Part 17

1.5K 62 3
                                    

Empat bulan kemudian...

Setelah kejadian di mana berita Ara— adik semata wayang Tammy meninggal dunia. Kini persahabatan mereka telah kembali seperti dulu lagi. Kedua oramg tua Tammy menyesal tapi dengan sifat dewasanya yang ia dapat dari Prilly sahabat yang pernah ia khianati, Tammy memaafkan keduannya. Keluarga mereka utuh kembali seperti dulu saat Ara belum lahir di dunia.

Prilla sendiri sudah bisa melupakan Ali, ia sadar bahwa ia itu tak oantas buat Ali yang menurutnya Ali itu sempurna. Ia, Caca, dan Tammy berusaha membuat Ali dan Prilly dekat kembali namun selalu ada hambatan. Entah itu karena Prilly yang saat ini dengan seseorang atau Ali yang selalu beralasan bahwa ia sudah berjanji pada Prilly untuk menjauhinya.

Sementara Ali, ia menyibukkan dirinya untuk persiapan ujian nasional nanti. Tujuannya adalah menyelesaikan sekolahnya sekarang dan melanjutkan kuliahnya di kota asal Ibunya. Alasannya simpel, ia hanya tak ingin lagi berurusan dengan urusa percintaan walau hatinya menjerit mengatakan bahwa ia mencintai seseorang. Seseorang yang menyuruhnya menjauh dari hidupnya. Ia adalah Prilly. Walau begitu Ali selalu menatap Prilly dari kejauhan karena menurutnya itu lebih aman.

Dan Prilly, ia kini disibukkan dengan persiapan ujian nasional yang tinggal menghitung hari. Mulai dari mengikuti bimbel atau pelajaran tambahan di sekolah tak lupa pula Afif dan Nina— sang Istri membantu Prilly belajar. Karena Nina yang dulunya adalah guru mata pelajaran kimia di salah satu sekolah memengah pertama sedangkan Afif, ia juga pernah menjuarai olimpiade matematika tingkat sekolah.

"eh, hari ini jadi gak kita ke XXI?" tanya Caca.

"jadilah, masa kagak jadi." Jawab Tammy ketus.

"kagak usah ketus kayak gitu juga kali Tam," celetuk Prilla. "eh, Tuan Putri ikut gak?" Imbuhnya menggoda Prilly.

"enggak, gue ada janji sama Eza, mau quality time berdua sama dia."

Serempak. Caca, Prilla dan Tammy memutar bola matanya jengah mendengar sahutan Prilly.

"Eza lagi, Eza lagi. Noh depan lo noh ada Ali." Kata Prilla.

"udah deh La, gak usah sebut-sebut nama dia." Balas Prilly sebal.

"lho, kenapa?. Gue lebih setuju lo sama Ali dari pada Eza." Ucap Prilla, "Ali udah kita tahu asal usulnya, bibit bobot bebetnya, sifat sama sikapnya luar dalam lagi. Nah sedangkan Eza, kita tahu apa? Gak ada kan?." Imbuhnya lagi.

Prilly bangkit dari duduknya, " malas gue ngomong sama lo semua, apa-apa Ali, apa-apa Ali." Gerutu Prilly dan berlalu dari hadapan mereka.

Ketika Prilly menjauh, mereka bertiga— Caca, Tammy, serta Prilla tertawa keras hingga mengundang semua mata menatap mereka heran. Bagaimana tak tertawa tadi saat Prilly bangkit dari duduknya pipi Prilly sedikit memerah menahan malu dan itu menandakan kalau Prilly sebenarnya masih memiliki perasaan pada Ali hanya saja ia mengkamuflase dengan berkata bahwa ia telah melupakan Ali dan mencintai Eza, seseorang yang akhir-akhir ini dekat dengannya.

***

Ujian Nasional telah terlaksana dua hari yang lalu, selangkah lagi maka mereka para kelas dua belas akan terbebas dari yang namanya materi pelajaran sekolah untuk beberapa hari dan menunggu hasil pengumuman kelulusan lalu kembali melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi yaitu berkuliah.

Prilly tak memusingkan di mana nantinya ia kuliah yang terpenting ia lulus dari sekolah dengan nilai yang memuaskan. Lain halnya dengan saudara kembar dan kedua sahabatnya yang saling mengeluarkan argumen masing-masing untuk menetapkan di mana nantinya mereka akan berkuliah.

"ya amsyong... kelar juga ujiannya," seru Caca di samping Prilly.

Prilly berdecak, menatap Caca tajam. "belum kelar Ca." Ujar Prilly.

Si Cupu Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang