"Yaudah lah, Yell. Gak usah pikirin masalah yang itu. Pretends like nothing happened aja." Fina mengelus-ngelus punggung Rahiel perlahan. "Ah, kayak gak pernah jatuh cinta lo, Yell! Padahal mantan banyak! Udah sih. Bersikaplah biasa. Atau kalau lu mau bahas, ya pelan-pelan aja jangan kayak gledek." Fina berusaha melucu.
----------------------------------
"Jadi Rahiel sudah tahu kalau dia bukan anak kamu?" tanya Cecilia sinis. Matanya bahkan tidak menatap Novianti sama sekali, melainkan fokus kepada tehnya saja.
Tentu saja Novianti gemas dengan sikap mertuanya ini. Sudah tua, sok lagi! Mending masih cantik!
Novianti memang sedang bertugas di luar kota, di Surabaya. Tapi wanita pergi itu juga sekaligus menemui Ibunya. Ibu mertuanya. Kesempatan yang bagus. Berhubung jadwal Novianti memang padat sekali.
"Rahiel anak saya Ma," kilah Novianti dengan suara tertahan. Seperti ingin menyudahi topik yang sama sekali belum dimulai. "Walaupun memang, dia bukan anak kandung saya. Tapi saya menganggap dia anak kandung saya. Saya merawatnya dari kecil, sendirian. Saya yang mengasuhnya!"
"Jangan banyak alasan. Sekarang coba pikir apa jadinya kalau kamu tidak memungutnya? Dia mungkin sudah mati. Kalau tidak mati ya jadi gelandangan." Cecilia tetap fokus kepada tehnya.
"Mama." Novianti sudah merasa kalau atmosfer mereka sudah berubah. "Ini bukan topik percakapan yang saya mau."
"Terus apa?" Cecilia terlihat tersinggung. "Kamu mau apa datang kemari?" Cecilia mengangkat satu alisnya. Alis kanannya.
"Saya mau Rahiel di akui, Ma. Di akui oleh Mama. Saya juga mau surat-surat Rahiel kembali. Sebentar lagi dia mau lulus," pinta Novianti dengan tulus dan sungguh-sungguh.
Cecilia memang tidak menyukai Rahiel. Tidak pernah. Sejak kecil Rahiel kecil, Cecilia sudah menganggapnya pengganggu. Pengganggu hubungan Novianti dengan Putranya. Walaupun pada akhirnya mereka menikah juga.
Cecilia keras, Cecilia sarkas, memang. Awalnya, Novianti mengaku janda. Tapi setelah tahu yang sesungguhnya, Cecilia marah sekali. Padahal Putranya dengan Novianti telah menikah! Siapa yang tega membohongi mertua sendiri? Menantu kurang ajar kah?
Rahiel sempat diasingkan. Itu juga saat Rahiel baru berumur 2 tahun. Baru beberapa bulan saja, Novianti tidak tahan. Jadi, Novianti memohon hak asuh Rahiel sepenuhnya lagi. Awalnya ditolak. Mentah-mentah. Namun akhirnya diizinkan juga.
Cecilia memang mengizinkan, namun dengan berat hati, tentunya. Cecilia memang harus repot-repot mengurus semua surat hak asuh. Novianti hanya ikut campur jika diperlukan. Jadi sampai sekarang, semua surat dan data Rahiel, disimpan oleh Cecilia. Dan Cecilia menjaganya dengan ekstra. Ketat. Novianti dilarang mengambilnya.
Namun itu tidak seberapa. Sama sekali, tidak seberapa. Cecilia melakukan itu semua karena punya niatan lain.
Pertama, Cecilia ingin Rahiel menderita. Dan asalkan Rahiel menderita nantinya, semua yang ia lakukan di masa lampau tak akan menjadi suatu masalah. Itu menurutnya. Itu pahamnya.
Dan kenyataannya, Rahiel memang menderita 'kan? Terlebih saat ini.
Terpukul. Mengetahui kebenaran pahit yang ternyata menusuk. Berdarah. Cintanya bisa saja kandas. Bisa saja hilang.
"Baiklah." Cecilia menghela nafas gusar. Awalnya Novianti lega sekali. Namun beberapa detik setelah itu, Novianti sadar kalau Mertuanya mengharapkan hal lain.
"Syarat apa lagi, Ma?" Novianti tidak ingin berbasa-basi. Dari nadanya saja, ia sudah kelihatan lelah. Ibu Mertuanya ini terlalu menuntut sesuatu yang tidak-tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[RGS 1] To, Aidan.
Tienerfictie[JUDUL SEBELUMNYA ; NERD] Ini kisah tentang Rahiel. Rahiel dilanda dilema. Antara menerima kenyataan, atau mempertahankan harapan? Belum sempat dia memilih, muncul Aidan. Rahiel makin bingung. Ini juga kisah tentang Aidan. Aidan menyimpan semua mem...