Chapter 4: Confession

21 5 18
                                    

'Bagaimana bisa kamu menyingkirkan perasaan sakit ini apabila kamu lah yang membuatku merasa seperti ini.' batinnya

Jungkook menatap gadis di depannya sendu.

Jungkook masih mengingat bagaimana kulit itu masih bersinar ketika diterpa matahari. Jungkook masih mengingat bagaimana jiwanya yang mengisi kedua bola matanya yang berwarna coklat itu.

Namun Jungkook tahu, dia tidak seperti melihat Eun Mi yang dulu dia kenal.

Eun Mi yang ini terlihat tidak berjiwa.

"Ah, sudah mau malam. Jungkook, bagaimana kalo kamu pulang dan ceritakan itu semua di rumahmu saja." ujar Eun Mi tiba-tiba.

"Ah, eh? Kamu ikut pulang kerumahku?" Jungkook mengangkat salah satu alisnya bingung.

"Tentu saja, kan mulai sekarang kamu adalah klienku!" seru Eun Mi ceria.

"Hmm, baiklah. Aku mulai jalan saja sekarang." ujarnya sambil berjalan meninggalkan ruangan itu.

Ketika di depan pintu, Jungkook menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati kamar itu kini kosong.

'Kemana dia sekarang pergi?' batinnya sambil berjalan pulang.

Jungkook keluar dari rumah tersebut dan mulai berjalan ke arah apartemennya yang dia tahu sedikit dekat dengan rumah itu. Yah, sedikit olahraga tak akan membuatnya sakit juga.

Sesampainya di apartemen Jungkook,

Jungkook segera masuk dan mengunci pintu apartemennya.Soal Eun Mi? Ah, dia sudah tahu gadis itu pasti sudah berada di apartemennya.

"Ah, kau sudah datang!" seru gadis yang seharusnya tak kasat mata tersebut.

"Kau bahkan tahu dimana aku tinggal ckckck," Jungkook menggelengkan kepalanya.

"Hahaha, aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa aku menemukan rumahmu. Itu hanya terlintas dipikiranku."

"Bagaimana bisa--."

"Tentu saja aku bisa. Tak usah tanya kenapa." potong Eun Mi.

"Baiklah Jeon Jungkook, apa dan siapa yang membuatmu patah hati?" tanya Eun Mi dengan posisi serius.

Jungkook menarik nafasnya panjang berusaha membuat dirinya agar tidak gugup.

"Aku patah hati karena,
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kepergianmu."

Jungkook menutup matanya rapat. Entah kenapa ia merasa takut akan reaksi hantu di depannya itu. Semua ini terasa seolah-olah dia menyatakan perasaannya.

Eun Mi lalu tertawa.

"Kenapa? Kenapa kamu patah hati akibat sahabat baikmu ini mati?" tanyanya dengan nada mengejek.

Jungkook membuka matanya dan mencengkram kaos putihnya dengan kencang.

"Karena..... aku menyukaimu Eun Mi." ujarnya sambil menutup matanya

Eun Mi sendiri terpaku ketika mendengar itu.

Waktu terasa terhenti bagi mereka berdua. Keheningan perlahan tumbuh mengisi ruangan tengah apartemen yang besar itu.

Jungkook perlahan membuka matanya dan hanya menemukan sofa kosong di depannya.

'Apa karena itu, dia pergi?' batinnya sambil menatap nanar sofa di depannya.

Kau menyedihkan Jeon Jungkook.

---

Eun Mi memutuskan untuk berjalan-jalan menuju ke taman bermain. Dia duduk di suatu ayunan di taman tersebut. Ia membiarkan air mata turun menuruni pipinya. Andai dia seperti dulu, masih hidup, masih bisa dilihat orang banyak, dan dapat tersenyum senang. Andai dia diberi kesempatan untuk berada di dalam sebuah hubungan. Andai dia di beri kesempatan untuk mencintai sahabat baiknya lagi. Andai, dia bisa membalas perasaan Jungkook. Andai, dia bisa merasakan kehangatan setiap dia dekat dengan Jungkook seumur hidupnya dan menemani Jungkook hingga Jungkook tua. Sayangnya, dia tidak bisa berlama-lama di dekat Jungkook.

Eun Mi melihat ke atas langit dengan air mata yang masih membasahi pipinya. Dia menutup matanya, mencoba mengingat segala kenangan yang dia alami bersama Jungkook.

"Maafkan aku Jungkook, aku tidak bisa menemanimu..." Eun Mi nangis lebih kencang. Baginya, Jungkook adalah orang yang paling sering membuatnya tertawa bebas, senang setiap harinya.

"Jeon Jungkook, kamu adalah klienku yang terakhir... Maafkan aku...."

------

A/N: So, kali ini aku double update. Setelah menjalani writerblock untuk waktu yang cukup lama. I'm back tho wkwkwk. Happy Jimin Day!! As always enjoy and vomment yeu!

Au Revoir [ON HOLD]Where stories live. Discover now