2 tahun sebelum perjalanan

53 5 4
                                    

Di kala senja menyapa, aku tengah menyisiri pantai yang sepi ini, dan mungkin akan selalu sepi. Karena sejauh ini kurasa tidak ada orang lain yang berada di tempat ini.
Menikmati terpaan cahaya senja yang menerpa wajahku seorang diri... Tanpa ada yang tahu sedang apa yang aku lakukan ini....

Tenang, itu yang kurasakan. Walau terkadang pikiranku datang mengusik dan bertanya-tanya, akankah esok aku masih bisa merasakan hal yang sama?
Akankah esok ku masih diberikan kekuatan tuk melihat?

Setiap hari aku melakukan kegiatan ini, untuk apa? Kuharap jangan tanyakan padaku kenapa. Dan setiap hari pula aku merasa memerhatikanku dari kejauhan tapi selalu kuhiraukan.

Hingga seseorang berkata, berhasil memecahkan kesepian, "Kau tidak akan pernah mengerti menjadi seorang yang penyendiri," refleks aku menoleh, kurasa memang disini ada orang selain aku. Entah siapa itu, sejauh ini tuk pertama kalinya ia memperlihatkan wujudnya.

"Tidak kau salah...." tanpa melihat wajahnya terlebih dahulu aku langsung berkata.

Aku memaku penglihatanku padanya.

Sebentar, kurasa aku mengenal wajah orang itu, wanita cantik di hadapanku ini tersenyum, senyum yang selalu terbayang selama sepuluh tahun jarak memisahkan kita. Aku masih tertegun sebelum ia mengeluarkan suara.

"Hai!" ia melambaikan tangannya disertai senyuman yang selalu menyertai.

"K-kau?"

"Ya, ini aku. Dan aku pula yang selalu memperhatikanmu menikmati senja, walau kau tidak mengetahui. Saat kau tersenyum, aku juga ikut tersenyum saat sinar itu menerpa wajahmu."

*****

"Sudah berapa tahun kita berpisah?"

Setelah lama kami berbincang-bincang, duduk bersama dengan pasir putih sebagai alasnya dan langit senja sebagai atapnya akhirnya aku bertanya.

Dia pun menjawab, "Mungkin untuk senja yang kesekian kali ini, kita berpisah selama 5 tahun." Dia kembali menampakkan senyum itu. Wajahnya terlihat semakin cantik saat sinar senja menyapa lembut wajahnya.

"Bukankah aku pindah sudah lebih dari 10 tahun?"

"Tidak kau salah... Sebenarnya 5 tahun yang lalu aku juga pindah ke kota ini. Rumahku kebetulan dekat dengan pantai ini. Dulu, hampir setiap hari aku berjalan sendiri, menikmati keindahan ini seorang diri. Hingga, sekitar seminggu setelah aku pindah, aku menemukanmu tengah memejamkan mata menghadap sang mentari. Wajahmu terlihat tenang sekali saat itu. Dan sayangnya nyaliku cukup kecil untuk sekedar menyapamu, jadi aku hanya memerhatikanmu saja. Sampai entah kenapa tanpa sadar aku mengeluarkan kata-kata tadi, hingga kita yah... Bertemu." ia tertawa renyah.

Aku tertegun, "Jadi... Selama 5 tahun ini kau memandangiku? Namun aku selalu menghiraukanmu? Ah, kumohon maafkan aku. Kenapa kau takut menyapaku?"

Ia menerawang, melihat matahari yang kini mulai semakin tenggelam di makan lautan, lalu dia tersenyum. "Aku belajar dari masa lalu, lebih baik merasakan dalam diam daripada harus mengungkapkan yang akan berujung dengan kekecewaan."

Kata-katanya berhasil menusuk hatiku dalam-dalam. Dan itu menyakitkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Mencari jawabanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang