Different
Sorotan kamera langsung menyambut begitu pemuda tampan yang saat ini sedang naik daun karena bakatnya yang luar biasa. Pemuda dengan senyuman manisnya itu tersenyum, melambaikan tangannya kepada para penggemarnya. Dia bersiap untuk mengisi sebuah acara.
"Saeng, malam ini kamu akan bercerita apa saja??" tanya pemuda lain yang berjalan disisinya, jangan lupakan kedua sejoli yang sudah hampir seperempat abad hidup bersama, berjalan dengan bangga mengapit putranya.
"Kisah seseorang, seorang anak kecil yang mengalami kesulitannya sendirian," pemuda itu tersenyum, menepuk pundak sang artis berulang kali.
"Kau hebat," sang artis hanya tersenyum.
Beda adalah warna dunia
Setelah berbagai sambutan dan acara pembukaan, tibalah sang artis duduk di tempat yang telah disediakan, teriakan penonton membuat sang artis melambaikan tangannya, tersenyum lebar untuk penggemarnya. "
Malam ini tidak seperti biasanya, aku akan menceritakan sebuah kisah, kali ini tentang a boy, There was a boy, he alone and alone, everyone judges he so naughty, but.... Bukankah semua tak selalu terlihat seperti apa yang kita mau??" hening, penonton menanti sang artis melanjutkan ceritanya.
Different
Melihat langit adalah favoritnya, bermain dengan binatang juga merupakan kebahagiaannya, apalagi saat berkutat dengan cat air yang baru kemarin dibelikan oleh kakaknya. Bocah lugu yang usianya sepuluh tahun itu tidak peduli dengan teriakan teman – temannya yang gembira karena sekolah sudah selesai, pelajaran membosankan sudah berakhir, bocah itu malah asyik menatap langit sembari memainkan jemarinya, sesekali bersenandung lirih menyanyikan lagu yang entah dapat darimana iramanya.
"Jeon Jungkook, kenapa kau selalu menyusahkan eoh? Kali ini apa yang kau perbuat hah??" sang bocah hanya tersenyum, menatap wajah sang ibu yang memerah menahan amarah.
"Eomma, lihat langitnya sangat indah," wanita paruh baya itu mengusap wajahnya kasar, dia kesal tentu saja karena mendadak mendapat panggilan dari pihak sekolah anak bungsunya. Wanita itu menghela nafas panjang, dia tidak pernah bisa benar – benar marah kepada bungsunya , apalagi saat melihat wajah polos nan lugu itu.
"Ayo pulang,"
"Tidak mau, aku mau lihat langit," wanita itu kembali mengusap wajahnya, kemudian memegang kedua pundak bungsunya lembut.
"Aboeji pulang hari ini??" dan lihat bahkan amarah ibu dua anak itu langsung luntur begitu melihat mata yang berbinar terang itu, tanpa memikirkan jemarinya yang basah dengan cat air dan kertas dengan tuangan cat air yang sedari tadi dia mainkan bocah itu bergegas ke mobil.
"Yak‼ cuci dulu tanganmu, jangan tinggalkan barang – barangmu dan yak Jeon Jungkook!" wanita yang resmi bermarga Jeon sejak lima belas tahun yang lalu itu berteriak kesal, mau tidak mau membereskan barang – barang bungsunya terlebih dahulu sebelum menyusul bungsunya yang tingkahnya hiper bukan main kecuali saat bersama alat gambar atau bukunya.
"Kalian pasti pernah mendengar anak yang nakal bukan main dan kerjaannya hanya bermain, i know di negara kita sikap seperti itu sangat jarang ditemukan bukan? Tapi entah kenapa anak ini melakukannya,"
Menurut Jeon Jungkook, langit dan apa yang ada di sana lebih menarik daripada mendengarkan celotehan guru yang tidak pernah dia mengerti, mengkhayalkan sesuatu membuatnya merasa senang. Hingga sebuah kapur mendarat di kepalanya, Jungkook mengaduh memegang keningnya yang terasa sakit.