Seandainya time machine itu benar benar ada, aku akan rela menghabiskan seluruh uang uangku untuk membelinya. Mengubah jalan cerita yang sudah terjadi, dan menjadikannya sebuh cerita baru yang berakhir bahagia. Bahagia untuknya, bukan bahagia untukku.
Brian menatap sendu bangunan didepannya. Lalu ia mulai melangkahkan kaki nya menuju tempat yang menyimpan banyak kenangannya bersama 'dia'. Brian membuka pintu apartemen itu dengan gemetar. Hawa dingin menyeruak keluar menerpa kulitnya. Bau apek menyambut indra penciuman. Dengan menghela nafas pelan, Brian melangkah. "tempat ini masih sama, meski sudah beberapa tahun tak ku tempati"
Brian menyusuri setiap ruangan yang berada di sana . Mengingat kembali kisah kasih yang lalu. Kisah dimana mereka masih semanis madu. Dan sehangat mentari pagi.
Hingga ia tiba di sana. Diruang itu, ruang TV. Tempat dimana 'dia' yang tiap sore menghabiskan waktu untuk menunggu Brian. Menunggu kepulangannya yang tak pasti, menunggu seharian tanpa kabar apapun darinya. Brian tersenyum miris. 'Sejahat itukah aku?'.
'ummm, bisakah besok kau mengosongkan jadwalmu?' ucap seorang perempuan yang sedang menyandarkan kepalanya pada bahuku.
'ada apa? Kau ingin sesuatu?' aku mengelus surai hitam dengan lembut.
'tidak, aku hanya ingin menghabiskan waktu sehari denganmu. Karena biasanya kau selalu sibuk dengan dokumen dokumen tercintamu itu hufttt' katanya sambil memejamkan mata
'maaf sayang, aku tidak bermaksud seperti itu' aku mengecup puncak kepalanya dan menghirup aroma mawar dari rambutnya.
'baiklah, aku mengerti bagaimana sibuknya CEO dingin ini' balasnya dengan senyum tulus menghiasi wajah cantiknya.
"Kenapa aku teringat dirimu lagi? Kenapa kenangan tentangmu sangat menyiksa? Aku merindukanmu Cia. Lucia Fernandes." batin Brian.
••••
Hingga tanpa sadar, Brian meneteskan air matanya kala mengingat Cia. Dengan cepat ia menghapus kasar air matanya itu. Ia berjalan dan duduk disofa yang biasa Brian dan Cia tempati sembari menatap foto Cia. Cia yang tersenyum cantik di tengah hamparan rumput hijau.
Itu adalah foto saat ia dan Cia sedang liburan musim panas 3 tahun silam. Brian mengambil foto itu dan memeluknya. Tanpa sadar, ia tenggelam dalam dunia mimpi.
'merindukanku hmm?' tanya Brian ketika Cia sedang dibalkon kamar .
'Brian? Kapan kamu pulang?' jawab Cia dengan kening berkerut.
'baru saja. Bagaimana hari ini?' Brian berjalan mendekatinya.
'bagaimana apanya?' timpal Cia dengan bingung.
'apa yang kamu lakukan di sini?' ujar Brian menjelaskan.
' hmm, tidak ada. Aku hanya menonton tv dan... Menunggumu pulang mungkin'
'maaf, lain kali kau boleh pergi ke taman jika kamu bosan.' Brian memeluk Cia dengan erat.
'baiklah. Terima kasih sayang, aku cinta kamu' ucap Cia tersenyum dengan matanya yang membentuk bulan sabit.
'sama-sama sayang. Aku juga cinta kamu' Brian mengecup kening perempuan yang amat aku cintai.
••
'kyaaa.... Brian... Berhenti kumohon jangan kejar aku lagi. Kyaa....'
'kau tidak akan bisa lepas dari ku gadis ceroboh hahaha...'
'Brian.... berhenti mengejarku....'
Hap...
' kau tertangkap Cia..'
' hahahaha.... Brian geli... hahaha....'
••
'sudah puas bertemu selingkuhanmu di cafe?' tanya Brian dengan nada dingin. Disaat Cia baru saja masuk apartemen.
'dari mana kamu tahu?' Cia menjawab dengan gemetar.
'menemui laki-laki lain tanpa izin dariku. Bukankah itu sangat bagus Cia? Apakah sekarang kebebasan yang aku beri hanya membuat dirimu berlaku semena mena?. Padahal, aku memberimu sebuah kebebasan agar kamu tidak merasa tertekan. Tapi sepertinya aku salah.' ujarBrian tertawa miris.
'aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun darimu Brian. Aku bisa menjelaskan itu semua.' suara Cia bergetar menahan tangis.
' hah! Sudahlah. Aku tidak butuh penjelasan apapun darimu.' Brian menepis tangan Cia yang akan menggenggam tangannya dengan kasar hingga Cia terpelanting. Kemudian Brian pergi ke kamar meninggalkan Cia sendirian.
"CIAA.."
Brian terbangun. Dengan keringat dingin yang ada di keningnya. Potongan potongan itu. Potongan kenangan Brian dan Cia. Brian mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu ia melangkah gontai menuju kamar yang dahulu ditempati Cia. Brian duduk termangu di ujung tempat tidur sambil menggenggam surat yang Cia tulis dan mulai terhisap oleh lubang hitam kenangan.
flashback
'Cia' panggil Brian.
'ada apa brian? Kenapa memanggil?' bingung Cia.
'aku ingin bertanya padamu. Apa ini Cia?' Brian melempar tumpukan foto Cia bersama seorang lelaki.
'ini bukan pertama kalinya aku mengetahui kamu bertemu dengan lelaki lain dibelakangku. Bukankah waktu itu aku sudah memberitahumu. BAHWA AKU TIDAK PERNAH SUKA KAU BERTEMU DENGAN LELAKI ITU? KENAPA KAMU SELALU MEMBANTAH HA?!!' bentak Brian yang emosinya sudah tidak bisa ia kendalikan lagi.
'i...itu bukan seperti yang kamu bayangkan Brian. Itu adalah-'
'hah!!... sudahlah Cia, AKU MUAK. Aku bosan dengan pertengkaran ini setiap hari' potong Brian. Brian kemudian berjalan meninggalkan Cia dan keluar dari apartemen.
BRAKKK
'Brian.. tunngu... Tolong kembali... Hiks... Jangan tinggalkan aku...... Hiks...' Cia menghapus airmatanya. Ia berjalan menuju kamarnya dengan tatapan kosong.
AAAGGHHH...
'kenapa jadi seperti ini... Kenapa...hiks.. kau berubah Brian... KAMU TAK MENCINTAIKU LAGI BRIAN..... Hiks ... Hiks... LALU APA ARTI SEMUA ITU.... apa arti kebersamaaan kita... Hiks ... Apa arti perhatianmu kepadaku... Hingga pada akhirnya ini yang kau perbuat kepadaku..... Hiks... BRIANN.... Aku mohon ... Jangan lakukan ini kepadaku....Hiks .... Jangan tinggalkan aku sendiri... Aku takut... '
' BRIANNNNNNN'
Flashback off
•
•
Brian sadar, setelah ia terjebak dalam pikirannya . Setelah sepenuhnya sadar apa yang ia perbuat dulu kepada orang yang ia cintai itu salah, salah besar. Brian menyesal, ia menyesal telah melakukan itu semua kepada Cia. Ia menyesal karena pada waktu itu emosi yang menguasai dirinya, sehingga ia tak bisa berpikir dengan jernih. Ia tak mendengarkan dahulu penjelasan dari Cia. Hingga pada malam hari setelah pertengkaran itu. Cia depresi dan meminum banyak obat penenang.
Cia juga mengurung diri dikamar mandi dan karena pengaruh dari obat tersebut ia tertidur di bathtub. Hingga, ia tenggelam dengan dingin air yang menyelimuti. Tanpa ada orang yang tau, tanpa ada siapapun. Termasuk Brian yang meninggalkan Cia sendirian dalam kemarahan yang meremuk redamkan seluruh kehidupannya.
"Tak bisakah kamu kembali? tak bisakah kau berada disampingku lagi?.Cia maafkan aku. Aku menyesal melakukan itu semua kepadamu. Aku ingin kamu Cia. Aku ingin kamu kembali di sisiku. Aku ingin kamu menemaniku, sama seperti dulu. Aku rindu melihat senyum manismu. Maaf... Aku terlalu bodoh pada saat itu. Aku terlalu bodoh karena meninggalkanmu. Harusnya aku mendengarkanmu. Harusnya aku mendengarkan penjelasanmu... Aku berharap kita bisa bersama lagi. Di sana. Di alam yang sama denganmu. Aku merindukanmu. Sangat sangat merindukanmu."
Brian tertunduk, ia menangis. Tetes tetes air mata penyesalan terjatuh tanpa di minta. menyesali perbuatannya yang dulu. Perbuatan yang membuat Cia pergi dan tak kembali disisi Brian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAY
Short StorySemua berawal dari sebuah kepercayaan. Seberapa percaya dirimu pada pasanganmu, akan membawamu pada dua pilihan rasa. Rasa bahagia yang tiada akhir. atau, terlempar pada jurang penyesalan.