Prolog

260 24 6
                                    

Menunggu adalah hal yang paling menyebalkan yang mau tak mau harus dilakukan. menunggu cinta yang sebenarnya sudah nyata lebih menyakitkan rasanya dibandingkan menunggu cinta yang masih terlihat abu-abu.

Kita harus pura-pura tidak tahu dengan semua yang terjadi. seakan semuanya terlihat baik-baik saja. padahal, dibalik itu semua ada perasaan yang lelah untuk menunggu.

Arzila Razita Klariza namanya, jatuh hati pada seorang Fakih Aksara. seorang cowok yang tidak masuk dalam kategori cowok baik-baik. tapi selalu ingin menjadi yang terbaik di hadapan perempuan yang ia sayangi.

Cinta keduanya sudah jelas terasa, Arzila yang jatuh hati pada Fakih, dan juga Fakih yang jatuh cinta pada Arzila. tapi, ada banyak alasan mengapa keduanya tidak bisa bersama.

Alasan tersebut ada dalam diri Fakih, andaikan Arzila seorang lelaki, sudah di pastikan ia mengungkapkan terlebih dahulu perasaannya pada Fakih. sayangnya, ia seorang perempuan yang di takdirkan untuk terus menunggu, menunggu dan menunggu.

"Lo sebenarnya cowok normal bukan sih?" Zila menatap kesal kearah Fakih.
"Lo sahabatan sama gue udah berapa lama sih?" Fakih malah balik bertanya. tatapannya sudah fokus memandangi Zila yang sedang berdiri di hadapannya dengan ekspresi kesal.

"Lama." Zila menekankan kata-katanya. ia masih menatap Fakih kesal, "Dasar, cowok ngga normal."

"Gue normal," Fakih mengedikan kedua bahunya.

"Lo nggak pernah jatuh cinta." Zila sudah tidak tahan lagi, ia memilih untuk pergi meninggalkan Fakih sendirian. tubuhnya sudah berbalik untuk meninggalkan Fakih.

"Gue jatuh cinta, bahkan jatuh cinta pada seorang perempuan yang ada di hadapan gue saat ini." Fakih berbicara dengan nada sungguh-sungguh. matanya sudah menatap lurus kearah Zila, memandangi punggung perempuan tersebut.

Zila sontak berbalik badan mendengar jawaban Fakih, ia ingin tahu siapa perempuan yang Fakih maksud. tidak ada siapapun di depan Fakih, yang ada hanya dirinya yang berdiam dengan perasaan terkejut.

"Gue cinta sama lo, tapi keadaan belum berpihak sama kita." Terlihat raut wajah sedih Fakih. "Mungkin nggak akan pernah berpihak selamanya." Fakih meninggalkan Zila begitu saja.

Ada banyak tanya dalam benak Zila. tentang ucapan Fakih, perasaan ia tidak pernah salah bahwa ternyata Fakih juga memendam rasa yang sama tapi tidak di ungkapan dengan alasan yang Zila tidak tahu.

FakihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang