Kura-Kura

36 2 1
                                    


Menyusuri jalan yang dulu kita pernah lalui bersama, terbesit sebuah kenangan, diantara pohon-pohon Akasia yang bergandengan. Kau menuliskan nama kita, seolah olah akan tumbuh abadi seiring pohon itu. gemercik air hujan menambah syahdu lamunanku saat canda tawa masih lumrah kita lakukan. Aku ingat saat mentari ini mulai temaram, menyisakan genitnya cahaya keemasan yang mewarnai ubun-ubun kita. Mata kita saling bertatapan seolah-olah bercengkrama dalam ikrar janji yang abadi. Tak terasa waktu itu seperti beberapa hari kemarin. mungkin karena betapa berartinya saat saat itu bagiku.

Sesampainya di rumah, Ibu langsung menyambutku dengan pelukan hangatnya. Aku balas pelukan ibu dengan lembut untuk melepaskan kerinduanku yang kurang lebih empat tahun Aku meninggalkannya -untuk menimba ilmu di luar kota. setelah menumpahkan rasa rindu. Aku pun pergi ke kamarku di lantai atas. Aku cium aroma khas kamarku yang mulai tak asing tapi mengingatkanku saat indahnya masa remaja. Kupandangi sehelai kertas yang yang terletak di atas meja belajar ku, entah kenapa aku merasa terkesan dan sedikit bangga akan hiasan berbentuk kura-kura itu.

"Untunglah kau masih ingat" sahut Ibu dari lawang pintu sambil tersenyum. "Kau takkan percaya apa yang telah terjadi" sambungnya.

Terakhir kali Aku melihatnya, dia sedang di seret oleh ayahnya ke dalam mobil, lalu ayahnya memasukkan koper-koper dan barangnya ke dalam mobil dengan tergesa-gesa, Aku ingat Kau meronta-ronta, merintih dan menangis di dalam mobil. Air mata yang mengalir, lalu mobilpun melaju pergi dengan cepat. Aku hanya bisa melihat di balik pohon itu, ingin aku mengejarmu dan mengeluarkan mu dari mobil itu, dan mengajak mu untuk tinggal di rumahku

Bandung, 18 Desember 2012

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 24, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cerita yang Harus DiselesaikanWhere stories live. Discover now