7. Her Offer

144 17 0
                                    

(Eun jie POV)

Untuk persekian kalinya, aku di buat bingung olehnya.

"Penawaran apa?"

"Mungkin ini seperti tawaran pekerjaan. Jadi begini, kau tau kan asisten ku sedang cuti?
Awalnya tidak lama karena penggantinya akan datang. Tapi ia malah membatalkannya dan asisten ku yang lama malah memperpanjang cutinya."

Aku masih menyimak apa yang di ucapakannya.

"Aku ingin kau menjadi asisten ku. Tugasmu adalah membantu membersihkan apartemen ku juga menyiapkan keperluan saat aku ada syuting. Dan bayaranya, tentu saja lebih besar dari pekerjaanmu sekarang. Bagaimana, kau mau?"

Mata ku membulat sempurna hei, aku orang asing baginya, bagaimana bisa ia menawarkan itu padaku. Padahal aku hanya membantunya sekali dan itu penawaran yang cukup menarik.
Aku ingin menerimanya tapi aku teringat dengan kuliah ku, aku yakin itu akan bermasalah dengan waktunya. Sayang sekali, padahal aku ingin sekali menerimanya.

"Sebelumnya terimakasih atas tawarannya. Tapi sepertinya aku tidak bisa menerimanya?"

"Kenapa?"

Ia tampak bingung. Kulihat ada guratan kecewa. Ah, sepertinya kalau soal itu aku terlalu percaya diri memangnya dia akan kecewa kalau aku menolak. Tapi sepertinya dia benar-benar serius dengan penawarannya.

"Begini, aku disini hanya bekerja paruh waktu. Kalau aku bekerja dengan mu bisa saja, tapi itu akan sulit karena jadwal kuliah ku."

"Kau berkualiah?"

"Iyah eonni. Aku ingin menerimanya, tapi maaf sepertinya aku tidak bisa."

Dia malah tersenyum. Senyumnya terlihat manis. Aku saja bisa bilang begitu, bagaimana dengan laki-laki yang melihatnya. Apa ia sudah memiliki kekasih? Ah, kenapa aku malah memikirkan hal itu.

"Aku tidak tau kalau kau berkuliah. Soal itu tidak apa-apa, itu tidak masalah. kau bisa menyesuaikan jadwal kuliah mu dengan pekerjaan mu nanti. Bagaimana?"

Aku terkejut, tidak menduga ia akan berkata seperti itu. Aku pikir dia akan pergi setelah aku bicara.

"Eonni, kau serius?"

"Yah tentu saja. Memangnya kenapa?"

"K-kau baik sekali, tapi aku merasa...

"Merasa apa? Kau adalah orang yang baik. Aku percaya padamu sejak kita pertama bertemu dan aku kesini memang sengaja ingin bertemu denganmu,"
Belum selesai aku bicara tapi dia sudah memotongnya. Aku hanya terdiam dibuatnya. "Jadi, kau mau kan?"

"Iyah aku mau. Terimakasih banyak eonni."

Di dalam pikiran ku saat ini adalah, aku bisa membayar biaya sewa tempat tinggal untuk bulan depan. Dan aku juga bisa mengganti uang yang kupinjam pada Sohyun. Karena saat aku datang ke Seoul aku tidak membawa banyak uang.
Tanpa sadar mata ku berembun, hampir saja aku meneteskan air mata.

"Yah, kenapa mata mu seperti berair? Kau terharu? Aigoo... padahal kan aku hanya butuh jasamu dan memilih mu karena sikap baikmu."
Shin Hye eonni tersenyum tulus. Aku tau ia berkata seperti supaya aku tidak merendah.

"Ti-tidak. Mata ku sedang kelilipan."

Aku mencoba mengipas mataku dengan tangan. Jawaban apa itu bodoh sekali. Anak kecil sepertinya pun tau, kalau aku akan menangis.

"Satu hal yang harus kau ingat. Jaga kepercayaan yang telah kuberikan padamu. Oke?"

Aku mengangguk semangat, seperti anak yang baru saja diiming-imingi hadiah.
Aku tidak menyagka bisa bertemu artis cantik dan baik sekali sepertinya. Aku bersyukur akan hal itu.

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang