" Betapa bahagianya hatiku saatKu duduk berdua denganmu "
Ah, apa betul?
Kau lebih suka mengelus mesra layar telepon genggam mu, bahkan ketika aku mencurahkan lelah dan menderitanya hariku.
Siapa yang kau suruh diam saat aku mulai merengek mengais satu senyum milikmu itu?
" Berjalan bersamamu, menarilah denganku "
Ingatkah kau tak suka berjalan?
Apalagi menari?
Besok, segeralah kerumah sakit.
" Namun bila hari ini adalah yang terakhir, namun ku tetap bahagia "
Berbahagialah. Semakin cepat berakhir, semakin cepat kau tertawa.
Terbebas dari belenggu wanita yang pernah kau rengkuh saja tidak.
Pernah kau bahagiakan saja dulu.
Atau ketika ada mau.
" Selalu kusyukuri, begitulah adanya "
Kapan bersyukur? Aku yang lupa atau kau yang berhayal terlalu nyata?
Begitu lah adanya atau aku yang harus mewujudkan semua hal menjadi ada?
" Namun bila kau ingin sendiri, cepat cepatlah sampaikan kepadaku "
Sudah bukan?
Aku ingin sendiri. Tinggalkan aku.
Kau bilang aku egois dan tak punya hati.
Mengapa? Mengapa harus kusisihkan hatimu, jika bahkan perhatianmu pun aku tak dapat semanis madu?
Tinggalkan. Tapi kau jejali mulutku dengan arah hubungan serius yang sama sekali tidak masuk akal tetapi menyenangkan bagimu.
" Agar ku tak berharap dan buat kau bersedih "
Terlepas kau berharap atau tidak.
Memulai hubungan dan menjalani nya, sama bersedihnya hatiku.
" Bila nanti saatnya t'lah tiba, Kuingin kau menjadi istriku "
Aku tidak.
" Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan berlarian kesana-kemari dan tertawa "
Nampaknya kau lebih suka berjalan di dalam Mall tanpa merasa kehujanan atau terik.
Duduk menikmati secangkir kopi berkelasmu dan makanan berkolesterolmu.
Tapi lalu mencanangkan hidup sehat.
Lain kali. Langsung tenggak saja minyak goreng di dapur.
" Namun bila saat berpisah t'lah tiba, Izinkanku menjaga dirimu"
Lekaslah berpisah.
Ayahku bahkan aku, tak ingin dirimu menjagaku.
"Berdua menikmati pelukan diujung waktu, Sudilah kau temani diriku "
Nampaknya kau lebih nyaman berpelukan dengan wanita lain dibelakangku.
Jadi.
Tentu saja.
Tidak.
Tidak ada sudi untukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akad dan Diriku
PoetryKamu tahu, soal lagu akad itu? Yang berhasil menewaskan kewarasan orang-orang, khususnya wanita. Soal akad yang dipikir mudah. Hanya karena mereka ingin mendengarkan kata sah? Pergilah. Dunia masih layak kau jamah. Untuk dirimu, yang senang dinyanyi...