Chapter 14

234 21 1
                                    

Autumn melangkahkan kakinya keluar dari ruangan yang berplang-kan OSIS. Matanya tak henti-hentinya menatap Raka yang kini tengah sibuk berbicara dengan Winter tak jauh dari tempatnya berada.

Seulas senyum terukir di wajah manisnya,
Oh lihatlah itu, pemandangan langka menunjukkan dua orang yang tidak pernah akur bisa berdiskusi dengan tenang tanpa ada teriakan maupun bentakan dari salah satunya.

Altheo, Biru serta Sean bahkan sudah gencar menggoda Raka dan Winter. Tapi kedua sejoli itu tampak enggan membalasnya, mereka masih tampak sibuk dengan persiapan pensi bahkan setelah rapat osis selesai.

"Tumn, lo sama gue aja deh. Cowok-lo sama mantan gebetan-lo lagi asik selingkuh tuh" Ajak Biru sambil menyenggol lengan Autumn. Niat awal pemuda beralis tebal itu betul-betul ingin mengantar Autumn pulang, tapi ketika melihat lirikan tajam Winter yang ditunjukkan untuknya, Niatnya langsung berubah haluan.

Tidak mendapat respon dari gadis disebelahnya, ia bahkan memberanikan diri merangkul pundak Autumn. Semata-mata hanya ingin memancing amarah Winter.

Tidak lama setelah itu, dahi Biru langsung dihantam oleh map yang sedaritadi di pegang Winter
"Watch your hand!" Ujar Winter kesal pada Biru.

Altheo yang melihat adegan itu langsung bersiul-siul menggoda. Oh lihatlah ini juga, pemandangan langka kedua dimana Winter bersikap sangat protektif pada Autumn-nya.

"Biru ih!" Geram Autumn kesal sambil mencubit lengan Biru yang tergantung di pundaknya

"Iya iya, gue lepas ini, galak bener" jawab Biru sambil mengangkat tangannya dari pundak Autumn.

Winter segera menyerahkan setumpuk kertas kepada Raka lalu langsung berjalan kearah Autumn.
Dengan sigap, ia segera meraih lengan Autumn dan mendekap gadis itu seolah ia permata yang tidak boleh disentuh orang lain selain dirinya.

Pupil mata Autumn membesar ketika mendapati dirinya berada di dekapan Winter, jantungnya berdegup sangat kencang. Oh tidak, ini tidak baik. Kejadian ini mungkin bisa meluruhkan sumpahnya agar tidak jatuh kedalam permainan sang musim dingin.

"Jangan sentuh dia bajingan" ujar Winter dingin yang tentunya malah dibalas sorakan oleh Biru serta Altheo.
Pemandangan langka ketiga hari ini, Winter memeluk Autumn dengan posesif di depan umum.

Sean dan Raka tentunya memasang tampang dongkol. Jelas mereka sudah kalah telak dengan Winter.
Lihatlah gadis pujaan mereka itu, dia bahkan tidak bisa berkutik didalam dekapan Winter.

Merasa bahwa dirinya dan gadisnya akan terus diolok-olok bila masih berada disana lebih lama lagi, Winter mengaitkan jemari mereka berdua lalu membawa Autumn pergi menjauh dari sana. Autumn hanya bisa pasrah mengikutinya.

Ketika mereka berdua melewati koridor kelas dua belas-sosial-lima, Winter menangkap tiga orang yang benar-benar ingin dibunuhnya sedang duduk manis di bangku koridor sambil asik bercengkrama.

Pemuda itu melebarkan langkah kakinya agar ketiga pemuda itu -Luke, Meka dan Wildan, tidak menyadari kehadirannya dan Autumn.

"Winter! Pelan-pelan! Lo pikir kaki gue sepanjang kaki lo?" Dengus Autumn sambil terengah-engah karna berusaha menyamai langkah kaki Winter.

Dan sialnya, perkataan Autumn membuat tiga bajingan itu menoleh menatap mereka.
Winter merutuk dalam hati, ia bersumpah akan memenggal kepala Luke yang sekarang tengah tersenyum mesum ke arah Autumn.

"Hai Autumn!" Sapa Luke dengan santai. Seolah kejadian di taman belakang sekolah bukan apa-apa untuknya.

Autumn mengerutkan dahinya, ia tidak kenal dekat dengan mereka tapi ketika salah satu dari mereka menyapanya, maka harus disapa balik bukan?
Jadi gadis itu tersenyum lalu mengangguk.

WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang