Genangan

79 2 2
                                    

Jalanan masih tampak basah, meskipun sebagian sudah di serap oleh jalan tak berpori ini, tapi tetap saja, masih berbekas, tanda bahwa ada hujan yang turun sebelumnya.
Hujan semalaman yang menurutku menjadi hujan paling lama bulan ini.
Bukan hanya hitungan lamanya waktu air jatuh dari langit, tapi juga lamanya aku tersihir dan terbawa kembali ke memori lama, memori yang selalu hadir tiap kali hujan turun. Karena hujan, selalu mampu membawaku terbang ke dimensi waktu.

"Ohayou!"
Kulihat dari jauh kau sudah memberikan senyuman khasmu padaku. Senyuman yang selalu memberikan energi padaku, dan selalu hadir tiap kali aku disisimu.

Ternyata pagi ini kau masih sama, dengan kemeja navy dan tas punggung kecil yang hanya muat satu buku itu. Tak ada yang berbeda, masih dengan orang yang sama, dengan gaya khasmu yang sama.

"Apa kau tidur nyenyak semalam?"
Mungkin menjadi kalimat pertamaku pagi ini. Setelah sepi membelenggu mulai dari mata terbuka tak ada yang bisa ku ajak bicara.

"Tentu saja, semalam hujan datang tepat waktu" jawabmu yang terus berjalan di depanku.

Ternyata kau menyukainya. Menyukai hujan yang turun lebih lama semalam. Kau si egois yang selalu memaki hujan, dan selalu membandingkan dengan panas yang begitu kau sukai. Tiba-tiba kau bilang suka, ah... rasanya ada sesuatu yang aneh darimu.

"Tepat waktu? Apakah hujan harus meminta izinmu dulu sebelum turun?"
Kembali ku lontarkan pertanyaan absurd padamu.

"Bukankah seharusnya kau bersyukur? Aku tak pernah memuji hujan lho, dan tadi baru saja kukatakan" Jawabmu yang akhirnya berhenti dan menoleh padaku yang berada di belakangmu. Akhirnya kau menungguku juga.

Benar sekali, bukankah kau adalah orang yang tak pernah memuji hujan. Hampir 2 tahun aku mengenalmu, mulai dari menjadi teman sebangku di masa terakhir SMA , hingga sekarang tak terasa sudah masuk semester 3, kau tak pernah suka hujan. Bahkan, hujan menjadi musim paling menyebalkan untukmu.

Abim, begitulah nama sosok manusia yang sedang berjalan tepat disebelahku.
Si penikmat panas. Cahaya matahari adalah anugrah tuhan terindah menurutmu. Sedangkan aku, adalah gadis kecil yang selalu berhasil dihipnotis oleh hujan. Hujan selalu membawaku pada dimensi waktu yang menghadirkan kenangan-kenangan masa lalu.
Begitupun kenangan antara aku dan kamu.
Kenangan yang sebenarnya sudah cukup lama kusimpan dalam memori waktu.
Dan rintik hujan, adalah bagian dari memori yang menyimpan kenangan itu.

November 2017, untuk pertama kalinya kau memuji hujan.

...

Dunia makin gelap, kulihat awan hitam besar dari selatan semakin mendekat. Sepertinya sore ini akan turun hujan lagi. Dan seperti biasa, aku menyukainya.
Musim hujan adalah musim yang selalu kutunggu kedatangannya.

Ku percepat langkah kaki mencarimu, karena aku tahu, kau takkan pernah bisa kutemukan saat hujan telah turun. Kau selalu mencari tempat persembunyian yang hangat saat hujan turun. Apapun itu, kau akan melakukan semua cara agar tak berjumpa dengan hujan.
Aku ingat, november 2015. Saat dimana aku kehilangan kunci rumahku dan kau tiba-tiba meninggalkanku hanya karena hujan telah turun. Tak peduli berapa keras aku memohon, tetap saja kau pergi dan berlalu mencari tempat untuk berteduh. Dan entah kenapa, setelah kejadian itu aku tetap bersamamu.
Mengagumimu dalam diam seperti biasa. Menyimpan sebuah rasa yang akupun bingung harus kusebut apa.
Dan sejak saat itulah aku bertekad , akan aku buktikan bahwa hujan dan panas bukanlah sesuatu yang buruk untuk dipersatukan.

Hujan akhirnya turun juga, dan aku masih belum menemukanmu.

...

Desember, 2017

Lagi, hujan turun lagi.
Namun anehnya kali ini aku bersamamu.
Entah mengapa, posisi ini terlalu nyaman buatku, duduk bersebelahan denganmu dengan satu buah buku bersampul merah berada tepat di depanmu,  di sebuah meja panjang dengan beberapa buah kursi yang sama didepannya, dan berada tepat di depan dinding kaca besar yang menghadirkan pemandangan yg tampak luas, gedung-gedung kampus biru tua,  dan  di bawahnya terlihat mahasiswa berlalu lalang. Inilah kenapa tempat ini selalu jadi tempat favorite mahasiswa. Selain untuk membaca, juga sebagai tempat melamunkan nasib studinya selama ini.
Mungkin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Genangan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang