidungnya.
"Kenapa kamu merasa yakin kalau buku itu adalah buku diary?" Cindy mengangkat kedua alisnya.
"Entah, hanya merasa saja."
"Kalau semua orang seperti kamu, mereka akan menjadi manusia yang memiliki pikiran yang plin-plan sepertimu. Hanya bisa mengucapkan dengan pemikiran yang singkat. Dan terlalu bergantung dengan kata, merasa." Cindy mencibir Samuel dengan sinis.
Samuel mendelik, merasa sedikit tersinggung. "Jadi maksudmu, aku ini orang yang tidak mempunyai kepribadian, dan hanya mempunyai pikiran yang plin-plan?! Apakah kamu ingin ribut denganku, Nona manja?!" Samuel menggebrak meja kantin dengan emosi yang menggebu-gebu di dalam dadanya. Merasa tidak terima dengan penghinaan yang Cindy lontarkan.
"Ayo! Memangnya kamu pikir, aku takut dengan kamu, hah?! Ayo kita ribut, mau di mana? Di sini atau—"
Amanda menyela pertengkaran mereka berdua, "Sudahlah, tidak usah kalian ributkan. Toh, ini hanya buku tua yang aku temukan di lemari tua milik pamanku. Aku rasa, ini bukan cerita sungguhan. Tidak usah diperpanjang," Amanda mencoba menenangkan, "Lagi pula, aku akan membuang buku ini." Ia menaruh buku itu di atas meja kantin, lalu ia beranjak berdiri dari duduknya. Begitupun kedua temannya.
"Ya, benar. Itulah yang harus kamu lakukan. Aku yakin, kalau buku itu hanyalah buku tua yang tidak berguna. Ya sudah, kita harus kembali ke kelas, sebelum Mr. James memasuki kelas kita," ucap Cindy dengan langkah yang beriringan dengan kedua temannya, mereka pergi meninggalkan buku usang itu di atas meja kantin.
Angin tertiup dengan kencang hingga lembar demi lembar buku tua itu terbuka. Tepat pada halaman kedua sesudah halaman yang diceritakan oleh Amanda.23, February 1985.
Aku menjalani hidupku sebagai pemeran yang baru di muka bumi ini. Seorang pria itu adalah vampire. Dia mengubahku dan membantuku untuk belajar menjadi vampire baru. Dia juga berkata padaku, bahwa janinku tetap hidup meski pada akhirnya, aku harus berkorban untuk kehidupan bayiku. Pria itu berkata padaku, bahwa bayiku tetap bisa hidup dan tumbuh meski harus menjalani dirinya sebagai separuh vampire dan separuh manusia. Aku terima itu dengan lapang dada, aku ber-syukur, setidaknya aku masih bisa menyelamatkan bayiku. Aku memohon pada pria itu, jika nanti aku mati saat aku melahirkan bayiku, aku mohon, rawatlah dia, lindungi dan sayangi dia seperti anaknya sendiri.
16, Mei 1985.
Janinku tumbuh begitu cepat, sudah beberapa hari ini aku merasakan sakit pada perutku. Janin vampire memang tumbuh lebih cepat dari janin manusia normal lainnya. Aku sering merasa mulas yang tak tertahankan. Aku bertanya pada Michaele—vampire yang menyelamatkanku—apakah aku akan melahirkan pada minggu-minggu ini?
Dia menjawab, "Ada kemungkinan iya, dapat dilihat dari perutmu yang semakin membuncit dan kontraksi yang kamu alami. Memangnya kenapa?" Aku hanya menjawab, jika aku mati saat aku melahirkan, aku ingin anakku diberi nama dengan nama Jared. Itu jika anakku laki-laki, tapi jika anakku perempuan, aku ingin nama anakku adalah Angel. Setelah mengatakan permintaan itu, tiba-tiba saja perutku terasa mulas, aku merintih saat pergerakan bayiku begitu menyakitkan untuk aku rasakan. Ak—
Sebuah tangan kekar, mengambil buku tua itu dengan pergerakan yang lembut. Bola matanya menatap kata demi kata yang tertulis di lembaran buku tua itu. Bibir pucatnya tertarik ke belakang, dia memeluk buku tua itu dengan lembut.
"Jared! Apa yang kamu lakukan di sana?" tanya seorang gadis berambut panjang ikal sepunggung dengan warna coklat tua yang begitu indah. Bola matanya berwarna coklat pekat. Dia menghampiri pria yang sedang memeluk buku tua dan berdiri dis amping meja kantin.
"Hm ... aku rasa ini buku milik ibuku," ucap Jared dengan suara yang datar sambil menunjuk buku tua yang dia genggam.
"Ibumu?"
"Iya. Hm ... lebih baik kita pergi sekarang. Sebelum matahari muncul lebih tinggi lagi." Jared menarik tangan gadis itu dengan buku tua yang dia genggam di tangan kirinya yang seputih gading gajah.Revisi 28.03.2018
KrarIkrar/AiChan
KAMU SEDANG MEMBACA
Child of Vampire
Vampire|Completed| #224 in Vampire 31.03.2018 Lembaran buku itu terbuka, menceritakan sebuah kisah yang memilukan...