Dilain tempat, ketiga pria itu dalam perjalanan pulang dengan kaki mereka. Sepanjang jalan Bryan dan Albin tidak berhenti mengejeknya, itu cukup membuat Michael geram. Sampai kesabaran Michael habis ia mendorong Bryan kesalah satu dinding, wajah mereka berdekatan.
"tutup mulutmu sialan!, kau tahu aku benci keributan?" dengan sigap Albin melerai mereka yang hampir bersih tegang, Albin mengangkat tangannya menyerah tatkala Michael menatapnya sengit, bukan karena tatapannya. Jika saja mereka tidak mencoba tadi ini tidak akan terjadi. Lantas Michael meninggalkan mereka di belakang dengan Bryan yang terus menggerutu. Mendengar itu Albin mengusap punggung Bryan mencoba menenangkan sahabatnya.
"kita akan pulang kapan?" pertanyaan Diana yang bersarang beberapa jam yang lalu akhirnya terlontarkan, sejenak membuat Tarra berpikir sembari menggerakkan spatulanya di atas pan membolak-balik butiran nasi yang berwarna coklat dan wangi yang begitu memikat perut.
"bulan depan?" di waktu yang sama Oliv dan Carol sudah berada di rumah Nina-tante Olivia, mereka tengah bersantai disalah satu kamar setelah makan malam dilaksanakan, teman Olivia itu menjatuhkan rahangnya, bagaimana ia bisa hidup di negeri orang dengan uang yang begitu sedikit?. Dimana persediaan uang tabungannya hampir menipis.
"kau gila?" Diana dan Carolina memekik bersamaan di tempat masing-masing.
Tarra menghiraukan Diana yang memekik, bibirnya terus menyenandungkan lagu idolanya, The Boys. Merasa di hiraukan, Diana geram. Ia pun melempar seonggok tempat tisu beserta isinya ke arah Tarra yang sedang menyendoki nasi goreng ke piring.
Duukk!
Tepat sasaran, batin Diana. Benda itu mengenai punggung Tarra dengan sangat sempurna membuat Tarra memekik tajam. "apa-apaan sialan?" Tarra murka setelah melihat nasi goreng buatannya berceceran begitu saja. "kau harus menggantinya bokong bodoh sialan" Tarra benar-benar dalam levelnya yang paling tinggi, dan sekarang ia harus menahan laparnya hingga pagi jika Diana tidak mengganti nasi gorengnya.
"itu kelamaan Tar, gue udah kangen sama bokap gue. Lagian betah banget disini hah? Emang nya ada apa? Oh gue tau. Pasti Michael kan? Elah udah gak usah bo-"
"Tutup mulut sialan mu bodoh!, lo tau? Kenapa masih nanya hah? Lo lupa salah satu cita-cita gueh nikah sama orang bule?" Diana ingat itu, hanya saja ia tidak mencoba memedulikannya, dengan begitu ia pergi ke kamarnya, mungkin saja tidur. Tarra tak mungkin merelakan nasi gorengnya begitu saja, Diana akan menggantinya lain waktu setidaknya ia akan merasakan hal yang sama apa yang di rasakan Tarra saat ini yaitu, kelaparan.
***
Mereka sempat berdebat tentang kepulangan mereka ke Mullingar, Olivia tidak setuju dan ia masih ingin disini lebih lama. Lagi pula ia tinggal di rumah tantenya. Pikiran Oliv melayang membayang bertemu dengan The Boys lagi di lain hari dan itu sukses membuatnya tersenyum sendiri. Jika di lihat dari sudut pandang temannya Oliv, ia seperti remaja yang sedang jatuh cinta.
"err Oliv aku mulai khawatir padamu?" wajahnya memandang Oliv penuh keibaan.
"apa-apaan? Maksudmu aku gila? Tentu saja tidak, Carol. Aku hanya sedang membayang kan mereka" netranya memandang benda didepanya dengan pikiran yang melayang jauh melebihi ekspektasi nya. Carolina hanya bisa menghela nafasnya, semoga Oliv tidak benar-benar gila, batin Carolina. Sejurus kemudian teriakan menggelegar dari Nina terdengar menandakan perintah tidur karena sudah terlalu larut untuk terus berbincang. Dengan kompak mereka menarik selimut menutupi sebagian tubuh mereka berpura-pura tidur, setidaknya malam ini tidak akan ada khotbah lagi dari Nina, batin Olivia.
Carolina sudah bangun dari tidurnya tiga jam yang lalu, kini pukul menunjukkan angka sebelas pagi namun Olivia tidak kunjung bangun, Carol sempat berpikir jika Oliv tewas tetapi setelah di cek semuanya masih menunjukkan tanda kehidupan. Carolina berniat membangunkannya namun ia tidak tega, mungkin saja ia bermimpi tengah bercinta dengan Harry atau apapun. Dua jam lagi ia sudah harus sampai bandara, benar? Ia harus pulang hari ini lagi pula ia kesini untuk bertemu The Boys saat itu namun ia tidak memenangkan undian bodoh itu. Lantas tanpa buang waktu ia meninggalkan Olivia yang masih setia dengan kubangan liur di atas bantalnya. Ia pamit pada Nina sebelum itu iya sudah menulis sepatah kalimat di atas nakas.
Hoy bokong malas, maaf aku meninggalkan mu okay, tapi tabungan ku benar-benar sedikit lagi pula aku tidak mau merepotkan Nina, dan sejujurnya aku agak takut dengannya seperti monster, hey yang ini jangan bilang padanya okay. Aku tak bisa menunggu mu bangun karena aku akan terlambat nantinya dan aku tidak mau itu terjadi. Dan aku selalu berdoa untuk khayalan bodohmu itu, kau tau? Bercinta dengan Styles mu, ew sejujurnya itu menjijikkan. Tak apa terserah padamu yang terpenting Niall milikku, benar? Setelah sampai Mullinghar aku akan menghubungimu, oh jika aku kelupaan kau bisa menghubungiku duluan. Baiklah apapun itu. Sampai jumpa ya. Aku disini menunggu mu, cukup sebulan? Ku harap begitu, jika tidak aku benar-benar kesepian. Hey aku banyak mengoceh? Baiklah, merindukanmu.
Penuh cinta, Carolina nyonya Horan.
.
..
.....
...
....
..Tolong di maafkan jika ditemukan berbagai ke typo an yang hakiki wkwkwkw.
Enjoy.
Vote! Vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams, One Direction (End)
FanficKisah dua remaja Indonesia bertemu idola serta sesama teman fangirl nya. Terjadi sangat singkat tapi berulangkali dan menjumpai cinta yang tak terduga. Itu yang terjadi pada Diana Evan. #89 - dreams 110718