"Inilah sahabat yang sesungguhnya. Teman yang selalu ada, selalu bisa menghibur, mencairkan suasana, tertawa bersama. Tak ada kemarahan saat ledekan-ledekan kecil terlontar disela-sela canda dan gurau yang membahana. Keluarga kedua yang seperti keluarga utama. Orang-orang yang tak hanya bertahan satu musim, melainkan diribuan musim."
_Author_
***
Motor sport berwarna hijau itu berhenti tepat di depan sebuah warung sederhana, tapi ramai akan anak-anak muda yang tengah asyik nongkrong sembari bersenda gurau. Banyak pula motor yang serupa di sekitar area warung. Kedatangan orang berjaket abu-abu itu sedikit menimbulkan kasak kusuk kecil di antara mereka yang berada di sana. Beberapa di antaranya nampak menghentikan sejenak aktivitas yang tengah dilakukan.
"Siapa tuh?"
"Anak mana tuh? Berani-beraninya datang ke basecamp kita."
Kurang lebih begitulah bisik-bisik yang samar-samar terdengar di antara mereka.
"Tapi kok gue kayak kenal sama motornya ya. Kayak nggak asing gitu." seru salah satu perempuan yang ada di sana.
"Siapa Mel, lo kenal sama dia?" tanya seorang yang lain.
"Gue nggak tahu siapa dia, cuma motornya kayak nggak asing aja."
Mereka kembali memperhatikan orang tersebut. Mulai dari turun dari motor tersebut, sampai ia membuka helmnya. Itu semua tak luput dari penglihatan banyak pasang mata di tempat tersebut. Dan setelah helm terbuka, mata mereka membulat sempurna. Ada pula yang menganga. Berbagai macam ekspresi mereka tunjukkan saat wajah itu dengan jelas menghadap ke arah mereka. Sementara orang itu hanya tersenyum melihat beragam ekpresi di hadapannya.
"Mondy," panggil seorang laki-laki bertubuh pendek dengan kulit sawo matang.
"Ini beneran lo?"
"Menurut lo Yan? Emang ada orang lain yang mirip sama gue?" jawab si pendatang yang tak lain adalah Mondy dengan senyum manisnya. Pantas saja Melly merasa familiar dengan motor tersebut. Motor berwarna hijau yang menjadi ciri khasnya dulu.
"Hahaaa, Mondy my bro," Iyan pun langsung berhambur memeluk sahabatnya itu. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan mereka saat ini. Empat tahun tak bertemu. Tanpa kabar tanpa pesan.
"Kemana aja lo? Pergi kayak ditelan bumi, hilang nggak ada kabar. Lupa lo sama kita-kita?" Iyan melanjutkan ocehannya usai melepaskan pelukannya.
Mondy tersenyum mendengar ucapan Iyan. Sahabatnya yang satu ini memang tidak pernah berubah. Selalu menjadi yang paling ramai diantara yang lain. Ini jugalah salah satu yang dirindukan Mondy selama di Amerika. Sahabat-sahabat yang selalu membuatnya gembira, melupakan segala penat yang memenuhi jiwa.
"Ceritanya panjang Yan. Yang pasti gue nggak mungkin lupa sama kalian semua. Sahabat terbaik yang gue miliki."
Satu persatu dari mereka pun mulai mendekati Mondy untuk mengucapkan salam rindu. Sampai akhirnya ada seseorang yang cukup mengagetkannya.
"Hai Mon. Lama ya kita nggak ketemu." sapa orang tersebut.
"Rio. Lo ngapain di sini?"
Ya, orang tersebut adalah Rio, salah satu musuh Mondy dan teman-temannya dulu. Wajar jika Mondy mempertanyakan keberadaan cowok berambut gondrong itu di sana. Seingat dia, dimana ada Rio disitu pasti ada keributan yang terjadi.
"Lo tenang dulu Mon. Sekarang Rio udah gabung sama kita. Kita udah damai dan sekarang kita udah jadi sahabat. Nggak ada lagi permusuhan diantara AJ dan juga serigala. Semua udah selesai." jelas Boy, cowok berkulit putih yang selalu memiliki pemikiran dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of R2M
FanficTerinspirasi dari satu kisah yang tidak memilikikelanjutan cerita dalam sebuah sinema elektronik. Akhirnya membuat saya ingin menceritakannya dengan ide saya sendiri. Cerita ini hanya fiktif belaka dan benar-benar ide saya. Maaf dengan adanya kesama...