(cold) 1

312 30 0
                                    

Saat kamu memanggil namaku, menatap mataku, dan tersenyum padaku, waktu seakan akan ingin aku hentikan agar semua nya tetap dengan situasi yang sama.

Sinar mentari telah masuk melalui celah jendela kamar milik Arka. Ia sudah siap akan tes yang diadakan untuk memilih jurusan.

Arka telah memantapkan dirinya untuk masuk ke jurusan IPA bersama empat kawannya.

Saat melihat jam, ternyata sudah jam 6.35. Arka pun langsung pergi ke kamar mandi nya dan bersiap untuk ke sekolah dengan motor nya yang berwarna hitam kesayangannya.

5 menit setelah persiapan, ia menuruni tangga dan berniat untuk sarapan. "Bi, ayah udah berangkat?" Satu pertanyaan yang selalu Arka ucapkan di setiap pagi nya dan berharap bahwa ayahnya menjawab dari arah belakang dirinya berada.

"Udah berangkat jam 6 lalu mas." Ucap pembantu nya yang sepertinya sudah biasa dengan perkataan Arka yang selalu di ucapkan tiap pagi. "Oh iya mas, tadi pagi Tuan Angkasa nitip kayak kertas kecil gitu ke bibi, trus kertasnya bibi taruh di atas kulkas." Ucap pembantu yang sering di sapa dengan 'Bi Rani' itu.

Arka bergegas menuju kulkasnya yang berada di dekat dapur rumahnya. Disana terdapat note kecil berwarna jingga dengan tulisan rapi milik papa nya.

Ayah cuma mau bilang ke kamu, jangan sering pulang malam dengan wajah lebam. Kamu gak punya saudara perempuan yang bisa peduli, ayah sibuk, jadi cuma bisa ngingetin kamu kayak gini. Kalo kamu tetep pulang malam, papa potong uang jajan kamu.

-papa

Arka memegang kertas note tersebut dengan tangan menggenggam erat kertas note tersebut.

Kenapa gak ada waktu buat Arka sehari aja dari ayah? Arka cuma butuh ayah, Arka kayak gini juga buat cari kesenangan karena ayah gak bisa penuhi itu. Ayah sayang Arka gak sebenarnya?

Mood nya hancur, setelah berniat untuk sarapan nya hilang, ia berpamitan dengan Bi Rani dan langsung bergegas menuju ke sekolah.

Arka menggeram kesal saat ia sadar bahwa hidupnya sangatlah tidak beruntung. Selama 16 tahun hidup, entah mengapa ia tidak pernah menemukan seseorang yang dapat mengisinya. Ia juga tidak pernah menemukan seseorang yang dapat melengkapi nya.

Sampai di sekolah sudah pukul 6.55 dan gerbang masih saja terbuka lebar. Arka memarkirkan motornya dan berjalan cepat menuju kelasnya.

Karena pikirannya yang tidak fokus dan kacau, ia dengan tidak sengaja menabrak seorang perempuan di hadapannya yang juga tengah menuju koridor kelas X.

Perempuan yang ia tabrak langsung terjatuh dan meringis kecil sambil memegang lututnya yang sepertinya tidak berdarah namun pasti lecet. Arka hanya menunggu reaksi lain dari perempuan tersebut yang masih menunduk sambil memegang lutut.

Perempuan tersebut bangkit dengan wajah kesal yang di pendam dalam datar nya ekspresi wajah perempuan tersebut. Arka sekilas melihat perempuan itu yang ternyata Giovanna.

Belum ada 24 jam, ia sudah menabrak Giovanna sebanyak 2 kali. Arka langsung menahan lengan Giovanna agar tidak pergi.

Giovanna terdiam dari jalan nya dan berusaha melepaskan lengannya dari tarikan tangan Arka. "Eh! Maaf ya Gi, maaf banget buat semua nya." Ucap Arka yang entah mengapa mulutnya bisa mengeluarkan semua kata kata itu, padahal se-daritadi ia sama sekali tidak berniat untuk menguras tenaga nya dengan hal kecil seperti berbicara.

Infinity of Ours | [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang