Canaria, si gadis manis dan kalem yang sangat suka membaca. Dia tengah duduk di perpustakaan menatap buku di depannya dan sebuah pena tergenggam di tangan. Senyumnya terlihat mengembang meskipun mati-matian dia berusaha menyembunyikannya. Semburat pink di pipinya tampak muncul.
Sejujurnya, dia tidak fokus dengan bukunya. Dia tidak bisa menahan senyumnya setiap Albi duduk di depannya. Cowok itu selalu muncul di perpustakaan ketika istirahat dan duduk di depan Cana membaca buku dengan wajah tenangnya. Cana selalu menikmati waktunya itu meskipun tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka.
Cana selalu diam-diam melirik cowok di depannya. Bagaimana bisa dia tidak terpesona dengan cowok itu. Dia tampan, populer dan pintar. Hanya sayangnya, dia itu dingin. Jadi tidak ada yang berani macam-macam dengannya, ditambah lagi dengan tatapan matanya yang setajam elang. Karena itu, anak-anak lain menjulukinya Eagle.
Tetapi di mata Cana, Albi itu bukan cowok yang dingin, tapi bukan berarti juga dia orang yang hangat. Di mata Cana, Albi itu hanyalah cowok yang tenang dan kalem.
"Berhentilah menatapku karena aku tidak akan memakanmu," ucap Albi dengan tenang tanpa berpaling sama sekali dari buku yang dibacanya.
Cana yang menyadari sudah ketahuan langsung terkejut setengah mati. Dia langsung salah tingkah. Cana memutar akal berusaha mencari alasan.
"A, aku tidak menatapmu. Aku hanya menatap.... buku yang ada di rak belakangmu," ucap Cana setelah mendapat ide.
Albi segera mengangkat kepalanya dan beralih menatap Cana yang sekarang benar-benar terlihat menjadi salah tingkah.
"A, aku mau balik ke kelas," ucap Cana lalu segera beranjak berdiri meninggalkan perpustakaan.
Albi hanya mampu memandang punggung Cana. Dia beralih ke arah buku di meja yang ditinggalkan Cana. Dia segera mengambilnya dan membuka buku itu. Buku milik Cana, buku itu bukan milik perpustakaan. Senyum Albi tampak mengembang.
Dia menaruh buku yang dibacanya tadi dan memilih membaca buku milik Cana. Dia menopangkan dagunya di tangan kirinya, sedang tangan kanannya sibuk membalik kertas. Jika ada anak-anak cewek lewat pasti mereka sudah terpesona karena melihat betapa berkarismanya Albi saat membaca buku. Seperti halnya Cana. Sayangnya perpustakaan memang sangat sepi. Hanya ada beberapa anak saja, itu pun duduk mereka berpencar-pencar karena luangnya tempat membaca.
Albi terus membalik buku milik Cana sampai tanpa sadar wajahnya berubah menjadi kemerahan dan mulai menghangat. Senyumnya tampak mengembang membaca setiap tulisan di buku itu, sampai dia memutuskan untuk berhenti sesaat dan langsung menutup wajahnya yang benar-benar memerah dengan tangan kirinya.
'Ya ampun, gadis itu. Aku jadi benar-benar tidak bisa menahan perasaanku,' gumam Albi. Dan tanpa sadar dia tersenyum dan sedikit mengeluarkan tawanya pelan. Dia benar-benar merasa malu sekaligus senang saat membaca buku milik Cana.
"Albi, kamu baik-baik saja?" tanya Mbak Rani si petugas perpus yang memang masih sangat muda. Dia pasti heran melihat Albi yang biasanya begitu pendiam tiba-tiba tertawa sendiri.
"Ehm," Albi berdehem sesaat menstabilkan dirinya. Dia segera menoleh ke arah Mbak Rani. "Tidak apa-apa mbak, hanya ada bagian lucu di buku ini," ujar Albi beralasan.
"Oh ya sudah, kirainnya tadi kamu sakit, soalnya wajahmu tadi agak merah," ujar Mbak Rani lalu segera pergi lagi untuk menata buku baru di rak lain.
Albi segera kembali fokus membaca buku milik Cana. Dia membalik kembali kertas di buku itu. Dan sesaat kemudian wajahnya berubah menjadi dingin, sangat-sangat dingin. Dia menahan emosinya. Entah apa yang dibacanya, tapi ketika membaca di lembar itu emosinya langsung memuncak. Bahkan tangannya mengepal dengan kuat.
Albi segera menutup buku itu dan segera menghembuskan nafasnya untuk menenangkan diri sebelum emosinya yang tertahan justru lepas kendali.
Albi segera beranjak berdiri dan meninggalkan ruang perpustakaan untuk kembali ke kelas. Dan itu bertepatan dengan bel masuk berbunyi.
¤¤¤
Happy reading Readers
Jangan lupa vote & commentnya ya
Arigatou ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [END]
Teen FictionDulu, aku hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Kini aku bisa berdiri di sampingmu, tapi aku tidak pernah mampu menyatakan perasaanku. Aku takut menyakitimu. [Albi] Dulu, aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku menyukaimu, tapi aku hanya mampu menat...