Kini aku , Yugyeom dan Joohyuk sedang dalam perjalanan menuju kedai. Rasanya aku rindu sekali dengan masakan di kedai tempat Yugyeom bekerja. Cuaca yang sedikit mendung ini, membuat ku ingin menyantap makanan yang berkuah dengan aroma kimchi yang khas , mungkin sedikit membantu menghangatkan tubuhku.
Sebentar lagi musim dingin, tidak terasa aku sudah ada di tempat ini berbulan-bulan.Kami akhirnya sampai di tempat parkir umum, aku turun dari mobil dan menunggu Yugyeom serta Joohyuk. Kami bertiga berjalan bersama-sama menuju kedai. Gambaran sop kuah kimchi sudah terlintas diatas kepalaku, membuat ku harus menelan ludah hanya dengan membayangkannya. Namun, ternyata, bahkan sebelum aku sampai di kedai, nafsu makan ku hilang begitu saja.
Didepan mataku , seseorang yang membuatku frustasi dan gila akhir-akhir ini dengan santainya bersama dengan perempuan dan berpelukan didepan umum. Terlihat jelas tangan perempuan itu memeluk erat punggung laki-laki yang selama ini ingin aku rengkuh. Kepala perempuan itu hanyut dalam dekapan seseorang yang selama ini aku rindukan. Bahu, punggung , yang hanya dapat aku lihat tak lebih dari 1 jam itu, kini dengan mudahnya didapatkan oleh perempuan lain. Senyum yang muncul setelah puas meluapkan segala emosi dan kesedihan hari ini, sirna seketika.
Sesak, bahkan aku tak bisa berkedip menyaksikan pemandangan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Aku memukul dadaku sendiri, rasanya ada sesuatu yang menyekat dan membuat ku kehabisan nafas. Mata ku terasa perih, namun aku tak berani mengedipkannya. Tak ingin ada air mata kali ini, tapi nyatanya aku tidak bisa. Dalam hitungan detik, air mataku mengalir begitu hebatnya. Lututku melemas kembali, namun aku mencoba tegar.
"Sunny!" Pekik Joohyuk dan Yugyeom bersamaan setelah menyadari badanku dan kakiku yang tak mampu menompang.
Pekikan itu membuat Jaebum menoleh kebelakang dan mendapati kami bertiga. Dengan segera aku memalingkan wajah, aku berbalik dan mengurungkan niat untuk ke kedai. Saat itu juga aku ingin pulang ke Indonesia.
-
"Sunny!" Pekik Yugyeom dan Joohyuk. Keduanya mengejar Sunny yang berlari menjauh dari kedai, namun sesekali menoleh kearah Jaebum.
Jaebum yang tersadar dengan segera melepas pelukan nya ,ia hendak berlari namun tangannya berhasil ditarik oleh Yerin. Dengan kasar ia melepas genganggaman Yerin. Ia benar -benar merasa bersalah pada Sunny dengan sikapnya.Sunny terus berlari , menjauh sejauh mungkin, ia harap semakin jauh langkahnya ,semakin ia lupa dengan apa yang baru saja ia lihat. Namun nihil, ia justru semakin mengingatnya , di tengah kerumunan orang berlalu lalang ia berteriak sejadi-jadinya. Meluapkan isak yang ia tahan , menumpahkan air mata yang sedari tadi membasahi pelupuknya dan tepat saat itu juga butiran air hujan jatuh dengan derasnya. Ia semakin merasakan perih dan sesak didadanya , tak peduli pandangan orang yang melintasinya dengan heran.
Tiba-tiba seseorang menariknya , dengan paksa dia berdiri dan mengikuti orang tersebut. Ia mendongak dan mendapati sosok Joohyuk di depannya. Joohyuk merentangkan tangannya mengisyaratkan Sunny untuk menangis dipelukannya. Dan benar saja, perempuan itu menangis dengan hebatnya dipelukan pria itu.
Di tempat lain Jaebum masih mencari perempuan yang selalu ada dalam fikirannya itu. Tak peduli hujan mulai membasahi tubuhnya, hoodie yang ia kenakan tak mampu lagi melindungi tubuhnya. Ia tak kunjung menemukan sosok Sunny. Ia kembali ke kedai hendak mengambil motornya, namun ditengah perjalanan yang tak jauh dari parkiran umum, ia menangkap sosok Joohyuk dan Yugyeom.
"Dimana Sunny?" Tanya Jaebum seketika sesaat setelah ia berhasil mengejar Joohyuk dan Yugyeom.
"Apa pedulimu?" Pekik Joohyuk.
"Aku kekasihnya, aku ingin tau dia dimana ?"
"Kekasihnya? Apa kau gila? Apakah ada kekasih yang tega mengabaikan selama berminggu-minggu seperti dirimu? Ha?" Sahut Joohyuk, badannya mulai maju menandakan emosi berhasil merasuki dirinya. Tangan Yugyeom dengan cekatan menahan bahu temannya itu.