Yai Luk Yim Yuk Lai

1.4K 83 76
                                    



Hari ini bisa dibilang salah satu hari paling sial dalam hidup gue yang sebenernya akibat perbuatan gue sendiri. Mungkin gue terlalu seneng bisa keterima di SWU, fakultas teknik, impian gue banget. Maka jadilah semalem gue nggak bisa tidur dan baru bisa tidur menjelang pagi, alhasil, pagi ini gue telat bangun dan harus lari-lari buat menuju kampus. Mulai dari gue musti menembus kerumunan orang pada sibuk mau berangkat ke sekolah, kantor dan kampus naik BTS, trus gue musti lanjut lagi naik ojek yang mana abang ojeknya nggak begitu banyak jadi perlu rebutan, trus terakhir begitu sampe kampus, gue musti harus lari-lari karena gue nggak tau gedung tempat gue kuliah pagi itu harusnya yang mana.

"Jalan masuk, lurus sampe ujung, belok kiri, trus? Duh, harusnya gue survey gedung dulu kemaaa..." gue baru mikir gitu ketika pikiran gue harus berhenti akibat gue kesandung kabel. Ntah siapa yang geletakin kabel di tengah jalan jadinya gue kesandung.

Biasanya kalo orang jatuh, bakal bilang, 'sakitnya sih nggak seberapa, malunya itu!'. Iyesh, tapi beda sama gue sekarang, gue bukan cuma malu diliatin orang-orang karena udah segede gini masih aja kesandung tapi kedua lutut gue juga beneran sakit banget, celana kuliah gue yang sebelah kanan robek kena aspal, padahal baru dipakek perdana hari ini, huhuhu... dan ini lutut kanan gue berdarah banget, periiihhh...

"Copgi, lo nggak kenapa-napa?" tanya seorang temen gue sambil nepok bahu gue dari belakang ketika gue memutuskan untuk duduk di aspal. Satunya temen gue dari jaman sekolah yang kebetulan keterima di kampus dan fakultas yang sama dengan gue.

"menurut lo, anak alay?" jawab gue cuek yang malah balik nanya. Cuma anak alay ini yang berani-beraninya ganti-ganti nama gue, jadi sebagai balasan, gue selalu panggil dia anak alay.

"panggil gue Teetee yaaaa... bukan anak alay. Gue udah dewasa, bukan anak SMA lagi" protes Tee sembari menoyor kepalaku, emang cuma anak alay ini yang kelakuannya ga bener gini, udah tau kaki gue sakit, kepala gue ditoyor pula.

"trus menurut lo, nama gue Copgi? Copter!!!" protes gue balik.

"Copgi itu panggilan sayang tau... Kan lucu gitu, imut-imut kayak anjing Corgi" jawab Tee dengan mata berbinar ngeliat gue. Satu detik sih nggak apa-apa ya dipandangin begitu, kelamaan rasanya jadi jijik juga.

"auk amat, udah, pergi aja lo sana" jawab gue sambil menoyor balik kepala Tee. Posisi kami masih duduk di aspal, dan gue masih sibuk niup-niup luka di lutut gue.

"Nong, kamu nggak apa-apa?" tanya seseorang di hadapan kami yang terdengar ramah, orang itu lalu duduk di depan gue. Dari jaket almamaternya, udah keliatan dia pasti senior.

Pas liat mukanya, njirrr... cakep amat ini orang, kayak orang Italy tapi kulitnya eksotis. Hidungnya mancung, giginya rapi, rambutnya tertata rapih. Siapa nih?

"Nong...? Nong...? Kaki kamu nggak kenapa-napa?" tanya orang itu sembari nepuk-nepuk pundak gue. Ternyata orang itu datang udah bawa sekotak P3K buat nolong gue, mungkin dia langsung ngeh begitu gue tadi jatuh.

"oh...! Sakit P'..." muka gue merengut begitu inget sama kaki gue. Sumpah ini bukan cari perhatian atau gimana-gimana ya, ini emang sakit!

"coba sini saya liat..." kata orang itu memperhatikan dengan seksama lutut kanan gue yang berdarah-darah dari sela-sela celana gue yang robek.

"aduh... uhm... tahan agak perih sebentar ya... saya bersihin pake alcohol dulu" kata pria itu.

"ok, P'..." jawab gue sambil pelan-pelan naikin celana gue supaya lutut gue bisa diobati.

Dengan teliti orang itu membersihkan luka gue, kasih obat, lalu bantu balut pakai perban sementara anak alay di sebelah gue cuma bisa diem dengan muka takjub ngeliatin cowok yang ada di depan gue. Kenapa deh, kayak nggak pernah liat orang bersihin luka aja. Atau... jangan-jangan dia terpesona sama... uhmmm... nggak mungkin, nggak mungkin.

[One Shot] Love and LockWhere stories live. Discover now