"Apakah boleh untuk egois pada perasaanku sedikit saja?"
※※※※※
"Jadi, gimana?" ujar Diego yang sedang sibuk mengetik tugas makalah Ekonomi di laptop Davka sedangkan si pemilik laptop itu tengah sibuk bermain PS sambil bersandar pada ranjangnya.
Hari ini Diego memang sengaja menginap namun tidak memberitahu Davka terlebih dahulu. Saat Davka pulang dari panti, Diego sudah melakukan perang kripik singkong di ruang keluarga dengan Raehan hingga membuat Dinar geram.
Dan disinilah mereka saat ini. Di kamar Davka yang cukup luas namun tak terkesan berantakan. Davka yang memiliki sedikit OCD, selalu merasa tidak tahan bila melihat berbagai benda berada di tempat yang bukan seharusnya. Maka, bila Raehan membuat segalanya berantakan, Davka dan Dinar akan menyatukan segenap kekuatan untuk memarahi Raehan.
"Ya gak gimana gimana," ujar Davka tanpa mengalihkan sedikitpun perhatiannya dari layar di depannya.
"Come on, Dav! Serius dikit kek. Akhirnya setelah bertahun-tahun gue jadi sahabat lo, gue bisa tahu kalo lo jatuh cinta sama cewek. Dan sikap lo masih cuek kayak gini? Jangan bercanda!" ujar Diego kepada Davka.
Sejak tadi ia menanyakan mengenai perasaan Davka karena ia sudah tidak sabar lagi melihat tingkah Davka yang aneh akhir-akhir ini. Dan Diego benar-benar tidak tahan untuk menahan segala pertanyaan itu di otaknya.
Davka meletakkan stik PS nya ke atas karpet berbulu berwarna abu-abu yang sedari tadi ia duduki kemudian memutar tubuhnya ke arah Diego yang ternyata tengah memperhatikannya dengan tatapan mengintimidasi. Davka menghela napasnya sejenak sebelum ia mengatakan fakta baru yang sangat tidak ingin ia ketahui.
"Gue... gak bisa."
"Kenapa?"
"Ya pokoknya gak bisa," ujarnya singkat sebelum berbalik lagi dan melanjutkan game yang sempat ia jeda.
"Ih, kenapa sih emang? Dia gak suka sama lo? Dia suka sama orang lain? Atau jangan-jangan dia udah punya cowok?" tanya Diego dengan semangatnya. Ia benar-benar gemas sekali dengan tingkah sahabatnya ini. Pasalnya, Davka belum memulai apapun dan bahkan saat ini ia terlihat begitu depresi seakan ingin menyerah. Payah sekali, bukan?
"Ah gue tau. Pasti gara-gara yang lo suka itu jangan-jangan cowok. Trus lo galau takut ketauan semua orang kalo lo itu ho—"
Pletak!
Sebuah tutup toples yang terbuat dari plastik melayang bebas tepat mengenai kepala Diego dan membuatnya bersumpah serapah. Kedua tangannya mengelus bagian yang menjadi korban 'kekejaman' Davka, berusaha menghalau denyutan yang terasa cukup menyakitkan.
"Lo kalo ngomong suka gak bener!" sahut Davka yang masih terpaku pada gamesnya.
"Lagian apa susahnya sih ngasih tau? Siapa tau gue bisa bantu."
Davka kembali memutar tubuhnya dan memandang lekat-lekat Diego yang masih mengusap-usap kepalanya yang baru saja menjadi target penyerangan dari Davka.
"Gue berada di posisi dimana gue gak bisa gapai dia, Go."
"Hah maksudnya?"
"Ya pokoknya gitu. Lo bayangin aja lo suka sama cewek yang punya ribuan alasan bagi lo buat melepasnya."
"Tap—"
"Pilihan gue cuma dua, Go. Jadi temennya dengan begitu gue tetep bisa disampingnya atau tetep suka sama dia tapi gue harus pergi dari dia. Dengan begitu semua akan baik-baik saja dan gak akan ada yang terluka nantinya," ujar Davka yang kemudian kembali duduk dan melakukan aktifitasnya semula, bermain PS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seharusnya ✔
Teen Fiction"Seharusnya lo gak begini. Seharusnya-" "Seharusnya seharusnya seharusnya. Berhenti bilang seharusnya karena gak semua hal berjalan sesuai logika lo." *** [Completed] Higest Rank #193 (5 Desember 2017)