Dulu aku belum mengenal hijab.
Aku senang mengurai rambutku kemanapun kaki ini melangkah.
Aku suka menyihir rambutku dengan berbagai teknik atau gaya mulai dengan dikuncir, dikepang, dijepit, dibando dan lain sebagainya.
Aku juga sempat diajari pakai catokan rambut dengan berbagai macam bentuk cetakannya, dikeritingi rambutnya, ah sudah macam-macam pula style-nya.
Aku diajari oleh teman dekatku waktu itu.
Rasanya rambutku ini seperti mahkota.
Aku memperlakukannya dengan begitu istimewa.
Harus selalu terlihat unik dan rapi pokoknya.Iya, itulah aku yang dulu saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Hingga pada suatu ketika, aku merasa dilema.
Aku ini muslimah, tapi kok kayak bukan muslimah?
Kenapa aku tidak berhijab ya?
Apa Allah tidak akan marah padaku?
Aku terus bertanya-tanya dalam hati.
Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?Selain itu aku sudah masuk SMP saat itu. Aku bersekolah di sekolah Islam atau biasa dikenal dengan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan tiap pergi ke sekolah aku diwajibkan memakai hijab.
Parahnya, ketika bermain di luar sekolah dengan teman, aku kembali membuka hijabku dengan bebas seolah-olah tak ada yang salah.
Aku kembali mengurai rambutku selepas sekolah di luar rumah.
Meskipun dulu aku masih belum berhijab, aku bersyukur sekali koleksi pakaianku bukanlah pakaian yang serba mini.Suatu saat, aku mendapati diriku duduk dalam majelis ilmu.
Aku mendengarkan ibu ustadzah yang sedang berceramah tentang kewajiban berhijab.
Kiranya kini aku tahu jawaban atas segala pertanyaan dalam hatiku itu.
Ya, selama ini aku benar-benar telah berada di jalan yang salah.
Hijab adalah jawabannya.
Aku harus segera memakai hijab sebagai identitas muslimahku.
Aku mesti menggunakan hijab, supaya kelak tidak tertimpa adzab dari-Nya.
Agar kelak rambutku tidak digantung di atas bara api neraka-Nya. Seperti apa yang disampaikan oleh ustadzah itu jika tidak salah.Sejak saat itulah aku mulai membiasakan diriku memakai hijab tidak hanya di sekolah tapi juga saat keluar rumah.
Meski awalnya malu-malu memang.
Namun, lambat laun aku menjadi terbiasa.
Awalnya aku masih mengenakan kerudung pendek yang belum menutupi dada.
Ya, setidaknya sudah menutupi rambut, pikirku kala itu.
Bajuku rata-rata berlengan sampai ke siku atau melebihi siku sedikit, tapi tidak semua.
Dan masih sering mengenakan celana jeans ketat tiap acara hang out dengan teman.
Aku masih belajar kala itu dan sekarang pun sama masih belajar.
Meskipun demikian, aku bahagia karena Allah telah menunjuki aku hidayah untuk berhijab.
Aku berdo'a, semoga Allah berikan hidayah-Nya bagi muslimah lainnya di mana pun kakinya berpijak.
Dan bagi yang sudah berhijab, semoga Allah berikan keistiqomahan selalu.Aamiin Allohumma Aamiin.
- by : Yuree