~4~ GWS

121 19 10
                                    




Diana berjalan santai melewati lorong lorong sekolah menuju kelasnya. Saat ini sekolah masih sepi, ia sengaja datang pagi karena trauma kemarin ia terlambat. Sungguh ia takkan mengulanginya lagi. Saat melintasi ruang guru, Diana melihat Imam, ketua kelasnya yang terkenal alim oleh guru guru dan siswa lainnya, sebutannya ustadz, katanya. Cocok sekali namanya dengan jabatannya.

"Hoi pak Ustad!" Diana berteriak pada Imam yang jaraknya hanya 5 langkah darinya.

"Astagfirullah, taubatlah kau wahai anak Adam. Kenapa teriak teriak? Ingatlah bagi wanita, suaranya termasuk dalam auratnya. Istigfar." Imam mengelus dadanya, kadang kadang ia memang suka alay bin lebay. Tak jarang yang suka menyebutnya ustadz kw karena sifatnya itu.

"Santai tad, cuma mau bilang, assalamu'alaikum." Diana nyengir dan mendekat kearah Imam, ia menyodorkan tangannya pada Imam. Diana menyaliminya seakan akan sedang menyalimi ayahnya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuhh." Imam melepas tangan Diana. Dan ia baru mengingat sesuatu, "astagfirullah, batal deh wudhu gue tadi pagi. Elo si setan pake megang megang." 

"Lah kok gue, elo lah genit pake megang megang tangan gue juga." Jawab Diana sengit. Imam mengelus dadanya.

"Astagfirullahalazdim" Imam kembali mengelus dadanya saat melihat Rian yang datang dari arah belakang Diana dan menenggerkan tangannya di pundak Diana.

"Pagi Diana sayang.. sehari gak ketemu rasanya kayak setahun deh." Rian tersenyum ke arah Diana dengan wajah yang sangat dekat. Rian tak memperhatikan Imam yang termangap melihat adegan dewasa di depannya.

"Ekhem." Imam menyadarkan keduanya. "Tolong dong wakil ketos kasih contoh yang baik buat siswa yang lain." Ucap Imam yang sengaja menyinggung jabatan Rian.

Rian tersadar akan kehahadiran Imam, karena malu ia hanya menggaruk kepala belakangnya. Ia mengambil tangan Imam dan menyalaminya "assalamualaikum bapak sekbid ketakwaan." Rian membalas menyinggung jabatan Imam sendiri sebagai sekbid ketakwaan OSIS.

"Waalaikumsalam."

Rian lantas menarik tangan Diana menjauhi Imam. Diana yang ditarik hanya pasrah dan dari jaraknya, Diana berteriak lagi.

"Assamuaalaikum ustaaadd!"

"Waalaikumsalam. Astagfirullah." Imam kemudian pergi ke arah ruang OSIS untuk mengurus sesuatu.

Sementara itu Diana bersama Rian berjalan menuju kelas mereka.

"Gimana kemarin?" Tanya Rian sambil merangkul Diana lagi.

"Gimana apanya?" Diana menatap bingung ke arah Rian.

"Gak kangen sama aku?" Mendengar itu, Diana langsung tertawa.

"Ya enggak lah." Diana melepaskan rangkulan Rian dan berjalan duluan sambil tertawa

"Masa sih? Kok aku kangen ya?, ya udah deh kalo gak kangen. Coklatnya buat degem kelas 10 aja." Mendengar kata coklat Diana berbalik dan mendapati Rian hendak memasukkan kembali sebatang coklat ke dalam tasnya. Diana berlari kesamping Rian dan meletakkan kembali tangan Rian di pundaknya.

"Gak kok yan, aku kangeennn banget." Diana mencoba merayu Rian dengan wajahnya yg dibuat imut.

"Yah sorry ya, coklatnya cuman satu buat degem aja."

"Ah rese'... ambil gih, ambil degem degem lo sana. Kesel gue." Ucap Diana sambil menghentak hentakkan kakinya ke lantai meninggalkan Rian.

"Sebenarnya ya Na, buat lo bukan 1 coklat itu, tapi satu kotaknya." Diana berbinar binar mendengarnya. Ia berbalik dan melihat Rian sudah memegang 1 kotak coklat putih silverqueen kesukaannya. Diana berlari menyusul coklatnya.

That Should Be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang