Ribet!
Kayak emak-emak!
Fanatik banget deh...
Kamu ikut aliran sesat ya?
Jangan-jangan sudah dicuci otak...
Sudah.
Keluar semua julukan itu.
Pada siapa?
Ya, padaku.
Dari siapa?
Banyaaak.
Dari sahabat dekat.
Dari para tetanggaku.
Dari keluargaku.
Bahkan, dari ibuku juga.
Ya, begitulah saat aku memutuskan untuk berhijab syar'i.
Awal mula berhijrah memang begitu.
Tak ada proses hijrah yang dilakukan dengan mudah.
Selalu ada tantangan yang berusaha mempersulitnya.
Selalu banyak godaan yang berupaya mengujinya.
Dan selalu ada permulaan untuk memulainya.
Tadinya, aku masih belum berhijab sama sekali saat SD hingga SMP kelas 2.
Kemudian saat SMP kelas 2 aku berproses mengenakan hijab gaul.
Masih suka pakai celana jeans ketat kemana-mana.
Jilbabku juga masih ala kadarnya.
Lalu, saat SMA karena aku mengikuti rohis.
Aku bertemu dengan banyak kakak kelas dan teman seangkatan yang sholih dan sholihat.
Aku mulai banyak mendengar dan mempelajari tentang hijab syar'i lewat mereka.
Hanya dengar dan belajar.
Namun, tidak aku terapkan dalam kehidupan sehari-hariku.
Aku sebetulnya cukup malu sama mereka.
Anak masjid kok hijabnya masih gak syar'i.
Begitu pikirku.
Barulah, ketika masuk kuliah.
Aku mulai mengubah gaya berhijabku.
Aku meninggalkan jeans-jeans ketat yang aku punya.
Aku mulai belajar memakai rok setiap kali pergi ke kampus.
Sekali lagi aku katakan, semuanya selalu ada permulaan.
Aku juga tidak tiba-tiba mengenakan hijab syar'i ke kampus.
Awalnya sih karena 'terpaksa'.
Iya, jujur tadinya aku terpaksa memakai hijab syar'i.
Tuntutan pekerjaan, he-he-he.
Aku sempat menjadi freelancer pada saat semester awal kuliah.
Di sebuah lembaga dakwah yang cukup terkenal di kota kelahiranku.
Tersebab pemilik lembaga ini merupakan seorang Kiyai yang terkenal pula.
Aku dulu iseng-iseng mengirim CV pada lembaga ini.
Setelah melalui serangkaian tes, akhirnya aku diterima.
Ah, iya ada hal yang menggelikan saat tes.
Pada saat bivouac solo.
Itu lho, semacam camping tapi ditinggalkan di hutan sendirian, pasang tenda sendirian, semuanya sendirian.
Hmm, kebayang gimana seramnya di hutan sendirian.
Apalagi saat itu musim hujan.
Dan panitia sempat menakuti peserta, katanya ular atau babi hutan akan berkeliaran saat tengah malam.
Tapi, dalam kesendirian itu, aku merasa semakin dekat dengan-Nya.
Karena gak ada yang bisa melindungi dan menyelamatkan aku selain-Nya di sana.
Esok paginya, rupanya ada tes berendam di air sungai dekat air terjun.
Hmm, padahal aku sudah kehabisan persediaan rok dan kaos kaki.
Jadi, saat masuk dalam air, aku mengangkat rok aku supaya gak kebasahan.
Tenang, aku mengenakan celana panjang juga di balik rok yang aku pakai ini.
Kupikir itu tak akan masalah.
Aku juga sempat mau membuka kaos kaki, tapi dilarang.
Namun, rupanya aku dimarahi panitia. Ada ikhwan, katanya.
Dengan terpaksa aku ikut merendam seluruh rok dan kaos kaki terakhir milikku itu.
Syukurlah, ada salah satu panitia yang meminjamkan rok miliknya padaku.
Singkat cerita aku mendapatkan tugas sebagai facilitator untuk acara pesantren kilat ramadhan.
Dan dress-code yang harus dipakai ternyata baju gamis berwarna hitam dan merah maroon.
Pokoknya, full hijab syar'i deh!
Lha, aku mana punya baju gamis di rumah.
Mana pernah aku pakai gamis saat hang-out atau ke undangan.
Akhirnya, aku terpaksa pinjam gamis milik ibuku, he-he-he.
Bersyukur ukuran baju aku dan ibu masih sama.
Selepas itu, aku mulai membeli beberapa pasang gamis dan rok yang akan aku pakai sendiri.
Dan, dari sana, aku mulai membiasakan diri mengenakan rok atau gamis ke mana pun aku pergi.
Karena pembiasaan itu, orang-orang yang dulu memberikan berbagai julukan negatif padaku.
Kini, sudah berhenti melakukannya.
Mungkin mereka sudah capek.
Atau mungkin, mereka sudah terbiasa dengan penampilan baruku.
Alhamdulillah....
Aku teramat bersyukur Allah telah memilihkan aku jalan ini.
Tanpa kuasa-Nya, aku bisa apa?
Apalah aku ini. Siapalah aku ini.
Hanya makhluk yang lemah dan tiada daya.
Kalau bukan atas kehendak-Nya.
Hari ini, aku mungkin masih belum berhijab.
Aku mungkin masih 'senang' mempertontokan auratku pada non-mahrom.
Aku mungkin tak akan pernah bertemu dengan teman-teman yang sholih dan sholihat.
Karena melalui mereka, aku bisa ta'arufan dengan hijab.
Kalau saja aku tidak dikelilingi oleh muslimah seperti mereka,
Mungkin, aku semakin jauh dari-Nya.
Mungkin, aku semakin jauh dari lantunan ayat suci-Nya.
Mungkin, aku semakin gemar bermaksiat pada-Nya.
Entah.
Tak bisa kubayangkan, apa jadinya aku tanpa tuntunan dan hidayah-Nya.
Saat menulis tulisan ini pun,
Aku tentu bukanlah seorang makhluk suci.
Aku mungkin masih punya banyak dosa masa lalu yang belum diampuni-Nya.
Aku berdo'a dan berharap selalu,
Supaya Allah bisa melembutkan hatiku dan setiap hati para muslimah selalu,
Untuk tetap berusaha 'kembali' pada jalan-Nya,
Sebanyak apapun dosa yang telah diperbuat,
Seberat apapun ujian yang didapat,
Karena aku percaya,
Allah pasti mau mengampuni dosa-dosa setiap hamba yang ingin 'kembali' pada-Nya.
Aamiin...
by : Yuree Starlight