Vania Point of View
Malam ini aku lagi videocall sama Nana setelah selesai belajar. Iseng sih karena aku boring dan belum ngantuk.
"Hai, Na." sapaku pada Nana yang sudah mengangkat panggilan videocallku.
"Hai, Van. Lagi ngapain." tanyanya. "Iseng sih abis ngerjain PR boring, belum ngantuk juga." jawabku. "Gue sebenernya mau tidur, terus lo vidcall gue. Nggak jadi tidur deh hahaha." timpal Nana. "Aku ganggu ya? Yaudah deh aku matiin. Kamu tidur aja, Na." ucapku sedikit kecewa. "Hahaha yaampun Van. Serius amat, gue cuman bercanda kalik." canda Nana. Yaampun, Na.
"Oiya, Van." ucap Nana. "Apa?" tanyaku sedikit kepo. "Kayaknya Nathan suka deh sama lo." ujarnya bikin aku sedikit tergagap. "Ap-apaan sih bisa aja deh." Aku malu. Pasalnya Nathan belum pernah bilang kalau dia suka sama aku, dia hanya menunjukkan perhatiannya ke aku.
"Serius deh. Lo nggak liat apa dia belakangan ini sering banget perhatian sama lo. Contoh, dia rela berangkat dan pulang bareng lo. Dia bersikap romantis gitu sama lo kaya hari itu, dia gandeng lo dari parkiran sampai masuk kelas kan?" terang Nana.Iya juga sih, semua perempuan juga seneng kalau digituin sama laki-laki.
Mungkin Nana juga pengen diperlakukan seperti aku diperlakukan romantis oleh Nathan.
"Iya sih romantis, tapi aku malu sendiri kalau dilihatin semua orang. Apalagi cewek-cewek yang suka dan ngefans sama Nathan. Aku nggak mau nanti mereka gimana-gimana sama aku." jelasku.
"Sekarang apa yang lo rasain ketika lo deket sama Nathan?" tanya Nana. "Biasa sih. Dia juga nggak senyebelin dulu." jawabku jujur. Memang sekarang Nathan sedikit berubah. Iyasih kadang juga masih suka jahilin aku dan godain aku."Lo coba deh buka hati lo buat dia. Lo masih inget kan kata-katanya dia didepan semua orang?" aku menggangguk. Iya aku inget kata-kata itu, kata-kata yang Nathan bakal buktiin kalau dia pantes buat aku.
"Dari situ lo bisa liat perjuangannya buat dapetin lo. Kesungguhan dia dapetin cinta lo." tutur Nana.Kata Nana benet juga ya? Kenapa aku nggak kasih kesempatan aja ya buat Nathan.
"Nggak usah mikir deh Van. Gue yakin Nathan serius sama lo. Lo cuman perlu bukti kok dari dia." yakin Nana.
"Iya Na aku bakal liat perjuangannya. Liat usahanya dia, dan dari situ aku bisa mutusin buat nerima dia atau atau enggak." putusku membuat Nana tersenyum sumringah.
"Nah gitu dong, itu baru sahabat gue." ucap Nana bangga.Setelah itu aku memutuskan videcall dengan Nana dan aku langsung tidur pulas hingga pagi.
*
*
*Disisi lain Bima sedang menatap pemandangan dibalkon kamarnya. Sesekali tersenyum mengingat-ingat seseorang yang ia sukai, Nana.
Bima membayangkan saat-saat dimana Nana marah-marah, cerewet, dan baik."Lo lucu juga ya ternyata." Bima terkekeh terbayang-bayang muka Nana yang lucu.
Tiba-tiba terlintas dipikiran Bima akan sesuatu. "Gue punya ide." ucap Bima bersemangat lalu tersenyum seringai.*
*
*Paginya seperti biasa, Nathan menjemput Vania dan berangkat bersama. Saat ini Nathan sedang menunggu Vania di ruang tamu rumahnya, menunggu Vania datang.
"Ditunggu ya, nak Nathan." ujar Kinan. Nathan tersenyum. "Iya nggak papa, tante." balas Nathan.10 menit kemudian Vania keluar dari kamar lalu turun menemui mama dan Nathan.
"Itu Tifan udah turun." ucap Kinan. "Iya, tan." Nathan berdiri dari duduknya. "Udah siap?" tanya Nathan pada Vania. Vania mengangguk lalu menoleh kearah mamanya. "Yaudah ma. Tifan berangkat dulu ya." pamit Vania. "Iya sayang hati-hati ya. Nak Nathan, tante titip Tifan ya." pesan Kinan yang diangguki Nathan.Nathan dan Vania menyalami tangan Kinan secara bergantian. Lalu mereka berdua berangkat sekolah bersama.
"Nih helmnya." Nathan memberikan helm merah maroon kepada Vania dan Vania langsung memakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan dan Vania[END]
Roman pour AdolescentsDon't judge a book by its cover Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita saya🙏 Cerita kedua sih sebenernya, karena yang pertama "cinta 100 hari" saya berubah pikiran. Akhirnya bikin lagi dan hasilnya ini deh hehehe. Maaf jika ada t...