Guru Baru

4.7K 189 4
                                    

Seperti biasa, setelah sholat shubuh berjamaah, tadarus, ngaji shubuh, Adilla dan santri serta santriwati yang lain bersiap-siap untuk sekolah.

Satu Kobong dihuni oleh lima santriwati dengan satu kamar mandi, membuat mereka harus pintar membagi waktu untuk berbagi kamar mandi.

Tidak seperti hari kemarin, hari ini Adilla terlihat lebih gesit. Dirinya sudah siap dengan jilbab dan baju seragamnya.

"Obi, cepetan," kali ini giliran Adilla yang mencak-mencak kesal karena Obi yang tidak juga selesai berdandan dan mematut wajahnya di hadapan kaca.

"Bentar elah, biasanya juga kamu yang lambat," ujar Obi membela.

"Kalo kita telat lagi, kamu yang tanggung jawab," ujar Adilla kesal.

"Kemarin juga aku yang izin masuk," ujar Obi.

"Tapi sekarang pelajaran Ustadz Zidan  Obi,"

"Hah? Demi apa? Sekarang hari apa?" Obi terkejut bukan main. Masalahnya Ustadz Zidan itu termasuk guru yang killer di pesantren.

Obi langsung menarik Adilla untuk bergegas menuju lantai utama tempat kelas mereka berada.

"Yaampun pelan-pelan Obi, kalo jatoh gimana," ujar Adilla memperingati.

"Jatoh mah kebawah, terus sakit. Masa jatoh keatas terus enak." Ujar Obi.

Adilla hanya bisa mendengus pasrah melihat sahabatnya itu.

Adilla dan Obi telah sampai di depan kelas, mereka terkejut ketika Ustadz Zidan belum datang.

"Ustadz Zidan mana? Kok tumben belum dateng, ini udah lebih lima menit dari jam masuk kan?" Tanya Obi pada Aqila dan Az-Zahra yang ada di belakang tempat duduknya sedang mengobrol.

"Datang-datang tuh ucapin salam kek, apa kek ini nyerocos gak jelas. Heran kenapa kita punya temen kaya si Obi ya," ujar Aqila

"Assalamu'alaikum," ulang Obi "Udah sekarang jawab pertanyaan aku, Ustadz Zidan belum dateng?" lanjutnya.

"Kamu liat Ustadz Zidan disini gak? Masih nanya aja." Aqila mendadak sewot menghadapi temannya yang satu itu.

"Kok kamu sewot sih, aku nanya baik-baik kok." Sekarang Obi tak kalah sewot dari Aqila.

"Abis kamu sih," ujar Aqila.

"Udah sih, masih pagi ribut." Ujar Adilla.

"Si Aqila nih, aku nanya baik-baik dianya sewot,"

"Udah-udah, udah yaa Obi sayang," ujar Adilla.

Obi hanya diam.

"Yaudah aku yang jawab deh, Ustadz Zidan katanya diganti. Soalnya beliau pindah ke Semarang," jelas Az-Zahra

"Ke Semarang? Kok pindah?" Cerocos Obi kembali. Sekarang penyakit kepo nya telah kembali.

"Mengurus pesantren orang tuanya,"

"Terus kalo emang orang tuanya punya pesantren kok malah jadi guru disini, mana galak banget lagi,"

"Sebelumnya kan kuliah di UIN Bandung dan memang pesantren disini. Kyai kan paman Ustadz Zidan."

"Itu sih aku tau," ujar Obi.

"Satu lagi ya, Ustadz Zidan itu gak galak beliau itu tegas." Ujar Az-Zahra.

"Cinta sih gitu, membutakan," ujar Obi.

Adilla dan Aqila hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Tak lama kemudian seseorang mengetuk pintu kelas mereka dan membukanya, seseorang yang kemarin menggemparkan santriwati pesantren sekarang berdiri didepan kelas mereka dengan membawa beberapa buku serta tersenyum.

Skenario Indah dari-Mu (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang