BAGIAN 34 : AKHIR CERITA KITA

1.4K 70 0
                                    

'Dari awal aku sudah menebak akan akhir dari kisah cinta diantara kita berdua. Walaupun kita saling mencintai, tapi kita tidak akan pernah bisa bersama. Karena kita ditakdirkan untuk saling menjauh. Bagaikan angin, ia tidak bisa dilihat namun bisa dirasakan.'

Tap Tap Tap

Terdengar suara bunyi nyaring yang dihasilkan oleh langkah kaki seseorang. Ruangan gelap yang hanya di terangi oleh lampu senter yang dipegang oleh seorang gadis yang memakai pakaian serba tebal yang kini tengah mendorong sebuah koper berwarna putih dengan ukuran besar di tangan sebelahnya yang tidak memegang senter.

Gadis itu berjalan di dalam sebuah ruangan yang dipenuhi lemari loker. Yups! Saat ini, Thalia berada di sekolah yang sudah sepi, tepatnya di ruang loker para siswa dan siswi SMA Kencana 3. Sekolah sudah sangat sepi, karena memang ini sudah jam 7 malam.

Langkah Thalia terhenti di depan kumpulan loker kelasnya. Ia menatap sendu nama-nama yang terpampang pada setiap loker itu.

Setelah lama memandangi, akhirnya Thalia mengeluarkan beberapa amplop dari dalam kopernya. Ia kemudian membuka loker milik Nadia, Yuri, dan Axal. Beruntung, password loker mereka masih sama seperti dulu, saat masing - masing dari mereka memberitahukan password loker mereka pada Thalia. Tidak lupa, Thalia juga menyelipkan surat untuk semua teman kelasnya, surat permohonan maaf beserta ucapan terima kasih karena telah menjadi teman Thalia selama berada di SMA ini.

Karena itu, Thalia tidak akan susah untuk memberi kenang-kenangan pada mereka semua, walau hanya sebatas rangkaian kata di atas kertas polos, setidaknya Thalia merasa senang karena dapat menyampaikan salam perpisahan pada mereka semua walau hanya dalam seutas kertas.

"Aku pasti akan sangat merindukan kalian semua di sana. Terutama kamu Xal."

Thalia bergumam dan air matanya kembali menetes. Hanya setetes, karena Thalia langsung mengusapnya dan pergi dari sana. Entah suudah berapa banyak Thalia mengeluarkan air matanya hari ini, yang pasti Thalia sungguh berat meninggalkan tempat kelahirannya ini terlebih kenangan yang telah dilaluinya.

Ia masuk ke dalam sebuah mobil sport berwarna merah milik Thania. Di dalam, Thania memakai kacamata gelap serta masker berwarna hitam memandang lurus ke depan. Saat Thalia masukpun, ia tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya, ia hanya menyalakan mesin mobil dan perlahan melaju meninggalkan halaman sekolah.

Selama perjalanan, tidak ada percakapan diantara keduanya. Mereka terlalu sibuk dengan pikirannya masing-masing. Thalia yang sibuk memandang keluar kaca mobil yang sengaja ia buka. Dia ingin melihat pemandangan malam kota Jakarta untuk yang terakhir kalinya.

"Kamu beritahu bunda sama ayah kalau kamu pergi?" Tanya Thania tiba-tiba, memecah keheningan malam.

Thalia memakai kupluk yang Axal berikan padanya dulu saat mereka berkemah berdua, saat untuk pertama kalinya Thalia merasakan cinta dari Axal yang sebenarnya. Thalia bisa mendengar suara parau yang keluar dari mulut Thania, ia tahu walau bagaimanapun Thania jahat kepadanya, ia tetap menyayanginya layaknya dulu saat ada kata kami dalam kehidupan mereka.

Setelah kupluk itu terpasang rapi di kepalanya, ia tersenyum sendu dan mengalihkan pandangannya pada Thania yang masih serius menyetir dengan kacamata gelapnya.

"Aku takut, kalau sebelum aku pergi aku melihat ayah dan bunda terlebih dahulu, aku tidak bisa pergi dari negara ini."

"Mereka tidak mengetahui kalau kamu akan pergi?" Tanya Thania sedikit kaget.

Thalia menggelengkan kepalanya lesu. "Teteh kira aku bisa? Walau bagaimanapun, mereka sudah merawatku dari kecil, pasti akan ada sedikit cinta yang tertanam dalam hati mereka untukku. Walaupun hanya sedikit, aku yakin, mereka akan sedih ketika mereka tahu aku akan pergi. Aku tidak mau melihat mereka sedih. Aku sangat menyayangi mereka walaupun mereka bukan orang tua kandung aku."

So Far Away ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang