Chapter 7 : Mysterious Call's

24 7 0
                                    

“Bry! Kau dimana sialan! Albin!” teriakan Michael menggelegar di penjuru flat kecilnya namun kedua makhluk yang dipanggil tak kunjung menampakkan wujudnya, di tangan kanannya memegang ponsel dengan layar ponsel menyala memperlihatkan panggilan dari nomor asing. Bukan apapun Michael hanya malas mengangkat panggilan nomor asing, lagi nomor itu terus menghubungi nya, jika kali ini ia tidak mengangkatnya maka nomor itu akan terus menghubunginya. Seingatnya ia tak pernah memberikan nomor ponselnya ke sembarang orang kecuali semua ini perbuatan teman-temannya. Ia menatap layar ponselnya sebentar. “Bry! Al-, nah akhrinya”

“apa bodoh? Kau berteriak seakan disini adalah hut-“ Tanpa basa-basi Michael menyarahkan ponselnya pada Albin yang datang dari pintu belakang yang lebih mengarah taman belakang flat mereka dengan tubuh agak berkeringat. Dalam benaknya menyumpah serapahi Michael yang mengganggu acara yoganya dengan segelas teh madu hangatnya pagi ini. “apa ini?” Michael memutar bola matanya kemudian berdecak.

“angkatlah, aku malas melakukannya” kali ini Albin yang berdecak, jika saja pria didepan nya bukanlah sahabatnya sudah dipastikan ia mengeluarkan jurus taekwondonya. Michael berkacak pinggang menatap Albin yang tak kunjung mengangkat benda itu ke telinganya dan jauh di lubuk hatinya ia penasaran siapa yang menghubungi tanpa henti itu.

“hallo?” Albin menyerah dengan keadaan. Detik berikutnya senyum mengembang di bibir tebalnya. Michael pun mengernyit bingung. Apa mungkin aku memenangkan sebuah undian, pikirnya.

Di seberang sana Gadis itu menatap teman di depannya dengan alis yang bertaut, mendengar suara bukan orang yang ia hubungi. Diana menaikkan kedua alisnya serta air wajahnya seperti bertanya. Tarra yang melihat menggidikkan bahunya.

“Hai Mica? Kenapa kau lama sekali mengangkat panggilan ku?” suaranya terdengar tenang namun tidak dengan detak jantungnya.

“hey hey Mica rupanya ugh manis sek-“

“hey kau bukan Michael? Kau Albin benar? Kenapa kau yang?”

“tak perlu cemas babe- hey santai saja Mike” mendengar kata menjijikkan bagi Michael ia langsung merebut ponselnya. Tatapan sengit diberikan untuk Albin, ia mendengus lalu pergi meninggalkan Michael.

“siapa kau?” Tarra mulai menekan tombol loudspeaker di layar ponselnya. Geez apa itu suara pria galak Tarra, Diana membatin. “dari mana kau mendapatkan nomor ponselku?” kakinya melangkahkan ke dapur mengambil air dingin namun alisnya terus menaik. Ya allah Tar dia pikun, gumam Diana, Tarra masih mendengarnya lalu mereka terkikik. “ini tidak penting sebaik-“

“tidak-tidak-tidak baiklah aku Tarra, kau ingat? Kau pasti ingat wanita cantik berambut hitam itu Mi..ca?” terdapat kekehan disana, Michael mendengus sebal.

“ya? Ada apa?” pria itu mendaratkan bokongnya di kursi bar. Bryan mengagetkan penghuni flat dengan suara menggelegarnya, seperti ia baru saja dari toko membeli beberapa makanan bulanan. Pria itu ke dapur mendapati pria lain sedang bertelepon, wajahnya terlihat terkejut namun berlebihan. Jijik sumpah Michael membatin.

“woah kau mulai berkencah huh? Siapa gadis itu? Oh apa gadis Indo itu? Biar ku ingat gadis itu ada dua benar?” ia memeutar bola matanya. Sepertinya Bry benar-benar ingin diketahui keberadaannya, pikir Michael.

“apa itu Bry?” Tarra membuyarkan pikiran Mica, sedikit mengerjap. Itu Bry?, tatapan Diana terlihat jelas. Tarra menggidikkan sebelah bahunya.

“ya, lalu kenapa? Kau mau bicara dengannya?” suara datar Michael menghiasi pendengaran kedua gadis itu. Entah atas dorongan apa, Diana meraih ponsel Tarra.

“ya-ya berikan padanya, aku butuh bicara”

“hey” Tarra memekik terkejut dengan tindakan Diana di sebelahnya.

Diana hanya membicarakan beberapa hal secara pribadi tanpa men-loudspeaker ponsel Tarra, itu berhasil membuatnya mendengus sebal namun setelahnya senyuman merekah di bibirnya, memorinya telah merekam suara seksi milik Mica. Lantas Tarra pergi meninggalkan Diana yang masih bertelepon ria ke dapur mengambil minuman untuk membunuh dahaganya, sepertinya beberapa menit mendengar suara seksi Mica membuatnya berhasil seperti lari maraton membaut jantung nya cepat berdetak.

“wei, mau kemana lo?” Tarra baru saja keluar dari dapur dengan segelas minuman berwarna coklat. Merasa terpanggil ia menolehkan kepalanya, kemudian ia menyeringai kecil. “mau kemana?”

“ke rumah Louismu” masih dengan seringaian nya. Kok Louis dah? Tarra membatin.

ngapain?” seraya mendekati Diana yang sedang mengikat tali sepatunya.

“mau enak-enak in Loui” Tarra menyesap minumannya dengan alis yang bertaut mencoba mencerna kalimat Diana. Diana sadar setelah ini akan terjadi apa? Lantas ia langsung melesat keluar sembari menyambar tas ransel kecilnya.

“pergilah ke neraka Di, Louis miliku” beruntung Diana sudah keluar dari kawasan flatnya namun ia masih bisa mendengar teriakan Tarra yang melebihi speaker. Tentu saja Diana tidak benar-benar bertemu Louis, yang benar saja dude?. Sesuatu saja ada sesuatu yang harus ia kerjakan tanpa harus mengetahuinya?





Maaf bila ada ketypoan yang hqq 😂

Enjoy.

See yaaaaaa

Dreams, One Direction (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang