part 16

1.6K 75 0
                                    

Uas pun berlalu. Kini liburan tiba.

Di wusto ku mengadakan kegiatan tadabbur alam bersama para santri yang selalu mengaji beserta ustadz yang biasa mengajar. Kami pergi ke pantai pangandaran dengan menggunakan bus.
Tak kusangka Yoga pun ikut. Mungkin diajak ustadz Zaki.
Kalo begini jadinya, aku tidak bisa menahan malu karena yoga pasti menggangguku.

Aku duduk bersama dini di bangku ke dua sebelah kiri. Dini kakak kelasku, namun karena sudah berbarengan dari TK, aku sudah terbiasa memanggilnya tanpa antek-antek "teteh".

Semua laki-laki termasuk para ustadz duduk paling belakang, kecuali ustadz Fahmi dan Ustadz Ridwan yang duduk paling depan.
Para istri ustadz duduk berbarengan di depan.

Perkiraanku salah mengenai yoga yang akan selalu menggangguku. Bahkan dia tidak meliriku sedikitpun. Selama uas pun dia sudah jarang atau bahkan tidak menggangguku lagi. Aku kira dia seperti itu karena tidak ingin mengganggu konsentrasiku untuk menghadapu UAS. Namun dugaanku 100% salah. Dia memang sudah tidak menggangguku lagi.

Rasanya aneh

Seperti ada yang hilang

Selama di pantai, kami antara laki-laki dan perempuan berbeda tempat untuk duduk. Para perempuan di pimpin oleh istri para ustadz dan begitupun para santri laki-laki di pimpin para ustadz.

Kami melakukan berbagai kegiatan.

Saat kegiatan selesai, baju kami kotor dan basah. Akhirnya kami mengambil tas masing-masing dan pergi mandi.

Di kamar mandi sangat penuh. Kami mandi dengan tergesa-gesa. Selesai mandi, kami makan. Ada jarak sekitar dua meter antara tempat makan laki-laki dengan tempat makan perempuan. Kami makan nasi box yang memang pembayarannya sudah satu paket dengan ongkos menuju ke sini.

Temanku ada yang jajan, ada yang bersepeda, membeli aksesoris sampai baju.
Dini mengajaku bersepeda sekaligus membeli membeli beberapa cemilan dan baju. Aku mengiyakan.

Saat aku akan mengambil dompetku, dompetku tidak ada di tas. Aku panik. Mencari di setiap sela tasku. Aku sudah mengeluarkan isi tasku dan mencari dompetku. Hasilnya nihil. Tidak ada dompetku disana. Padahal, aku tadi pergi mandi dan membayar kamar mandi dengan uang yang ada di dompetku.
Ya Alloh, kemana perginya dompet itu? Pikirku

Para santri membantu mencarikan dompetku di daerah terdekat kamar mandi bekas kami mandi. Istri ustadz zaki memberitahukan berita aku kehilangan dompetku pada suaminya. Alhasil, semua mencari dompetku.

Aku ingat di dompet itu uangku senilai 400ribu dan terdapat simku. Aku masih bersyukur karena sebelum berangkat aku memberikan STNK motorku pada ayahku takutnya ayah akan memakai motorku.

Bagaimana dengan SIMku? Sepertinya aku harus membuatnya lagi. Uangku?
YaAlloh, padahal ayah bekerja keras untuk mendapatkan uang itu.

Semua orang terlihat lelah mencari. Aku bicara pada ustadz zaki agar berhenti mencari. Aku bilang jika aku tidak apa-apa.

Saat aku sedang melamun, ada seorang anak perempuan berumur sekitar tujuh tahun yang memberikan sekeresek snack lengkap dengan minuman kesukaanku dan tak lupa ada susu juga.
Ada kertas di sana. Aku membukanya

"Kamu gausah sedih. Nanti SIM kamu aku bikinin"

Itulah yang tertulis disana

"Ini dari siapa de?" Tanyaku pada anak perempuan itu

"Dari kakak laki-laki. Tapi ga tau namanya siapa" katanya dengan nada bicara yang lucu

"Makasih ya, ade mau?" Tanyaku

KaKaDeDe (Kutikung Kau Dengan Do'a) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang