Sungguhpun aku masih dibuatnya tidak percaya. Ketika disuatu sore aku dan Nathan kembali berbincang di taman tempat kami petama kali berjumpa. Ditemani segelas kopi susu dingin ditanganku dan segelas kopi susu panas ditangannya.
Sekali lagi kami berbincang, sembari menikmati rasa lain dari kopi susu yang ada ditangan kami. Sebagai alasan konyol untuk kami bisa lebih sering berjumpa. Menikmati perbincangan yang mungkin lebih dari sekedar teman biasa.
Karena aku perlahan mulai merasa ada yang berbeda ketika dirinya masih sekedar iseng memperhatikan kartu undangan ditanganku. Sembari bertanya padaku.
"Eh, itu kartu undangan ya?" tanyanya iseng.
"Iya, teman kantor ada yang bakal nikah besok Sabtu." kataku bercerita.
"Lah, klo kamu sendiri kapan nyusul temanmu itu..." tanyanya menggoda.
"Ah, apaan sih garing...." jawabku sekenanya..
"Ye... Garing apanya, seriusan ini
.." celotehnya lagi."Udah deh, ga usah mbahas hal yang nyakitin. Kan... Ya.... Gitu..."
Jawabku asal."Ya gitu gimana?" tanyanya separuh mendesak.
"Oke belum ada calon! Udah ya, kita ganti topik" kataku berusaha mengalihkan. Berharap pengakuanku tadi tidak dikira sebagai kode. Meskipun yah, agak menjurus sih...
"Iya, deh. Sorry, jangan ngambek dong." katanya.
"Enggak, cuma males aja." jawabku sekenanya.
Sembari dirinya sambung bertanya lagi padaku.
"Tapi Re, semisal nih calonmu sudah ada didepan matamu. Apa iya kamu bakal ragu buat ambil keputusan itu?" tanyanya tanpa tedeng aling-aling.
Maka langsung saja, aku merasakan panas menjalar di kedua pipiku. Ketika aku persis mendengar pertanyaannya yang barusan. Lalu dengan agak gugup aku berusaha menjawab pertanyaannya.
"Ya, entahlah Than. Aku sendiri masih belum tahu arti cinta itu apa untuk saat ini." jawabku berusaha untuk jujur.
"Lalu kalau boleh tahu, apa arti cinta menurutmu untuk saat ini?" tanyanya lagi.
"Emmm... Gimana ya jelasinnya. Tapi menurutku, cinta itu bukan perasaan. Cinta itu menurutku adalah sebuah panggilan yang menuntut kita membawa orang lain hidup dalam kebenaran. Karena kalau kita pernah mengenal istilah cinta sejati yang sering diterjemahkan sebagai true love dalam bahasa asing, maka jangan lupa kalau kata true didalam kamus bahasa asing juga bisa diterjemahkan sebagai benar. Dengan kata lain, true love itu sendiri bisa saja kita terjemahkan sebagai cinta yang benar. Maka aku pikir omong kosong rasanya kalau kita berani berkata mencintai seseorang tetapi kita tidak membawa dia hidup dalam kebenaran.
Hal lain kenapa aku berani meyakini cinta adalah sebuah panggilan. Karena bukankah setiap kali cinta itu menjadi dingin, orang pasti akan berusaha untuk menghidupkan cinta itu lagi? Kenapa tidak mereka biarkan saja cinta itu timbul tenggelam seperti rasa senang, sedih, atau marah? Ya, kuarasa memang itulah pengertian cinta yang paling mendekati bagiku saat ini. Tapi entahlah, aku belum yakin apakah aku benar mengartikannya." kataku berterus terang.
"Oke, aku setuju dengan pendapatmu. Tapi satu hal yang bisa aku mengerti itu pasti sulit untuk dijalani, dan hal yang membuatku penasaran adalah. Apa yang membuatmu yakin kalau kau bisa menjalaninya dan membuat orang yang kau cintai itu bisa mengerti akan hal itu?" tanyanya lagi.
"Aku berani meyakininya karena aku percaya, jika aku adalah belahan jiwa dari seseorang. Seseorang yang menjadi belahan jiwaku itu pasti bisa mengerti kalau aku terpaksa mematahkan kakinya ketika dia mau terjun kearah jurang. Juga barang kali ada kemunhkinan lain dia akan marah dan tidak terima dengan apa yang aku lakukan padanya. Aku rasa pengertian dan kesabaran akan meluluhkan hatinya juga. Karena seseorang tidak mungkin membenci dirinya ataupun bagian dari dirinya yang lain." kataku menjelaskan.
"Iya, jawabanmu itu aku pikir memang benar. Sangat benar malah, karena aku sampai bisa menyimpulkan bahwa seseorang sebenarnya tidak bisa berdiri diatas dua perahu yang berbeda, dengan tujuan yang berbeda pula. Pastinya dia akan terjatuh bukan? Tetapi satu hal yang aku rasa perlu untuk aku tambahkan disini. Adakalanya orang harus benar-benar fokus pada tujuan yang ingin mereka capai dalam sebuah hubungan. Sehingga mereka akan sanggup membuang ego masing-masing dan membuat segala perbedaan yang mereka sebagai jembatan untuk saling melengkapi. Aku rasa itulah yang sebenarnya diharapkan, seperti halnya diskusi kita saat ini." katanya santai.
Lalu blush.... Aku sempat tersipu mendengar ucapannya itu. Sadarkah dia jika kalimat yang terakhir benar-benar membuatku semakin mengharapkannya? Apa yang sebenarnya ingin dia ketahui dengan mengatahan hal itu barusan? Apakah dia benar-benar serius dengan ucapannya atau sekedar main-main saja denganku? Rasanya terlalu awal kalau aku berani mempertanyakan hal itu padanya.
Maka lebih baik aku biarkan saja semua berjalan apa adanya. Biar waktu yang akan membuktikan apakah yang dia ucapkan itu hanya sekedar lelucon belaka atau memang benar-benar serius. Aku hanya merasa terlalu takut jika aku terlalu jauh berpikir ternyata semua tidaklah seperti yang aku harapkan. Aku hanya akan menelan kecewa pada akhirnya. Mungkin memang aku harus menguji kebenarannya dulu.....
Gimana... Bikin deg...deg... Ser... Ga kode2nya.... Yang cewe ngode yang cowo ngode keras.... Ya, inilah awal.... Buat cerita lebih tegang... So... Ikutin trus dan jangan lupa vote sama komennya..... Okay....

KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Pasangan Kopi
ChickLitCerita seru yang bikin nggak berhenti mempertanyakan apa itu cinta. Private acak buat nambah follower. Bersatunya dua insan itu ibarat kopi susu. Kopi mungkin terasa nikmat dengan pahitnya, susu terasa nikmat dengan gurih dan legitnya. Begitu pula s...