Irama Arti Sebuah Persahabatan

123 26 42
                                    


Kenapa kelam diam dalam lembaran masa silam, bila biru bintang tak berkerlip sekarang.

Lalu kapan?

Entahlah, Kapan pun datang terang pasti kujelang benderangnya malam.

Kenapa ada bayang-bayang hitam, bila cahaya memberi warna sebentuk lukisan.

Kutelusuri jalan pintas lika-liku waktu, tinggalkan samar sandiwara sejarah.

Biar merekah, membelah sisa-sisa pengorbanan perisai pengabdian para pejuang kemerdekaan. Yang menyisakan haru biru kemenangan.

Akhirnya tiba juga aku di depan wujud sekotak bangunan tua, lambang kenangan yang dahulu diperjuangkan berbagai bangsa.

Tanpa sambut hangat apalagi dijemput, namun tetap kuberjalan masuk.
Di dalam ruangan kelas bawah (itu menurut istilah mereka) aku dipersilahkan untuk duduk 'bukan di kursi' tapi duduk bertekuk berlutut, harus tunduk, dan menurut.

Bila tidak tuntutan berbagai pilihan sudah terdaftar. Karena memang hukumnya pilihan bukan memilih.

Meskipun begitu kucoba menahannya, dengan kegirangan kuceritakan semua persoalan yang selama ini tersamarkan.

Dipendam dan disembunyikan sebagai simpanan perbekalan nanti, perjalanan impian, cita-cita serta asa seluruh bangsa.

Dan banyak lagi kisah. Mereka hanya diam. Setelah lama berselang salah satu dari mereka akhirnya terdengar bergumam juga, "Ah, berlebihan."

Dan terdengar lagi sebuah jawaban dari sosok tua yang terlihat berpengalaman dalam setiap pertimbangan dari apa yang telah direnungkannya. ujarnya :

"Jangankan persaudaraan atau persahabatan. Bahkan bayangan sendiri pun bisa berkhianat, menyayat dibelakangnya untuk mengumpat kalimat-kalimat laknat. Dalam ayat-ayat penuh jerat tapi memikat, tak ada yang akan selamat kecuali bersama malaikat dan hakikat". DEG!

Kujajakan kaki ke bumi melangkah terus dan terus, tanpa arah tak ada tujuan. Dengan membawa seribu kecewa.

Aku sudah tak tahu apa-apa lagi, kecuali harus bergegas pergi, menghempas luka yang membekas. Tugasku kandas. Cenderamata dari tetesan air mata ayah ibu dilindas.

Pesan untuk disampaikan pada putra putrinya, tak sempat kuberikan. Tanpa memberi kesempatan menjelaskan.

Mereka membuka helaian dan membacakan aturan main kehidupan, kemiskinan dan kemelaratan adalah ketidak berdayaan.

Kata ayah dan ibu, mereka saudara-saudariku. Aku hampir mati melonjak kegiraangan saat itu. Mataku berbinar, ceria berseri. "aku punya saudara! Yah? Bu? Hore...".

"Hahaha, bullshit!"

Kebahagian itu telah remuk tak berbentuk, diinjak di bawah telapak kaki kekuasaan dan kekayaan.

Aku mengerang kesakitan, mendesis miris bibir tergigit, kepala tertunduk mata tertutup, pelipis dan otot serta urat kejang menahan gigil pedih membaur perih.

Sesalku bukan karena compang-camping pakaianku
Dukaku bukan karena dekil badan ini
Sesakku bukan bau dari sekujur tubuh.
Atau tak mengakui dan menerimaku sebagai saudara


Kedukaanku yang terdalam karena melihat saudaraku dalam keadaan buta.

Tak melihat warna yang menggores indahnya sang lukisan.

Tak mencium aroma harum tanah ibu serta segar hijau dedaunan dan rerumputan ayah.
Tuli celotehan burung gunung, kicauan ikan laut, dan teriakan petir langit. Gemericik air jernih mengalir segar tak mereka rasakan kemurniannya.

Kuayunkan langkah dengan penuh kekecewaan. Ketika melewat di persimpangan jalan pedesaan, terdengar seorang seniman memainkan sebuah petikan gitar.

Nada suara petikannya selaras terpadu menyentuh kalbu. Setelah dia selesai satu lagu kemudian dia memanggilku kemudian berkata :

"hi, sobat, izinkan kupersembahkan lantunan irama arti sebuah persahabatan."

Tak lama terdengarlah nada, tak syahdu, tak merdu memang, namun cukup memberi harapan dari keputusasaan.

"Terima kasih teman, telah mengajariku bertahan dalam kehampaan". Hanya itu yang dapat kuucapkan di antara sekian banyak yang ingin aku katakan.

Kini yang kulakukan, diam dalam sebuah gubuk usang penantian, bersama senyuman, coba mencari irama arti sebuah persaudaraan yang telah lama hilang dari peradaban zaman.

Bogor 09-09-2017
Oleh : Aridwana Kasih

#ed_ @NovitAnggun👩🏻
#Goresan Rindu Budaya Ibu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Irama Arti Sebuah PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang