"Jangan begini Vin. Aku tidak enak dengan Kak Mawar. Kamu mabuk hari ini."
Melati menjauh dari Marvino. Pria itu menariknya untuk berbicara di taman belakang. Saat tadi Melati baru saja menapakkan kakinya di rumah orang tuanya.
Dia sebenarnya jengah saat diminta untuk ke rumah. Selama ini adalah pilihan yang tepat dia menempuh kuliah jauh dari rumahnya dan terpaksa harus kos. Itu adalah solusi yang baik untuk mereka. Dia dan Marvino.
Tapi dia tidak bisa mengelak saat ibunya meminta pulang karena Angga akan merayakan ulang tahunnya yang ke 3.
"Aku sudah menunggu kamu Mel. Kenapa kamu selalu menolak teleponku? Kenapa kamu selalu beralasan tiap kali aku menemuimu di kos?"
Melati menghela nafasnya. Dia menatap Marvino yang kini berdiri gagah di depannya. Melati menatap sekitarnya. Dia takut terpergok oleh keluarganya. Terutama kakaknya. Mawar.
"Please Vin. Selama 3 tahun ini kita sudah membuat kesepakatan. Kamu dan aku tidak akan saling menganggu."
"Aku tidak bisa."
Melati menatap Marvino yang tetap bersikeras. Pria di depannya ini sejak menikahi kakaknya memang sangat dingin kepadanya. Tapi beberapa bulan ini entah kenapa ada sesuatu yang akan di sampaikan Vino kepadanya hanya saja Melati sudah merasa itu tidak etis.
"Vin."
"Aku mohon Mel. Kamu harus mendengarkan ku. Aku selama ini sudah menahan semuanya. Hampir 3 tahun ini aku hidup dalam tekanan. Aku menyembunyikan ini semua demi kamu."
Melati kini menggeser tubuhnya. Dia makin tak nyaman dengan ucapan Marvino. Suara gemericik air mancur yang ada di tengah kolam di samping Melati makin membuatnya tidak bisa tenang.
"Vin. Ini hari ulang tahun Angga. Jangan rusak..."
Marvino langsung menggelengkan kepalanya.
"Aku harus mengatakan ini. Dengarkan aku dan jangan menyelaku terlebih dahulu."
Melati memejamkan matanya untuk sejenak. Mencoba untuk menenangkan dirinya. Lalu membukanya lagi dan kini langsung menatap Marvino.
"Katakan dalam waktu satu menit."
Marvino langsung menatapnya dengan serius saat mendengar ucapannya itu.
"Mel. Aku mencintaimu. Sejak dulu. Aku tidak pernah menyentuh Kakakmu. Selama ini..."
Melati menggelengkan kepalanya. Hatinya mencelus lagi. Dia tidak kuat mendengar ucapan Marvino. Kenapa pria itu kembali mengusik hatinya.
"Vin."
"Mel. Kakakmu sudah mengandung Angga saat aku menikahinya."
Melati langsung tidak bisa bergerak. Dia terlalu bingung mencerna ucapan Marvino.
KAMU SEDANG MEMBACA
seputih Melati
RomansMelati. Dia menepi ketika seluruh dunia sepertinya hancur di depannya. Kematian kakak kandungnya yang sangat di sayanginya sangat memukulnya. karena semua itu terjadi karena dirinya. Mengasingkan diri dari keluarganya adalah satu-satunya jalan yang...