Genangan air mengalir sampai ke lantai marmer kamar mandi, aku masih setia pada satu titik di langit-langit kamar mandi ini, dan baju ku sudah terkubur bersama tubuhku di bathtub ini.
Semua terbenam didalam, dan sakit di dadaku sangat terasa. Ya tuhan, ini keterlaluan.
Aku menghirup nafas dalam dalam tanpa sadar. dan tak ingat bahwa setengah wajahku tertutup air. Oleh karena itu, aku menghirup lumayan banyak air, dan rasanya terbakar pada tenggorokan ku sangat intens, aku bahkan lupa bahwa aku harus lakukan apa sekarang.
Ya Tuhan... Apa aku akan mati?
Kurasa semakin lama semakin membuat kesadaranku melemah, kurasa aku terus menerus mencari udara, harus menghidup lebih banyak dan tubuhku merasa kelu, tak terasa apapun, hanya mencoba berfikir untuk lepas, atau diam dan menunggu.
Aku merasa mataku semakin semakin membulat, dan tubuh ku merosot masuk, membuat mataku perih, menenggelamkan semua tubuhku, wajahku, dan membuat sekujur tubuhku, semuanya sakit. Aku menghirup kembali udara tapi yang ku dapat adalah air, demi Tuhan ini.di dalam air, mengapa aku terus mencari¤afas?. Udah sudah pergi hilang dan tak akan kudapatkan sekarang.
Dan, aku sudah siap untuk mati.
Tapi, mataku menangkap sosok gelap dalam terang diatas pandanganku
berupa....
Gelap, hilang, dan.... Aku.... Mati?
***
Semilir angin menerpa wajahku, aku tersenyum melihat bunga berterbangan kearahku, yah itu bukan ulah angin, tapi ulah namja itu!
"Hentikan lah, bajuku kotor!"
Namja itu tertawa saat aku menampilkan perengutanku "Kau nampak cantik saat tersenyum!" dia mengedip padaku, dan aku hanya menampakkan wajah, syok.
"Dari mana aku Tersenyum, phabo!"
"Kau tau...." namja itu mendekatiku dan duduk disampingku. Lalu menyelipkan helaian rambutku yang terjunyai ke belakang telinga. "Cantik, kau cantik"
Aku memutar bola mata sekarang, "terimakasih, kau menyebutkannya berulang kali..."
Dia tersenyum simpul dan mengedip kembali padaku, " khmm, aku punya kata lain... mau dengar?"
"Yah?"
"Neomu sharanghae jiyeon-ah...."
***
Apa itu.... Apa aku sudah mati?
Sengatan kelu berasal dari nadiku membuatku mengeluh, mencari nafas sebanyak-banyaknya membuatku merasa lega, ternyata aku belum mati. Dengan perlahan, ku buka mataku dan menutup kembali karena silau, lalu ku buka lagi dengan perlahan.
Putih, plafon putih menghias pandangan ku, bau macam-macam rupa menyengat indra penciuman ku, aku mengedarkan pandangan pada tubuh ku, aku sedang diselimuti, dan pakaian ku yang telah berganti. Lalu pada ruangan itu, semua nya putuh, hanya Gorden berwarna coklat, dan sebuah sofa disamping jendela yang berwarna kelabu, dan, ada sesorang disana. Sedang menelepon.
Karena posisinya itu, dia tengah membelakangiku.
"iya, Hyung. kami tidak bisa, maaf kan aku hyung .... Tidak .... Tentu saja, sudah tiga malam, dan baru sempat menghubungimu .... dia baik-baik saja .... Iya hyung terimakasih .... Tentu, sampaikan salamku untuk yeri, nde .... Anyeonghasseo."
Orang itu berbalik dan kontan mataku membulat, Myungsoo langsung menatapku dengan mata lelah, dan saat dia menyadari aku membalas tatapannya, mata itu membulat, dan dia lari terhunyung ke ranjangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Cupcakes
General FictionBagaimana jika suatu hari, semua dalam dirimu berubah saat kau bangun dari tidurmu, semua nya! Bahkan status mu?. jiyeon tak pernah nyangka, disuatu malam, semuanya sudah berubah, dia tak tahu bagaimana dan untuk apa semua itu terjadi. (BERLANGSUNG)...