Melanie membuka matanya, ia mendapati dirinya berada di kamarnya. Tepatnya, kamarnya dengan Samuel. Selang infus terpasang di pergelangan tangannya, dan kepalanya berdenyut saat ia berusaha untuk bangun. Melanie mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Ia hanya ingat pesta yang berantakan dan ia yang kabur ke pantai karena tersesat. Lalu, ia tidak mengingat apa-apa lagi. Melanie memijat kepalanya dan mencoba bangun sepelan mungkin. Pintu kamar terbuka, Samuel berjalan kearahnya dan duduk di kasur. Tangannya menyentuh kening Melanie, yang Melanie rasakan adalah hangat tangan Samuel.
“Tidak bisakah kamu tidak membuat masalah?” Melanie menunduk takut. Bagi Samuel ia adalah pembuat masalah, apa pesta semalam benar-benar berantakan karenanya? Ia menghela napas merasa menyesal. Seharusnya ia tidak ikut pesta itu, lebih baik ia berada di rumah bersama Nick.
Mengingat nama itu, Melanie menatap seluruh kamar besar ini. ia mencari pangeran kecilnya, namun ia tidak ada di kamar ini.” Nick bersama baby sitter di bawah. Ia bisa ikut demam jika dekat denganmu.” Melanie mengangguk. Tapi ia merindukan pangerannya. Ia ingin memeluknya dan bermain dengannya.
“Tahan keinginanmu, sebaiknya kamu makan dengan baik. Dokter bilang, kamu tidak makan dengan benar. Dan terlalu banyak pikiran.” Bersamaan dengan ucapan Samuel, seorang pelayan mengetuk pintu dan membuka pintu. Pelayan itu membawa satu mangkuk soup hangat dengan satu piring roti croissant. Melanie memandang makanan itu dengan tidak napsu, perutnya masih terasa mual dan kepalanya berdenyut. Ia memilih tidur daripada memakan makanan itu.
Melanie memperhatikan Samuel yang mengambil nampan makanan, ia memotong roti dan mencelupkannya pada soup. Lalu mengulurkannya pada Melanie. Tanpa berucap, Melanie tahu pria itu memaksanya untuk membuka mulutnya. Dengan sangat terpaksa Melanie membuka mulutnya dan memakan suapan dari Samuel. Melanie bertahan sampai suapan ke tiga, selanjutnya ia benar-benar menutup mulutnya, enggan melanjutkan makanannya. Samuel mendesah pelan dan mengambil obat dari nakas di samping kasur. Ia mengeluarkan tiga pil obat yang di berikan dokter dan memberikannya pada Melanie.
“Kamu tidak bisa mengelak, jika kamu membuangnya, aku akan melumat bibirmu dengan obat ini.” Ucapan Samuel membuat Melanie takut dan segera mengambil tiga pil obat itu dan meminumnya satu persatu.
Selang infus di pergelangan tangannya masih terpasang, membuatnya tidak bisa banyak bergerak. Ia juga merasa bosan di dalam kamar, ia tidak bisa pergi ke pantai, atau berenang. Melanie melirik Samuel yang mengerjakan pekerjaan kantornya di kamar. Ia duduk di samping Melanie, dengan berjarak satu bantal di tengah-tengah mereka. Melanie melihat ponselnya di samping nakas. Ia mengambilnya dan melihat satu pesan. Sedikit beruntung karena Samuel tidak tahu password ponselnya. Melanie membukanya dan membaca pesan itu.
Bagaimana keadaanmu? Pesan dari Veraline. Melanie segera membalasnya, ia takut teman barunya itu khawatir.
Aku baik-baik saja. Balas Melanie. Tak berapa lama ponsel Melanie kembali berdering.
Lain kali jangan lakukan hal itu lagi. Itu hanya akan membuatmu semakin terlihat bersalah. Aku akan menceritakan semuanya setelah Samuel tidak lagi berada di rumah. Melanie membaca pesan itu. Ia tahu ia salah, tapi tatapan Samuel tidak membantunya. Ia menjadi sangat terpojok dan memilih untuk pergi.
“Tidak bisakah kamu berhenti memainkan ponselmu. Dokter masih menyuruhmu untuk istirahat.” Melanie kembali menaruh ponselnya di nakas dan merebahkan tubuhnya. Melanie tidak tahu berapa lama ia tertidur, yang pasti ia tidak merasa mengantuk sedikit pun. Melanie berbalik memunggungi Samuel. Pria itu masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Melanie sendiri tidak tahu apa yang ia lakukan disini. Kalau ia ingin bekerja, kenapa ia tidak pergi ke kantor? Rumah itu tempat istirahat, bukan tempat untuk bekerja. melanie hanya menghela napas, menghilangkan rasa kesalnya. Tatapannya tertuju pada ponsel dan ia teringat pada Veraline.
KAMU SEDANG MEMBACA
I got lost
Romancemelanie tersesat, tersesat dari rasa cintanya, dari pilihan jalan yang di ambilnya. Semuanya terasa berat baginya, ia merasa terhimpit dari keinginan pria yang ia cintai, dan harapan dari wanita yang menganggapnya seperti anaknya. ia harus memberik...