Rindu merupakan dimensi rasa paling rumit. Dia terus menuntut untuk sebuah temu, sedang terkadang semesta sengaja mengirim jarak dan waktu agar lebih lamban mempertemukan dua hati.
***
Wafa menyandar pada kursi di depan balkon kamarnya yang langsung menghadap kearah Pesantren.
Dia memejamkan matanya sebentar, menerawang lebih jauh dan mengingat kembali mata siapa yang ada pada sosok itu.
Kenapa ketika pertama kali melihatnya dadanya tiba-tiba saja berdesir hangat. Padahal ketika dia menyukai seseorang yang sekarang memilih pergi mengejar cita-citanya, rasanya tidak semendebarkan ini.
"Astaghfirullah," Wafa mengusap wajahnya kasar.
"Ente kenapa? Banyak pikiran kayaknya."
Wafa menoleh dan kembali menatap lurus kedepan ketika mengetahui siapa yang menyapanya.
"Ga kenapa-napa,"
"Heuh jawabannya cewek banget,"
"Apanya?" Tanya Wafa.
"Jawaban ente,"
"Jawaban gue kenapa?"
"Ah Bambang! Ngomong sama yang lagi galau mah gak bener."
Wafa hanya diam tak menanggapi.
"Oh Iyah Fa, gue mau ngomongin Restoran nih," ujar Rasyid.
"Nanti aja,"
"Elah, bentaran doang." Ujar Rasyid.
"Nanti aja Syid" ujar Wafa dengan suara yang terdengar kesal.
"Ya udahlah daripada gua diamuk sama orang yang lagi galau," ujar Rasyid sembari melenggang keluar.
"Bentar Syid," ujar Wafa.
"Apa? Mau minta obat penghilang galau? Sorry gak punya." Ujarnya.
"Ente tau Adilla?"
"Adilla mana? Oh ente setelah move on dari Aliya pindah ke Adilla? Ternyata tipe ente cewek yang depannya huruf A."
"Syid gue serius." Ujar Wafa.
"Yaampun Fa, yang namanya Adilla banyak kali. Di pesantren ini aja mungkin lebih dari satu." Ujar Rasyid.
"Itu, yang tadi ngobrol sama Ummi," jelas Wafa.
"Oh Adilla anaknya Om Hanan," ujar Rasyid.
"Ente kenal dia lama?" Tanya Wafa.
"Yaiyalah, orang Om Hanan kan Deket sama Abah (Kyai), dia juga pesantren dari SMP paling pinter, cantik, humble," jelas Rasyid.
Wafa hanya diam.
"Ente suka dia ya?" Tanya Rasyid
"Gak"
"Halah bohong."
"Udah sana pergi," Wafa melemparkan bantalnya ke arah Rasyid.
Rasyid hanya terkekeh kemudian langsung melangkah keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Indah dari-Mu (Proses Revisi)
SpiritualKita tak pernah tau siapa sesungguhnya si fulan yang Allah janjikan itu. Maka, pandai-pandailah menyimpan rasa, maka semesta akan menjagamu. Tak pernah ada yang salah dalam rasa, jika pun itu tak sesuai rencana, yakinlah di depan sana ada hal yang i...