11 ❤ : Eleven

624 89 7
                                    

"Brengsek lo Boy!"

Neila memojokkan Boy dengan bukti foto di handphonenya. Sebuah foto Boy sedang berpelukan dengan Reva di ruang OSIS.

"Lo gak mikirin perasaannya Angel kalau dia lihat foto ini? Ha?!" Neila membentak.

"Ini gak seperti yang lo pikir." Boy masih berusaha meyakinkan.

"Bullshit." "Pembohong! Penghianat! Brengsek!" Neila benar-benar marah. Tak terima sahabatnya di khianati.

"Nel, Nel. Tunggu." "Jangan kasih tau Angel." Boy berteriak ketika Neila berbalik hendak pergi.

"Kenapa? Takut? Takut diputusin?"

"Bukan itu." Boy menghela nafas. "Angel gaboleh tau. Bahaya buat dia."

"Bahaya?"

"Angel." Boy menelan ludahnya. "Angel sakit parah." "Dia kena kanker otak." Akhirnya Boy mengatakan yang sebenarnya.

"Ck." "Bener-bener bajingan lo Boy." "Bisa-bisanya lo ngomong gitu?! Secara gak langsung lo doain Angel kena penyakit mematikan!" "Beneran kecewa gue sama lo." Neila justru tidak percaya. Pikirannya sudah dipenuhi kekecewaan dan kemarahan tanpa bisa berpikir jernih.

"NEL. NEILAA!" "Argh."

Neila berjalan cepat dengan rahang mengeras menuju ke kelasnya untuk menemui Angel. Tidak ada setitik keraguanpun dalam diri Neila untuk memberi tahu Angel yang sebenarnya. Karena dalam hubungan tak boleh ada satu rahasiapun. Neila sangat memikirkan Angel.

"Ngel. gue mau kasih tau lo sesuatu." Neila berkata pelan menatap dalam kedua mata Angel.

"Apasih Nel? kyaknya serius amat."

"Tapi lo harus tau. Gue ngasih tau hal ini bukan karena pengen hubungan lo hancur. Gue cuma gamau lo dibohongin."

Angel mulai merasa tidak enak melihat keseriusan Neila. "Maksudnya?"

Neila dengan yakin merogoh handphone di sakunya kemudian ia tunjukkan ke Angel foto yang ia ambil kemarin saat jam istirahat. Juga sudah semalaman memikirkan akan memberi tahu Angel.

Kedua mata Angel membulat sempurna melihat apa yang sedang ia lihat. Ia ambil handphone Neila dan melihatnya lagi lebih dekat dengan memperbesar.

Nafas Angel berderu tak beraturan. Dia memang tak pernah melarang Boy berteman dengan siapapun bahkan cewek sekalipun. Angel juga tak segan-segan menyuruh Boy membantu teman ceweknya yang membutuhkan. Namun tetap, ada sebuah batasan.

Angel selalu berpesan jangan sampai pegangan, jangan sampai bersentuhan, jangan nempel-nempel, jangan semua hal yang bersentuhan fisik. Lantas ini apa?

Boy memeluk Reva dengan begitu erat.

Angel mendongak keatas ketika Boy tiba-tiba datang dengan berlari. Angel berdiri menatap Boy.

"Ngel aku bisa jelasin." Boy memandang penuh harap.

"Kamu bukan Boy yang aku kenal." Angel mengatakan dengan nada kekecewaan. "Boy gak akan mau meluk cewek lain."

"Malaikat.." Rengek Boy dengan memegang dua tangan Angel.

Angel melepas genggaman Boy. "Kamu bukan Boy." "Boy gapernah mau nyentuh cewek lain." Pengucapan Angel tak membentak. Nadanya tetap lembut, namun terdengar menyakitkan bagi Boy.

"Jangan... Jangan nangis.." Boy tak sanggup melihat kedua mata Angel yang sudah terlihat membendung banyak air mata.

Angel menunduk.

Boy memegang dua pipi Angel ia dongakan untuk melihat wajahnya.

"Iya aku salah." "Maaf aku salah." "Maaf aku udah meluk-meluk cewek lain." Boy menghela nafas. "Tapi itu bukan maksud apa-apa ngel.." "Aku meluk Reva buat nenangin dia lagi patah hati."

Kali PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang