PG 28 # kesempatan?

1K 153 27
                                    

Aku terduduk lemas di kasur dan menatap Myungsoo yang duduk dikursi jenguk, tepat di sampingku.

"Apa yang kau mau bicarakan?" tanya Myungsoo padaku, aku hanya menelan ludah, rasa haus membuat kerongkongan ku kering. Dan aku harus bertahan dengan rasa perih dari tenggorokanku. Entah apa yang suster dan dokter muda itu lakukan, yang jelas, aku berterimakasih karena suara ku kembali.

"Aku ingin bercerai," tuturku dengan suara pelan

Seperti melempar bom pada sebuah patung, dia hanya diam dan membeku, aku tahu ini pukulan keras, tapi aku tak mau menyakiti siapapun lagi. Aku sudah cukup dengan ke egoisan ku selama ini.

"Kenapa?" tanya nya datar.

"Aku... Aku sudah tak tahan, aku... Ingin mengakhiri ini."

Myungsoo bangkit dan menempatkan tangannya dipundakku memaksa aku agar menatapanya.

"Kau bilang kau mencintaku."

Aku menggelengkan kepala dan menunduk, tapi dia mengguncang pundaku agar menatapnya kembali, dan aku mengikutinyam

"dengar, kau tak usah membahongiku, aku, aku tahu kau mencintaiku!"

"lalu apa? Apa yang kau mau dariku? diam saat mengetahui kau telah selingkuh, dan dendam sialanmu itu?"

Dia membeku kembali, lalu melepas tangannya menjauh dariku dan Myungsoo terhuyung kebelakang seakan ada yang mendorongnya.

"Aku, aku mau kita seperti kemarin. Aku telah meninggalkan Suzy, sudah sangat lama, dan... Melupakan dendam ku. Kau harus paham, saat kakak yang ku sayangi, ku cintai sepenuh hati telah di hancurkan kakakmu! Bagai mana lagi, selain dendam yang ada dalam diriku, walau itu harus mengorban kan cinta pada wanita yang sangat ku cintai dari... Dulu."

Yah, dan kau membuang rasa sakitmu padaku. Ya tuhan, aku mencintainya, aku sangat ingin hidup dengannya lebih dari apapun, tapi boleh kah aku egois sepertinya?

Aku membuang muka melepaskan airmataku jatuh, memenangi dadaku yang sangat sakit, dan menutup wajahku.

"kau melakukan hal yang sangat menjijikkan Myungsoo. Kau telah hancurkan aku...." isakan perih tak dapat ku bendung, aku menangis dan mengeluarkan segenap kesakitan yang ku pendam, aku menangis sejadi-jadinya.

"Jiyeon...." panggilnya, dan aku mengabaikannya. Aku melempar selimutku kelantai, dan ku lempar bantak yang tiba-tiba terasa samat berat, padanya.

"PERGI!!!!!"

"Jiyeon-"

"Pergi, berengsek!" Raungku dan aku meringkuk di kasur tanpa selimut atau bantal, hanya dengan tangis ku. Dan kesakitanku.

"Tidak, kau sudah sering ku biarkan lepas" dia kerangkuh ku dalam pelukannya, tapi aku berontak, dan merasa sakit pada pergelangan tangan ku karena infus yang masih menempel.

Tapi Myungsoo menahaku dengan erat, dan aku terkulai lemas saat merasa perih di tanganku, "jangan berontak lagi, atau infus itu akan merobek nadimu. Kumohon sayang, dengarkan aku."

"Lepas!"

"Tidak!" dia mengelus punggungku dan mengecup pipiku, tapi refles aku membuang wajahku.

"dengar aku, aku melepasmu dahulu, karena aku tak tahu jika cintamu begitu indah. kau adalah sebuah anugerah. cinta ku ternyata tidak salah, saat lalu aku mencintaimu, tapi aku belum menyadari bahwa aku harus lupakan dendamku, harusnya aku melakukan hal bodoh!-"

"Hina! Hal terhina!" samburku, sesaat Myungsoo diam, tapi tak lama, ia pun mengangguk, dan aku berdecih.

"Dengar, disana aku melukaimu, tapi saat aku melihat mu dimalam saat kau menangis dikamar calon bayi kita, aku.... Aku tahu kau terluka. Aku sangat menyesal, disaat seharusnya aku membahagiakan mu. aku malah melakukan kesalahan itu, Ya Tuhan! Percaya padaku, aku tidak lebih membenci apapun, selain diriku sendiri."

Magic CupcakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang