“jadi mengapa kau mengidola kan ku?” bisik Harry di sela-sela ia sedang mengabadikan wajahnya bersama Diana. Mendengar itu ia menoleh dan mendapati wajah Harry begitu dekat dengannya bahkan hidung mereka hampir bersentuhan dan dapat gadis itu rasakan harum mint dari deruan nafasnya.
Hijau emerland nya menatap mata coklat gadis itu, tanpa sadar ia menggerakkan tangannya meraih gadis itu mendekat. Tetapi tidak sebelum suara Louis yang terdengar memekik telinga seketika ia memutar kepalanya.
“benarkah? Oh aku mencintai mu boleh kah aku mencium mu”.
Sebelum benar-benar ia melakukan itu pada sahabatnya dengan cepat ia bangun dari pangkuan Harry dan berpindah duduk diantara Tarra dan Louis sebagai pemisah sampai membuat Liam berdiri karena kehabisan tempat. Olivia sampai berpindah tempat duduk di sebelah Niall karena kehabisan tempat.
“Tarra apa yang kau lakukan?” gadis itu memekik menatap Tarra.
“apa sih lo Di? Maksudku aku hanya memperbolehkan Louis, apakah salah?” Tarra dengan santai seakan itu hal yang sangat biasa.
Pria di sekitar itu hanya memperhatikan mereka berdua berargumen dengan hebat. Niall menopang kepalanya dengan tangannya bersender pada sofa. Dalam keadaan berdiri Liam melipat tangannya di dada seraya menatap kedua gadis itu berargumen. Louis memberikan tatapan apa yang terjadi. Seakan tidak perduli Harry mendongak kan kepalanya menatap langit ruangan itu seraya menaruh kepalanya di bantalan atas sofa.
“kau membiarkan ciuman pertama mu diambil olehnya, aku tahu kau- maksud ku kita mengidolakan mereka bahkan kita sampai memajang wajah mereka di dinding tapi bukan berarti kau dapat melakukan itu bersamanya” jelas Diana panjang lebar dengan menggebu sampai-sampai ia menyadari ia terlalu kelepasan dengan semua pernyataannya. Olivia terlihat menatap Diana dan Tarra yang sedang berargumen.
“benarkah? Sebanyak apa?” tanya Louis dengan menyeringai ke arah Tarra. Niall menatap Diana sekilas lalu kembali pada Louis.
“ya semuanya kecuali kamar mandi” ucap Tarra dengan semangat seraya menatap Louis di depannya. Nial, Liam juga Oliv menohok tidak percaya.
“bagaimana dengan ku? Seberapa banyak wajah ku di kamar mu, Di?” mendengar itu gadis yang di panggil menoleh dan di ikuti Tarra juga ketiga pria itu, Harry!. Bukan Diana yang menjawab tetapi Tarra.
“semuanya, bahkan ia sampai menempel kan wajahmu di meja belajar nya dan punya satu di kamar mandi dengan bingkai kayu yang membungkusnya” tanpa dosa membeberkan aib sahabatnya. Ya katakan saja Diana fangirl yang terlalu tapi memang benar adanya bukan?.
Mendengar itu Diana memelototi gadis itu dengan tatapan horor nya. Untuk kedua kalinya Niall dam Liam terdohok mendengarnya.
“ah iya satu lagi, ia juga pernah sekali menonjok pria itu karena sudah menyobek selembar foto mu di tempat pensilnya. Sudah ku bilang bahwa itu bisa di cetak lagi, tapi ia tetap tidak mau katanya-“ ya telapak tangannya menutup mulut Tarra dengan kencangnya, gadis itu meronta minta dilepas.
“apa yang kau lakukan biarkan saja ia melanjutkannya” seru Liam, mendengar itu gadis itu mendongak menatap Liam. Ia tidak habis pikir jadi begitu sifat asli dari The Boys batin Diana. Merasa kasihan Niall buka mulut.
“lepaskan dia, Di. Kau bisa membunuh nya” dengan begitu gadis itu melepas telapak tangannya dari mulut sahabatnya. Melihat itu Harry berdecak kagum dalam batinnya sebegitu nya mengidolakan aku.
“jadi aku setampan itu? Apakah kau selalu membayangkan aku memasukimu” Diana dan Tarra mengernyit tidak mengerti, terang saja mereka hanya gadis polos yang sedang berlibur dengan uang orang tua mereka. Oh, aku mau memberikannya padamu Harry batin Olivia.
“hei berhentilah dengan cara berpikir kotor mu itu Styles” Niall memperingati. Harry menghela nafas kasar sambil memutar bola matanya.
Perbincangan selanjutnya hanya berlangsung dengan kaku. Gadis itu terdengar samar mendengar Tarra dan Louis membicarakan tentang ciuman itu sesekali ia menolehkan kepalanya pada Tarra tapi nihil Tarra terlihat seperti biasa saja begitu pun juga dengan Louis. Ku kira pasti Tarra masih menginginkan itu pikir Diana.
Niall dengan senyumannya yang tak pernah luntur dari bibir tipisnya, Diana mengalihkan pandangan melihat Harry menyeringai padanya. Menaikkan sebelah alisnya saat melihat Tarra saling meraba punggung tangan di belakangnya bersama Louis tanpa aba-aba ia langsung memukul tangan keduanya dan mendapat tatapan tajam dari Tarra. Sesekali Olivia terkikik melihat kedua gadis berambut hitam itu.
Liam duduk di lengan sofa sebelah Harry dengan memainkan ponselnya kemudian sedikit berbicara pada Harry. Gilak canggung banget sih pikir Diana. Pada akhirnya Niall memecah keheningan itu.
“bagaimana dengan tanda tangan?” senyum nya tidak pernah absen dari sana.
Semuanya menoleh ke arah sumber suara, Liam berjalan ke arah meja kaca dan mengambil sebuah spidol dan memberinya pada Niall. Tarra berdiri meraih spidol permanen itu dari Niall dan memberikannya pada Louis untuk menanda tangani kaus putih polosnya di bagian dada kirinya. Louis menampakkan senyum kemenangan dengan seringaian di bibir tipis nya.
Apa apaan Tarra pikir Diana. Woah, Tarra sangat ekstrem pikir Oliv. Ketiga pria itu hanya menganga tidak percaya atas Louis yang beruntung pada hari ini dapat menyentuh sesuatu yang kenyal itu secara tidak langsung, tangan kanan Louis bergerak dengan lihai membentuk tanda tangannya.
“terima kasih Loui” ucap Tarra dengan nada kebahagiaan disana. Gigi nya terus dipertontonkan karena saking bahagia nya, rasa nya ia sudah tidak dapat membendung rasa itu untuk tidak di lampiaskan kemudian ia kembali duduk dengan terus memandangi tanda tangan di dada kirinya.
“bagaimana dengan mu?” kali ini Liam, matanya memberi isyarat pada Louis untuk memberikan spidol padanya. Louis memberikannya pada Niall yang lebih dekat dengan nya. Mendengar itu Harry mengangkat kepalanya menatap gadis itu dalam diam.
“ya kurasa di punggung ku saja” kata Diana lalu melepas cardigan nya dan menampilkan kaus putih dengan sedikit motif daun disana lalu memberikannya pada Tarra, gadis itu menyibakkan rambut panjangnya ke samping untuk mempermudah tanda tangan. Begitu juga dengan Olivia meminta tanda tangan di kaus punggungnya.
“kemarilah” kata Niall kemudian gadis itu berdiri melangkah kan kakinya ke arah Niall, pria itu turun dari acara duduk nya dan sedikit membungkuk untuk menandatangani kaus nya setelah itu Liam lalu Louis bulu kuduk Diana sempat menaik karena mendengar nya berbisik “rambut mu wangi” dengan sedikit bergumam pula gadis itu mengucapkan terima kasih.
“um Niall, boleh kah aku meminta tanda tangan mu di sini untuk teman ku yang tidak berhasil memenangkan undian itu” seraya memberikan softcase yang terdapat wajahnya nya. Niall meraih softcase itu kemudian menunjukkan bahwa wajah tampannya sekarang tercetak di softcase penggemarnya.
Terkekeh lah Liam dan Louis, tidak dengan Harry dengan wajah datarnya yang sama sekali tidak perduli. Dengan begitu Niall langsung menorehkan tinta membentuk tanda tangannya lalu mengembalikan softcase.
“terima kasih” Niall tersenyum sebagai jawaban.
Hukum wajib untuk Vote.
Trims.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams, One Direction (End)
Hayran KurguKisah dua remaja Indonesia bertemu idola serta sesama teman fangirl nya. Terjadi sangat singkat tapi berulangkali dan menjumpai cinta yang tak terduga. Itu yang terjadi pada Diana Evan. #89 - dreams 110718