#6 Demi dia

768 112 84
                                    

LeeHyunRa ♥ wonwoobee

Dengan langkah memburu, Mark melajukan kedua kakinya untuk keluar dari area bandara. Pria bermarga Lee ini seolah tuli dengan teriakan anak buahnya yang kini mengikuti Mark tepat dibelakang.

Ya, hari ini harusnya Mark terbang ke Milan untuk mengikuti rapat tahunan sekaligus mencari investor potensial untuk kelangsungan perusahaan miliknya. Namun, alih-alih terbang ke Milan - lima menit sebelum mereka masuk kedalam pesawat, Mark memilih untuk berputar arah setelah sebelumnya pria ini menerima telepon entah dari siapa.

"Tuan, Nona Arin telah menunggu anda didalam pesawat," ingat Nona Seo, yang tak lain adalah sekertaris gadis bernama Arin itu, yang ikut berlari mengejar langkah Mark.

Mark masa bodo. Ia tak peduli dengan Milan, pesawat atau Arin sekalipun. Tidak, Mark tak peduli - yang ada dalam benak Mark kini adalah Koeun, hanya Koeun.

"Tuan, Nona Koeun terluka.."

________

"Aww, pelan-pelan.." Koeun tak sanggup menahan ringisan kesakitannya saat Jaemin membubuhkan kapas bercampur obat merah tepat di luka yang tak sengaja Koeun buat sendiri.

Jaemin menatap Koeun singkat lalu seketika menggeleng. "Kau itu, kau harusnya sadar kau memakai high heels. Lalu kenapa kau malah berlari di tangga darurat?" Rutuk Jaemin masih tak habis pikir akan jalan pikiran gadis yang katanya Mark sayangi ini.

"Awww, pelan-pelan.." sebuah pukulan kecil, kini dengan nyata Koeun daratkan pada bahu kekar Jaemin. "Tadi aku buru-buru, dan lift-nya penuh. Jadi aku ter- awwww.. tidak bisakah kau lebih lembut?" Entah telah berapa kali Koeun meringis kesakitan karena ulah Jaemin yang sungguh tak ada lembut-lembutnya ini. Jaemin, pria ini memang tak cocok untuk menjadi pekerja medis atau sebagainya.

"Kau itu bodoh! Bagaimana jika Mark tahu kau terluka, bisa-bisa aku kena amukannya," kesal Jaemin, karena bagaimanapun sebelum Mark pergi, pria itu sempat-sempatnya untuk menitipkan Koeun padanya.

Dan sekarang, gadis ini malah terluka. Astaga, entah apa yang akan Mark lakukan padanya kini.

Koeun melongo mendengar ucapan Jaemin yang jatuhnya ajaib itu. Untuk apa Mark marah pada Jaemin jika ia terluka? Untuk apa? Toh, Mark dan dirinya tak ada hubungan apapun kan? Selain hubungan antara bawahan dan atasan.

Jaemin masih fokus mengobati lutut dan siku Koeun yang terluka. "Tenanglah, pria itu tak akan tahu. Toh dia juga tak ada disini," Tanpa dosanya Koeun menjawab dengan nada suara kelewat santai. Tak tahu saja, jika orang yang sejak tadi mereka bicarakan, kini tengah berjalan menuju ruangan Jaemin, tempat dimana Koeun dan Jaemin berada.

Jaemin memilih diam, pria ini lebih memilih fokus dengan kegiatannya. "Selesai," tak lama Jaemin berseru. "Dan aku harap kau tak akan terluka lagi Nona, bagaimanapun aku masih ingin hidup damai," canda Jaemin yang berhasil membuat Koeun tertawa kecil.

"Terimakasih untuk pengobatannya Jae. Hey, aku boleh memanggilmu Jae kan?"

Jaemin menggangguk kecil, "Tentu. Ah, apa kau butuh bantuanku untuk kembali ke ruanganmu?" Tawar Jaemin setelah menyadari jika Koeun masih kesulitan untuk berdiri sendiri.

Koeun tersenyum, "Jika kau tak keberatan."

Dengan gentle Jaemin memapah Koeun dan meletakan satu tangannya di bahu dan pinggang Koeun. Jaemin hanya tak ingin gadis ini jatuh. Tak mungkinkan gadis ini terluka untuk kedua kalinya?

"Kau siap?" Tanya Jaemin yang langsung saja dibalas anggukan oleh Koeun.

Baru tiga langkah Jaemin memapah langkah Koeun, tiba-tiba saja pintu yang sebelumnya tertutup kini terbuka dan menampilkan satu sosok lengkap dengan wajah tak bersahabatnya.

Number One.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang