Vania Point of View
"Karena Ujian Nasional sebentar lagi tiba, jadi dimohon seluruh kelas 12 untuk lebih giat lagi belajarnya. Tinggalkan hal yang tidak penting. Utamakan belajar dahulu agar kalian mendapatkan nilai maksimal nantinya saat UN." itulah pesan kepala sekolah saat memberikan amanatnya saat upacara.
Aku harus belajar dari sekarang nih. Kalau enggak aku bakal keburu-buru besok. Aku nggak mau nanti aku jadi nggak fokus ngerjainnya. Apalagi ini menyangkut soal nilai. Aku harus dapet nilai yang terbaik dan sukses, Aaminn.
"Jadi ada rencana mau belajar bareng kapan?" tanyaku saat kita berkumpul dikantin sekolah saat istirahat tiba. Hanya berenam, aku, Nathan, Nana, Bima, Bella dan Juna.
Kami akan berencana belajar bersama saat detik-detik Ujian Nasional nanti. Sekarang kami lagi merancang itu semua.
"Dirumah siapa kira-kira?" tanyaku lagi. Semua orang hanya terlihat diam saat aku bertanya.
Aku mendengus kesal saat tak ada seorangpun yang merespon saranku dan ajakanku.
"Ayolah temen-temen, demi nilai kita supaya bagus dan memuaskan kok." bujukku saat semuanya terlihat lesu dan tak selera makan.
"Gue maunya dirumah Vania saat pulang sekolah, gimana setuju?" saran Nathan spontan. "Gue juga setuju dirumah Vania." timpal Nana.
"Kenapa pada mau kerumahku sih?" tanyaku heran, kenapa mereka semuanya pada pengen kerumahku?"Enak dirumah kamu" tutur Nathan.
"Semuanya setuju ya? Fix ya? Kalau nggak ada yang jawab gue anggep setuju." semua orang diam yang berarti dianggap setuju oleh Nathan.Karena Ujian Nasional berlangsung sebulan lagi, jadi aku harus sudah belajar sejak sebulan sebelum hari H UN.
*
*
*Pulang sekolah, Nathan, Nana, Bima, Bella dan Juna sudah berkumpul dirumah Vania. "Kalian duduk aja. Aku mau nyiapin buku bukunya dulu, sekalian makanan sama minumannya ya." tutur Vania.
"Gue bantuin deh, Van." tawar Nana menunjuk tangan.
Vania mengiyakan tawaran Nana yang ingin membantunya, karena Vania dirumah sendiri. Mamanya dan papanya sedang keluar kota menemui neneknya diJogja. Nana akan membantunya selama orangtua Vania pergi dari rumah.
"Yaudah yuk belajar dulu. Sambil nunggu Vania sama Nana dateng, kita belajar dulu." ajak Juna.
Ya, memang sebenarnya juga Juna itu pintar tapi terkadang malas. Kepintaran Juna memang hampir sama dengan Vania.Hanya saja Juna selalu mendapat peringkat 2 dan Vania peringkat pertama satu kelas.
Jika tidak ada Vania, mungkin Juna bisa saja selalu menjadi juara dikelasnya setiap semester ataupun ujian. Sayangnya, tidak.*
*
*Setengah jam berlalu, Vania dan Nana sudah datang dan Vania membawa setumpukkan buku pelajaran yang termasuk matematika, fisika, biologi, ilmiah, bahasa indonesia, dan bahasa inggris.
"Oke, kita awali belajar bahasa indonesia dulu. Kalian bawa kan?" tanya Vania yang diangguki oleh kelima temannya.
Nathan sedaritadi hanya menatap Vania yang sedang serius belajar bersama teman lainnya."Nath?" sapa Bima namun Nathan tidak menggubrisnya. "Nathan?" sapa Bima lagi, dan Nathan masih bertahan dengan posisinya.
"WOY NATHAN!" Teriak Bima tepat ditelinga Nathan membuat Nathan menutup telinganya sambil meringis kesakitan. Membuat keempat sahabatnya langsung memalingkan pandangannya ke arah Nathan dan Bima.
"Sakit bego! Lo mau bikin gue tuna rungu ya?!" gerutu Nathan.
"Abisnya lo daritadi gue panggilin nggak nyaut-nyaut, gue teriakin lo aja. Lagian lo ngeliatin apaan sih? Sampe ngelamun gitu?" tanya Bima pada Nathan. Nathan kembali memandang wajah manis Vania yang serius belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan dan Vania[END]
Teen FictionDon't judge a book by its cover Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita saya🙏 Cerita kedua sih sebenernya, karena yang pertama "cinta 100 hari" saya berubah pikiran. Akhirnya bikin lagi dan hasilnya ini deh hehehe. Maaf jika ada t...