Siang itu dengan membawa dua buah kantong plastik hitam Renita Alsa Syabila keluar dari sebuah restoran dengan muka masam. Ia sama sekali tak menduga bahwa acara makan siangnya berubah menjadi kacau. Untung saja siang itu tak banyak orang yang berkunjung untuk sekedar menghabiskan jam makan siang mereka. Mungkin mereka takut jika cuaca berubah buruk saat mereka keluar. Mungkin juga karena tanggal muda yang tak kunjung datang hingga membuat mereka harus menghemat pengeluaran sehemat-hematnya.
"Nit." tiba-tiba saja seseorang memekik keras memanggil namaku.
Aku mendongak kearah sang pemilik suara. Aku tersenyum saat kulihat beberapa pria duduk di atas sebuah tikar kecil. Rata-rata mereka berusia sekitar 26tahun ke atas. Seorang laki-laki bertubuh kecil melambaikan tangannya ke arahku.
Aku tersenyum kecil untuk membalasnya. "Kau sendirian?" tanyanya saat aku telah tiba.
" Oh, i.. Iya?" jawabku ragu.
"Benarkah?" Tanya seorang laki-laki berparas manis, sesekali sibuk menggerogoti ayam goreng miliknya.
"Beberapa waktu lalu aku melihat Syarif keluar dari restoran yang sama denganmu." Kali ini ia mengalihkan perhatiannya sepenuhnya padaku.
"A.. Ah itu ."
"Jangan bergurai Suf, mana mungkin Syarif keluar dari restoran yang sama dengan Nita. Mungkin mereka akan bertemu disana jika memang benar demikian yang terjadi." Ia memukul kepala Yusuf sambil sesekali menatapku.
"Benar kau tak bertemu dengannya?" laki-laki bernama Yusuf itu melanjutkan.
"Hei sudah kubilang Syarif tidak keluar dari restoran itu." Alis matanya bertaut. Aku tersenyum kecil sambil sesekali menghembuskan nafas perlahan.
"Aku kan cuma bertanya apa salahnya?" Ucap Yusuf tak suka.
"Kau boleh bergabung dengan kami kalau kau mau." Laki-laki di ujung akhirnya angkat suara.
"Terimakasih untuk tawarannya. Tapi mungkin seseorang menungguku di rumah." Aku berpamitan sebelum benar" pergi.
Sebenarnya bukan ide buruk untuk menghabiskan jam makan siang di taman ini. Sebuah taman yang cukup teduh dengan sebuah kolam air mancur di bagian tengahnya. Beberapa orang kerap menghabiskan jam makan siang mereka untuk sekadar membuat acara piknik kecil-kecilan atau melakukan olahraga pada pagi hari.
Mungkin mereka ingin sedikit menyegarkan pikiran mereka di taman ini. Tapi aku memilih untuk pergi, sebelum lebih banyak lagi pertanyaan yang memburuku.
Jika saja keadaan lebih baik, saat ini mungkin aku masih bercanda dan tertawa pada sekelompok laki-laki tadi. Aku mengenal mereka saat bekerja di sebuah perusahaan properti. Kira-kira setahun yang lalu perusahaan mengalami kolaps. Sehingga perusahaan memilih untuk merumahkan beberapa karyawan termasuk aku. Sementara mereka masih di percaya untuk berjuang di perusahaan.
"Maaf meninggalkanmu begitu saja."
Aku kembali mendongakkan kepalaku. Aku hampir tak percaya dengan pengelihatanku sendiri. Syarif berada dua langkah di depanku.
"Ku kira kau sudah pulang." lirihku.
"Ada hal yang tak bisa kujelaskan padamu."
"A.. Aah ya kau tak perlu menjelaskan apapun." aku tersenyum kecut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember You
Random"Bagiku kamu adalah satu-satunya teman laki-laki yang aku miliki, dan mungkin akan selamanya begitu. Ketika aku benar-benar pergi nanti aku hanya berharap kau akan mengingatku sebagai sebuah kenangan indah dalam perjalanan hidupmu nantinya." Nita