Kami terus melangkah mendaki gunung dibawah hujan deras. Sudah 2 jam kami berjalan. Kira-kira ini jam 6. Langit yang gelap karena awan mendung, kini makin gelap karena matahari berangsur tenggelam.
Sesekali kami berlari untuk mempersingkat waktu. Namun kami lebih sering jalan.
"Orangtua mu mana?" Tanya Aldo di sela-sela perjalanan.
"Ibuku meninggal, kalu ayhku....".
Eh iya, ayahku kemana ya?
"....ayahku masih di kota!!". Aku bergegas membalikan badan.
Aldo langsung menangkap tanganku mencegahku pergi.
"Tenanglah, dikota sedang kacau, banyak tentara yang akan menangkap atau yang paling buruk membunuhmu. Pesawat yang terbang lalu lalang diatas kota juga nampak berbahaya. Mereka mungkin saja bisa menembak atau meledakan sesuatu dari atas sana. Yang jelas kembali ke kota sama dengan bunuh diri."
Aku terdiam. Dia benar.
"Ngomong-ngomong, ayahmu kerja dimana?". Tanya Aldo
"Eh, di perusahan droid yang besar. Aku tidak tau persis apa nama perusahaannya".
"Baguslah, tempat itu pasti memiliki banyak alat canggih yang tak mudah ditaklukan". Aldo berkata sambil tersenyum ramah.
Aku menurut dan malanjutkan perjalanan. Semoga yang dikatakan Aldo benar, ayah baik-baik saja. Untuk saat ini aku akan menuruti kata ibu untuk pergi ke timur.
Pukul 10 malam. Kami mulai menuruni gunung. Dari tadi kami terus mendaki tapi sekarang rasa lelah kami sedikit berkurang karena medan yang kami lalui menurun.
Dari tadi aku bertanya-tanya, bagaimana Aldo mengetahui jam?
"Oh, aku mempelajari ilmu bertahan hidup di alam. Dari kondisi langit kita bisa tau jam berapa sekarang".
Hujan sudah mulai berhenti, namun tanah masih becek. Kami memutuskan beristirahat di bawah pohon sambil sandaran.
5 menit lengang. Hanya terdengar suara gerimis yang turun dari daun ke daun. Situasi pun gelap. Kami hanya mengandalkan pencahayaan remang-remang dari senter kecil yang dibawa Aldo dan cahaya bulan yang mulai menampakan diri melewati celah daun yang rapat di hutan.
"Aldo, apa tidak ada hewan buas yang akan menyerang?". Aku mulai bertanya memecah hening.
"Tentu ada kemungkinannya. Tapi serangan tadi jelas membuat mereka lari sejauh mungkin. Kau tau hewan memiliki insting yang unik jika ada bahaya. Ditambah hujan dan malam. Hewan-hewan lebih memilih berteduh dan beristirahat sambil menunggu matahari terbit".
Jadi begitu ya. Pantas tidak ada hewan yang lewat dari tadi. Awalnya aku sempat menduga kalau hewan disekitar sini telah punah atau migrasi jauh. Maklum, kota kami adalah kota yang besar dan maju. Dibalik pembangunan kota yang maju, ada ketidakseimbangan ekosistem dibaliknya. Manusia memang egois.
"Ngomong-ngomong, gadis kecil".
Aku menoleh. Nampaknya Aldo ingin mengatakan sesuatu.
"Berapa usiamu?"
"12 tahun"
"Heh, seriusan?"
"Kenapa? Apa ada masalah?".
"Yah kukira kau lebih muda dariku. Tubuhmu terlihat seperti bocah 9 tahun. Berati kita seumuran. Aku merasa bersalah memanggilmu 'gadis kecil'. Maaf".
Aku maafkan dia. Lagipula dari awal dia memang salah. Aku memang tidak memberitahu umur ku tapi setidaknya dia harus bertanya. Seenaknya saja dia memanggilku 'gadis kecil'.
"Yah wanita memang sulit ditebak ya. Hahaha". Kali ini dia tertawa
Anak ini. Aku memelototinya. Sontak dia langsung mengalihkan pandangannya.
Lengang sejenak. Belum ada tanda-tanda kami akan melanjutkan perjalanan.
Lima menit kemudian Aldo beranjak berdiri.
"Baiklah, mari kita lanjutkan perjalanan".
"Hn". Lantas aku mulai berdiri.
"Ahhh... misiku gagal".
Eh, apa yang Aldo gumankan tadi? Misi? Misi apa?
"Anu, misi apa maksudnya?"
"Oh aku cuma bicara sendiri, bukan apa-apa kok. Lupakan saja".
Jelas dia seperti menutupi sesuatu. Bagaimana pun banyak hal yang masih misteri dari Aldo. Sebenarnya siapa dia? Apa yang dia lakukan saat dikota tadi? Dan yang lebih penting bagaimana dia bisa bertarung? Ditambah soal misi?
****
Kami terus berjalan menuruni gunung. Meskipin medan kami lebih ringan, namun karena stamina dan fisik kami yang mulai melemah membuat laju kami semakin lambat. Beberapa kali kami istirahat. Kantung mata Aldo mulai terlihat. Nampaknya dia juga sama ngantuknya denganku.
Sekitar pukul 5 pagi, kami melihat sebuah pondok kecil disana.
"Itu dia, tujuan kita". Kami mulai bergegas.
Matahari mulai terbit, disertai embun pagi. Kami tepat sampai di depan pertenakan.
Peternakan ini kecil. Nampak ada satu bangunan utama dari kayu dan beberapa hewan seperti kuda di depan, sedangkan para ternak lainnya ada di belakang. Kata Aldo tempat ini mempunyai sapi, kambing, ayam hingga ikan lele meskipun tidak banyak. Aku baru tau kalau bangunan dari kayu masih ada.
Tepat saat kami sampai, seorang lelaki menyambut kami.
Laki-laki tersebut usianya sekitar 30an, mungkin seumuran dengan ayah dan ibuku. Badanya kekar dengan lengan yang berotot namun tetap proposional. Dia memiliki kumis tipis, rambut hitam yang pendek dan wajah yang terlihat bersahabat namun tegas.
"Akhirnya kau datang Aldo, sesuai dugaanku kau akan datang saat matahari terbit. Bagaimana apa kau berhasil?". Paman itu menyambut kami dengan senyum dan intonasi yang tegas.
"Hn, terima kasih telah menunggu ku paman Tom, sayangnya ada perubahan rencana. Aku gadis ini dia tadi dalam bahaya dan nampaknya kehilangan ibunya".
"Jadi begitu ya-".
Orang itu terdiam. Dia nampak kaget melihatku.
"Ka... kau... kau Li-".
"Baiklah Paman Tom aku dan gadis ini lelah jadi kami ingin beristirahat. Simpan saja semua pertanyaan untuk nanti ya". Malah dipotong sama Aldo. Aku bingung kenapa dia pandai memotong pembicaraan.
"Ah baiklah, suruh dia gunakan kamar bekas Naila saja".
"Begitunya". Wajah Aldo entah mengapa nampak sedih mendengarnya.
"Baiklah, gadis kecil ikuti aku".
Loh, tadi katanya menyesal memanggilku gadis kecil.
Kami masuk kedalam rumah kecil ini. Paman tadi nampaknya pergi keluar. Katanya dia ingin mengurus ternak.
Sejujurnya aku bingung, kenapa orang itu menjadi peternak? Sedikit tidak masuk akal jika tubuh kekar itu didapat dari ternak atau dia mungkin bukan sekedar peternak. Namun dia menyambut hangat kami tadi. Sepertinya dia orang yang baik.
Selain itu dia nampak ingin bicara denganku. Entah kenapa semakin aku mengenal Aldo, semakin sedikit yang kumengerti.
Dan satu lagi, siapa Naila?
KAMU SEDANG MEMBACA
Is it Wrong if I Expect Someone to Protect me?
خيال علميPada tahun 2039 manusia berhasil menciptakan obat yang bernama human-droid. Dengan obat ini penggunanya dapat mengoprasikan droid hanya dengan mengirimkan sinyal melalui otak atau sugesti. Droid sendiri adalah alat yang lebih canggih dan modern diba...