Waktu memanglah suatu keadaan dimana kita harus menghadapi semua yang terjadi di dunia ini. Sama halnya dengan Aku. Terpisah dalam keadaan sangat mencintai seseorang yang sempat mewarnai hidupku dengan berbagai kenangan yang indah dan pada akhirnya membuatku terjatuh sedalam-dalamnya kedalam jurang kesedihan. Namun jika berfikir terus menyalahkan waktu, takkan ada habisnya bukan ? Berusaha melawan rasa yang ada. Akhirnya Aku pergi meninggalkan berjuta kenangan dan impian yang sempat kita harapkan.
👣👣👣
Dengan berbagai alasan yang ku ajukan kepada kedua orang tuaku, akhirnya berbuah hasil. Aku bertekad untuk menghapus semua kenangan yang sempat terukir dengan meninggalkan tempat tinggalku dan berkelana mencari secercah ilmu yang akan ku buat menjadi sebongkah berlian kesenangan untuk keluargaku dan masa depanku kelak.
"Nak, kamu yakin ?" Ibuku mencoba meyakinkanku dengan raut yang menunjukan bahwa beliau di rundung rasa khawatir.
"Aka yakin ma. Mama gak usah khawatir. Aka bisa jaga diri. Mama sama papa jangan lupa jaga kesehatan, jagain iki baik-baik . Aka sayang mama." Aku berusaha meyakinkan mama. Dan aku sempat mencium tangannya. Mama tersenyum. Dan akhirnya. Aku berangkat dengan menunggangi kuda besi yang sudah menemaniku selama 3 tahun ini.
Aku merantau ke Jakarta. Ya. Kota metropolitan yang terdapat berbagai manusia rantau untuk mengadu nasib mereka. Pada awal mulanya aku merasa canggung akan tetanggaku . Namun keramahan yang mereka berikan membuatku menjadi akrab dengan semuanya.
👓👓👓
Hingga keesokan harinya. Aku bangun sebelum fajar menyingsing. Seperti biasa, aku melakukan rutinitasku mandi, shalat hingga sarapan. Namun terbesit dibenaku. Aku merindukan keluargaku dan dia. Secepat mungkin ku tepis pikiranku dan mulai melanjutkan aktifitasku.
Aku mulai melajukan motorku hingga sampai di area komplek sekolah. Aku termasuk seseorang yang tak memperdulikan penampilan. Bajuku yang tak ku masukan kedalam celana. Rambut yang ku tata dengan rada urakan. Namun temanku berkata bahwa aku terlihat cool dengan ini. Tapi sudahlah. Akupun tak peduli.
Menjadi murid baru merupakan moment yang paling menyebalkan. Namun apadaya ? Ini keputusanku . aku harus hadapi resikoku ini. Menjadi pusat perhatian orang lain. Ya tak lain dari seragamku yang berbeda. Aku mulai memasuki koridor sekolah. Disana terdapat banyak wanita yang menatapku kagum.
*brakkkk*
"Lo itu gak pantes sekolah disini! Cewek dekil, miskin! Yang bisanya cuma ngabisin duit pemerintah dengan gantungin nasib sekolahnya pake duit negara ! Jangan so lo! Jangan kira dengan prestasi lo, kita semua bakalan bangga sama lo! Helooww, pergi sana! Hahahahhaha. Cewek udik! " Segerombol wanita membully siswi.
Aku tertarik untuk melihat kerumunan tersebut. Yang menjadi perhatianku, kulihat mata seorang yang tak mendapat keadilan tersebut, seolah meminta pertolonganku. Namun aku termasuk orang yang tak mau tahu urusan orang lain hingga akhirnya aku melanjutkan perjalananku untuk pergi ke ruangan kelas.
Aku sempat kewalahan mencari tempat belajarku. Menyebalkan. Tapi aku melihat seseorang yang berlari menuju ke arahku.
"Hai?" Dia menyapaku dengan raut mukanya kebingungan. Namun dia sempat melirik Name tag ku, dia tersenyum ramah terhadapku. Aku semakin tak mengerti.
"Hm." Kataku datar.
"Raka Agdita Putra ? Bisa kau rapihkan dan kau masukan bajumu kedalam celanamu? Lalu mengapa kau tak memakai sabuk? Dan.. oh astaga kau juga memakai sepatu warna-warni, kau sungguh tak tahu peraturan sekolah ? Oh kelihatannya kau murid baru. Baik, ayo ikut jika kau belum tahu!"
"Oh" jawabku, sambil berjalan melintas di hadapanya dengan santai. Tapi ku dengar dia memakiku dengan berkata
"Manusia menyebalkan! ".
Tak lama setelah itu, akhirnya aku menemukan ruangan belajarku. Aku harus banyak bersyukur hari ini. Hingga guru baruku datang menyambutku di depan pintu kelas . Aku tersenyum ramah.
"Lama sekali kau ini. Apa kau kelelahan mencari ruangan ini ?" Katanya sambil memegang pundaku.
"Tentu saja" kataku
Dan akhirnya aku dipersilahkan masuk. Ya, kelas XI IPS 6 akan menjadi tempat yang akan ku kunjungi selama 2 tahun kedepan.
"Silahkan perkenalkan dirimu" Ucap Pak Mahmur . Nama yang unik.
" Raka Agdita Putra, umur 17 tahun, asal sekolah SMA Pelita Harapan." Kataku tanpa ekspresi.
Namun seorang siswi berbicara dengan nada yang antusias.
"Bisakah aku mengenal dirimu lebih dalam tampan ? "
"Apakah itu penting nona ?" Ucapku sinis. Seketika dia membisu tanpa kata.
"Hahaha. Kau memang pintar bercanda Raka. Silahkan duduk bersama, emm ah ya. Sesil! "
Aku mencari bangku yang di maksud pak mahmur. Namun tunggu dulu ? Dia yang menegurku tadi pagi !