Setelah bel pulang berbunyi Alira dengan cepat memasukkan barang-barang sekolahnya tadi masuk kedalam tas ransel berwarna hijau pastelnya itu.
"Ra, lo gak apa-apa pulang sendiri? Gue takut lo diapa-apain lagi sama Kak Mega karena tadi siang? Gue anterin pulang mau?" tanya Safin hati-hati sambil melihat gerak gerik Alira yang memasukkan barang-barangnya. Alira tersenyum pada Safin, "gue gak apa-apa, Saf. Tenang aja." jawab Alira penuh keyakinan. Setidaknya untuk tidak membuat Safin kahwatir.
"Nanti gue anterin lo sampai kedepan gerbang aja gimana? Pliss..yaa..bolehh.. Setidaknya disitu udah ada satpam."
Alira mengangguk kembali, kemudian mengunci resleting tasnya dan ia sandangkan kepunggungnya. "Yuk." ajak Alira berjalan hingga melewati pintu kelas.
Dari ujung matanya, Alira sudah melihat ada beberapa teman-teman Mega yang sudah mengintai dirinya sejak tadi. Bahkan sampai mata pelajaran terakhirpun, teman-teman Mega sudah mengintipnya dari jendela sekolah. Entahlah, Alira tidak tahu kenapa teman-teman Mega tidak ketahuan oleh guru-guru.
Alira tetap memasang wajah datar saja saat melewati salah satu teman Mega. Sampai akhirnya, mereka tiba didepan gerbang sekolah. Safin pamit untuk mengambil motor kearah kiri dan Alira berjalan mengambil angkutan umum kearah kanan. Seperti biasa, hari-harinya selalu diawali dengan berjalan menggunakan kedua kaki yang dibaluti sepatu converse berwarna hitam dengan kaus kaki yang tentu diatas mata kaki.
Untuk hari ini, mungkin ia lolos dari kejaran teman-teman Mega. Karna jaraknya juga sudah jauh dengan Sekolah.
"lo pulang sendiri?"
Alira terkejut bukan main. Tiba-tiba saja Attar datang didepan wajahnya dan langsung mengejutkan dirinya. Melihat wajah Alira yang seperti itu membuat Attar terkekeh. Alira mengangguk.
"Mau gue anter?"
"Gak usah kak, aku pulang naik angkot aja."
"Kalau gitu, gue tungguin lo sampai angkotnya dapat."
"Angkotnya lama datang kak."
"Kalau lama, mending bareng gue."
Tanpa ada izin sekalipun dari Alira, dengan cepat Attar mengambil tangan Alira dan menariknya kedekat motornya. "buruan naik." ucap Attar pada Alira sambil memberikan helm yang sengaja ia bawa dari rumah tadi pagi.
Alira yang polos hanya mengikuti apa kata Attar. Toh niat abang kelasnya itu baik ingin mengantarnya pulang. Alira menaiki motor Attar, memberikan jarak dengan menaruh tas ranselnya dipertengahan antara dirinya dan juga Attar. Tindakan inilah yang selalu dilakukan Alira jika ia dibonceng oleh siapapun. Setelahnya, Alira memakai alat pelindung kepala yang diberikan Attar.
.•.•
"Sumpah dek, gue benci banget sama yang namanya Alira disekolah gue!!" ucap Mega ketika dirinya sampai dikamar Andrian-adik Mega.
"Berisik."
Mega kesal setengah mati, bisa tidak orang-orang yang sifatnya seperti Andrian dan Attar dimusnahkan dari dunia ini? "Gue mau curhatt Riannn..." ucap Mega dengan memelas sambil memeluk tubuh Rian manja dari belakang.
"Hm."
"Jadi tadi gue berantem sama cewek yang deketin Attar! dan itu songong banget tau gak?"
Andrian mengalihkan pandangannya pada Mega dengan intens. Seolah ada pisau yang menancap Mega dengan hitungan detik. "Cewek bodoh. Akal pikiran lo dimana? Harga diri lo serendah itu?" tanya Andrian datar menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alira untuk Attar
Fiksi Remaja{{ Cover by : @waygraphic }} "Pernah terpikir untuk mengakhiri hidup ini, Ra. Dan lo hadir merubah pikiran gue. Terimakasih Ira, untuk semua ajaran yang lo berikan ke, aku." _______ Pemicu terberat Attar menjadi seorang yang berengsek adalah permasa...