Prolog

7 2 1
                                    

Kuceritakan sebuah kisah tentang dua manusia yang sekarang saling bertemu tapi tak saling mengenali lagi,  saling berpapasan tapi berusaha tidak saling menyapa lagi,  dan ketika mereka berusaha saling menyapa rasa nya tidak lagi sama.

Ingin kembali dimasa perkenalan?
Rasanya seperti membunuh diri sendiri. Mereka sama sama tahu bahwa kata-kata "jalani saja dan melangkah lah saja" itu tidak segampang yang terucap. Tapi,  diam dititik yang sama dan berharap seseorang itu kembali adalah kebodohan yang sama dan mungkin saja membuat mereka jatuh di lubang yang sama.

Kalian tahu?  Tidak semua kisah selalu berakhir happy ending.  Terkadang dari sad ending pun kita bisa mengerti beberapa pelajaran. 
Ini kisah ku dan semua hal tentang kejadian berikut nya.

"Sesil?"

"Eehh, iya kak?" suara Yura mebuyarkan lamunanku.

"Itu ada yang minta buatin kopi satu"

"Oke kak"

Aku pun membuatkan pesanan kopi itu. Terasa aroma kopi yang memenuhi tubuh ku,  seakan lupa akan apa yang kualami sebelum nya aku mencoba menemukan diriku sendiri dalam dunia barista. Bukan awal yang gampang untuk bisa sampai dititik ini.

Selesai semua pekerjaan cafe malam itu.  Aku berberes tempat dengan kak yura.

"Sil? "

"Iya kak? " ucap ku menghampiri kak yura yang duduk di dekat speaker.

"Udah kelar kan? "

"Iya tinggal cuci gelas lagi"

"Biarin gue aja" aku hanya menganggukan kepala ku.

"Besok lu libur?"

"Yap betul"

"Lu nggak kumpul lagi sama temen temen lu?"

"Siapa? Caca mereka? Sering kok.  Mereka aja yang lagi liburan ke kampung halaman."
Kak yura terdiam melihat ku. Sambil menghisap rokok nya dia pun menggelengkan kepala nya

"Temen gereja"
Aku terdiam mendengar itu.

"Sudah sebulan lebih kan lu,  nggak gabung sama mereka? "
Aku mebalikan badan ku ke arah kak yura dan tersenyum. Dia pun menggelengkan kepala.

"Ckckck.  Gue ragu lu bilang udah move on"
Aku pun menghela nafas panjang. Sosok kakak tomboy itu memang mewarnai hari hari ku di cafe. Dia adalah barista yang sudah cukup lama terjun di dunia perkopian, kami sama sama dipersatukan di cafe ini dan aku sangat nyaman berada di dekat nya dan berbincang dengan nya tentang asmara ku.
Kak yura sendiri kurang menyukai kisah asmara nya, karna dia adalah penyuka sesama jenis dan karna hal itu kurang banyak orang yang mengerti dia.  Tapi kuakui dia adalah seorang pendengar yang hebat dan seorang yang sangat baik.

"Aku pulang dulu ya kak" malam itu percakapan kami berhenti sampai disitu.

Jam menunjukan pukul 12 malam dan aku sengaja melajukan motor ku di area yang masih ramai dengan manusia nya. Jalan malioboro adalah pilihan satu satunya yang masih banyak penghuni hidup nya.
Aku melajukan motor ku dengan kecepatan 40km/jam.  Menikmati suasana kota yang tidak begitu padat namun selalu asyik dengan segala kesederhanaan nya.
Mata ku melirik ke arah anak anak yang nongkrong di pinggiran jalan malioboro. Aku pernah menghabiskan masa masa ku dengan seseorang disana.. Arrrgggghhh sudahlah.
Aku membalikan wajah ku untuk fokus ke jalanan.

Kenangan bisa diciptakan begitu indah namun juga bisa membunuh mu dengan cekikan nya.

Karna mereka adalah orang yang sama.

Masih teringat jelas ke kepala ku.

"aku tau keputusan apa yang akan ku ambil sil"

"Kita memang nggak bisa lagi ngelanjutin ini semua"

Memang benar waktu itu aku merasakan rasa sakit yang begitu sangat mendalam dan aku hancur lebih dari seminggu lebih,  Aku kehilangan diriku dan aku butuh waktu untuk bisa sembuh.
Karna orang yang memberikan ciuman manis dipipi itu adalah orang yang sama menambahkan tamparan dipipi sebelahnya juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Move Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang