16

433 19 0
                                    

Typo everywhere
.
.
.
.
.
.
.
.

Author POV
Daniel masih sibuk membereskan semua berkas yang ada dumeja kerjanya. Sementara itu Annisa masih sibuk mengusap air matanya dan berusaha menghentikan tangisannya setelah hal menyakitkan yang dilihat dan didengarnya diruang Daniel beberapa jam lalu. Hatinya masuh sakit mendengar ucapan naomu, nantinya masih sakit melihat wanita uth bergelayut manja dileher Daniel.  Ada cemburu yang tiba tiba menyeruak dan memenuhi ruang dihati serta pikirannya. Annisa semakin sedih mengetahui bahwa dia bukanlah siapa siapa bagi Daniel. Belum pernah dia menyukai atau mencintai seseorang dalam hidupnya. Belum pernah dia merasakan rasa sakit dan cemburu seperti ini. Apakah itu berarti dia mencintai Daniel. Mencintai seseorang lelaki yang selama ini berlaku cukup kejam padanya. Lelaki yang selalu membentak dan mengancamnya dengan senjata tiap kali keinginannya tidak dituruti. Annisa tidak pernah bisa menjawab hal itu. Satu hal yang dia tahu saat ini hanyalah rasa sakit saat melihat Daniel bersama wanita lain. Hanya sebatas itu.

Daniel POV
Banyak sekali berkas berkas yang harus aku periksa dan di tanda tangani. Mungkin aku harus sedikit merubah sistem kerja yang aku terapkan selama ini. Aku selalu ingin memiliki seorang yang dapat kupercaya untuk mengurus segala masalah pesanan dan keuangan yang keluar masuk kedalam perusahaanku ini. Tapi itu adalah yang sangat tidak mungkin untuk menyewa seseorng, yang benar saja ini adalah bisnis gelap. Namun aku sangat dipusingkan jika terus menerus menghitung angka angka ini. Ingin rasanya setiap Bulan bisa mengetahui pengeluaran dan pemasukan tanpa bersusah payah seperti ini. Barangkali annisa bisa membantuku bukankah dia akan menyelesaikan kuliah ekonominya sebentar lagi. Ah, tapi itu juga tidak mungkin untuk saat ini. Aku belum terlalu yakin dengan kemampuannya, apakah dia bisa aku percaya atau tidak. Pernah aku meminta lea untuk membantuku tapi dia menolah mentah mentah dengan alasan matanya akan sakit setiap kali melihat angka. Lalu aku mencoba menawarkan hal yang sama pada chen, jawabannya tidak terlalu jauh berbeda. Aku tidak mungkin menawarkan hal ini pada sam atau daehan. Jadi beginilah aku yang akhirnya mengurus masalah angka angka ini seorang diri.

Aku belum sempat melihat keadaan annisa. Apakah dia sedang tidur? Ada sedikit amarah yang kulihat saat dia meninggalkan ruangan tadi. Apakah dia marah melihat kehadiran naomi disini ataukah dia marah mendengarkan ucapan naomi. Ah, apa peduliku pada hal itu. Bukankah gadis itu selalu membenciku dan mengatakan aku lelaki jahat. Hahahaha aku tidak mengerti dengan semua ini. Mengapa aku harus bersikap baik kepadanya, dia hanya seorang tawananku. Harusnya dia bersyukur bahwa aku mengijinkannya untuk melanjutkan kuliahnya, mencarikannya seorang dokter pribadi dan memperlakukannya dengan baik belakangan ini. Kurasa aku sudah berlalu cukup baik terhadapnya.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuklah" ucaoku saat mendengar pintu ruang kerjaku diketuk dari luar.

"Maaf tuan Daniel, ada telpon untuk anda diruang tunggu" ucap heri saat berada dihadapanku.

"Siapa yang menelpon?"

"Nona naomi ingin bicara dengan anda" sahut heri

"Kenapa wanita itu tidak menelponku ketelpon pribadiku?" batinku

"Baiklah, terimakasih heri. Aku akan menghubunginya dari sini kamu bisa menutup telpon diruang tunggu" ucapku

''Baiklah tuan Daniel, saya permisi dulu" ucap heri sambil menutup pintu ruanganku. Aku lalu menghubungi naomi rupanya orang orang Rusia itu sudah tiba dan ingin bertemu denganku hari ini. Kupikir tidak ada salahnya aku melihat lihat barang yang mereka miliki. Siapa tahu saja barang barang itu memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari barang yang aku jual selama ini.

The Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang